ILMU KAROMAH AYATUL KURSI

Assalamu’alaikum..

salaam sederek dulur LASKAR KHODAM SAKTI yg di rahmati allah..sekedar berbagi dn share simpanan tempo dulu,dari pada usang hilang di telan masa..hehehe bagi yg sesepuh dulur yg sudah tahu keilmuan ini mohon ijin nya..smoga berkenan..
untuk tawasul lengkapnya sengaja tdk saya sertakan,hanya bagi yg serius mau mengamalkan saja..krna sanad yg terjaga..

ILMU KAROMAH AYATUL KURSI

(A’udzubillahi minasy syaithonirrojiim) 1x
(Bismillahirrohmanirrohim) 1x
(Ilahiy Anta Maqshudiy wa Ridhoka Matlubiy
Atiniy Mahabbataka wa Ma’rifataka) 3x
(Innallaha wa mala-ikatahu yusholluuna ‘alan nabi
Yaa ayyuhalladzi na amanu shollu alaihi wa
sallimu tasliman) 1x

Sholawat Nariyah 11x

(Allahumma sholli sholaatan kaamilah, wa sallim
salaaman taamman ‘alaa Sayyidinaa
Muhammadinil ladzii tanhallu bihil ‘uqod, wa
tanfariju bihil qurob, wa tuqdho bihil hawaa-ij, wa
tunaalu bihir rogho-ib, wa husnul khowaatim, wa
yustasqol ghomaamu bi wajhihil kariim, wa ‘alaa
aalihii wa shohbihii fii kulli ma’luumil laka yaa
Robbal ‘aalamiin.)

Payung Rosul 7x
(Laqod jaa-akum rosulum min anfusikum ‘aziizun
‘alaihi maa ‘anittum hariishun ‘alaikum bil
mukminiina ro-ufurrohiim. Fa-in tawallaw faqul
hasbiyallhuu laa ilaaha illa huwa ‘alaihi tawakkaltu
wa huwa robbul ‘arsyil ‘azhiim. Tsumma
ahyahum inna robbii ladzufiru ‘alan nas wa
lakinnasi aktsaronnasi layasykuruun.)

(Al Fatihah) 1x

(Wa ilahukum ilahuw wahid. La ilaha illa
huwarrohmanur rohiim) 1x

(Ayat Kursiy) 313x

(Al Ikhlash) 3x

(Al Falaq) 3x

(An Nas) 3x

(Wa qul jaa al haqqu wa dzahaqol bathil. Innal
bathila kaana dzahuuqo.
Wa nunazzilu minal qur’ani maa huwa syifa’un
wa rohmatan lil mukminiin.
Wa laa yaziiduzh zholimiina illa khosaro.
Subhana robbika robbil ‘izzati ‘amma yasyifuun.
Wa salamun ‘alal mursaliin.
Walhamdulillahi robbil ‘alamiin) 1x

Hizib Kandiyas
A’udzubillahi minasy syaithonirrojim.
Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillahirobbil “alamin.
Washsholatu wassalamu ‘ala sayyidina
Muhammadin wa ‘ala alihi wa shohbihi
wassalam.

Allahumma inni as-aluka wa atawassalu ilaika
(Ya Allah 3x) (Ya Rohman 3x) (Ya Rohiim 3x)
(Ya Robbahu 3x) (Ya Sayyidahu 3x) (Ya Huu 3x)
Ya ghiyatsi ‘inda syiddati Ya anisi ‘inda wahdati Ya
mujibi ‘inda da’wati.
Ya Allah Ya Allah Ya Allah
Allahu la ilaha illa huwal hayyul qoyyum
Ya Hayyu Ya Qoyyum
Ya man taqumussamawati wal ardhi bi amrihi
Ya jami’al mahluqoti tahta luthfihi wa qohrihi
As-aluka Allahuma antaskhiroli ruuhaniyyata
hadzihil ayatisy syarifah tu’inuni ‘ala qodho-i
hawa-iji
Ya man latak khudzuhu sinatuw wala naum
Ihdina ilal haqqi wa ilaa thoriqim mustakim
Hatta astarihu minal laumi la ilaha illa anta
subhanaka inni kuntu minazh zholimin
Ya man lahu maa fissamawati wa maa fil ardh
man dzalladzi yasyfa’u ‘indahu illa bi idznih
Allahummarfa’ni war syudni fii maa uridu min
qodo-i hawa-iji wa itsbati qouli wa fi’li wa ‘amali
wa barikli fii ahli wa maalii
Ya man ya’lamu maa baina aidihim wa maa
kholfahum wa laa yuhithuna bi syai-in min ‘ilmihi
Ya man ya’lamu sirron wa jahro
As-aluka Allahumma antaskhiroli khuddama
hadzihil ayatil ‘azhimati wadda’watil muniifati
yakununalii ‘aunan ‘ala qodho-i hawa-iji
Hailan Hailan Hailan Jaulan Jaulan Jaulan Maalikan
Maalikan Maalikan
Ya man layatashorrofu fii mulkihi illa bimaasyaak
wasi’a kursiy yuhussamawati wal ardh
Ya Allah sakhkhirlii ‘abdaka Kandiyasi hatta
yukallimuni fii haali yaqozhotii wa yu’inuni fii jami’i
hawa-iji
Ya man walaya-uduhu hifzhuhuma wahuwal
‘aliyyul ‘azhim
Ya hamid Ya Majiid Ya Ba’its Ya Syahid Ya Haqqu
Ya Wakiil Ya Qowiyyu Ya Matiin
Kun lii ‘aunan ‘ala qodho-i hawa-iji bi alfi alfi la
haula wa la quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhim
Aqsamtu ‘alaika ayyuhas Sayyidul Kandiyas
Ajibnii anta wa khuddamuka wa a’inunii fii jami’i
umurii bihaqqi maa ta’taqiduunahuu minal
‘azhimati wal kibriyaak wa bihaqqi hadzihil ayatil
‘azhimati wa bisayyidinaa Muhammadin ‘alaihish
sholatu wa sallam
Wa ajib ayyuhas Sayyidul Kandiyas asro’u minal
barqi wa maa amruna illa wahidati kalamhil
bashori aw huwa aqrobu innallahu ‘ala kulli syai-
in qodir
Allahummaj’al lii burhana wa yuritsunii amaanaa
wa anisnii bika ‘ala kulli mathlubii wa ashbahnii bi
‘auni ‘inayatika fii naili kulli marghubi Ya Qodir Ya
Jaliil Ya Qoohir Ya ‘Azhim ya Nashir
Kataballahu la aghlibanna anaa wa rosulii
Innallahu Qowiyyun ‘Aziz
Wa sholallahu ‘ala Sayyidina Muhammadin wa
sallim tasliman katsiro
(1x atau 3x atau 7x)

semoga bermanfaat dan menambah wawasan
keilmuan…

salaam saliiim sungkem…wassalamu’alaikum..wr..wb




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

KH Tubagus Ahmad Bakri, Tokoh dan Guru Sufi Purwakarta (1)

KH Tubagus Ahmad Bakri, Tokoh dan Guru Sufi Purwakarta (1)

KH Tubagus (Tb) Ahmad Bakri, lebih dikenal dengan sebutan Mama Sempur. Mama merupakan istilah bahasa sunda yang berasal dari kata rama artinya Bapak. Di kalangan masyarakat Jawa Barat, kata Mama ini biasanya disematkan kepada Ajengan atau Kiai sehingga sebutannya menjadi Mama Ajengan atau Mama Kiai. Sementara Sempur adalah sebuah Desa yang ada di Kecamatan Plered, Purwakarta, Jawa Barat.<>

Mama Sempur lahir di Citeko, Plered, Purwakarta, Jawa Barat pada tahun 1259 H atau bertepatan dengan tahun 1839 M, ia merupakan putera pertama dari pasangan KH Tubagus Sayida dan Umi, selain KH Tubagus Ahmad Bakri dari pasangan ini juga lahir Tb Amir dan Ibu Habib.

Keturunan Rasulullah saw

Dari jalur ayahnya, silsilah KH. Tubagus Ahmad Bakri sampai kepada Rasulullah saw sebagaimana dapat dilihat dalam karyanya yang berjudul Tanbihul Muftarin (h. 22), sebagaimana berikut KH. Tb. Ahmad Bakri bin KH. Tb. Saida bin KH. Tb. Hasan Arsyad Pandeglang bin Maulana Muhammad Mukhtar Pandeglang bin Sultan Ageng Tirtayasa (Abul Fath Abdul Fattah) bin Sultan Abul Ma’ali Ahmad Kenari bin Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdul Qodir Kenari bin Maulana Muhammad Ing Sabda Kingking bin Sultan Maulana Yusufbin Sultan Maulana Hasanudin bin Sultan Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) bin Sultan Syarif Abdullah bin Sultan Maulana Ali Nurul Alam bin Maulana Jamaluddin al-Akbar bin Maulana Ahmad Syah Jalal bin Maulana Abdullah Khon Syah bin Sultan Abdul Malik bin ‘Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath bin  Ali Kholi’ Qosam bin ‘Alwi bin Muhammad bin ‘Alwi bin Sayyidina Ubaidillah bin Imam al-Muhajir ila Allah Ahmad bin ‘Isa an-Naqib bin Muhammad an-Naqib bin ‘Ali al-‘Aridl bin Imam Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin bin Sayyidina wa Maulana Husain bin Saidatina Fatimah az-Zahra binti Rosulillah SAW.

Ayah KH Tubagus Sayida yang juga kakeknya KH Tubagus Ahmad Bakri adalah KH. Tubagus Arsyad, ia seorang Qadi Kerajaan  Banten, namun KH Tubagus Sayida nampaknya tidak berminat untuk menjadi Qadi Kerajaan Banten menggantikan posisi ayahnya dan dengan berbagai pertimbangan akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan Banten.

Perjalanan KH. Tubagus Arsyad dari Banten membawanya sampai di daerah Citeko, Plered, Purwakarta, di tempat inilah Tubagus Sayida bertemu dan menikah dengan Umi, dan di daerah ini pula seorang bayi yang diberi nama Ahmad Bakri dilahirkan, Ahmad Bakri muda mendapatkan pendidikan agama dari keluarga, untuk menambah wawasan dan ilmu keislaman, ia belajar di berbagai Pondok Pesantren yang ada di Jawa dan Madura, sebelum berangkat, KH. Tb. Sayida berpesan kepada Ahmad Bakri agar jangan berangkat ke Banten apalagi menelusuri silsilahnya, ia baru diperbolehkan melakukan hal tersebut ketika masa studinya di pesantren selesai.

Tidak puas belajar di Jawa dan Madura membuat KH. Tubagus Ahmad Bakri bertekad berangkat ke pusat studi Islam, yaitu Mekkah, disana ia belajar kepada ulama-ulama nusantara, setelah dianggap cukup dan berniat menyebarkan agama Islam ia kemudian pulang ke Purwakarta dan pada tahun 1911 M, ia memutuskan untuk mendirikan pesantren di daerah Sempur dengan nama Pesantren As-Salafiyyah.

Beberapa santri KH Tubagus Ahmad Bakri yang menjadi ulama terkemuka diantaranya KH. Abuya Dimyati Banten, KH Raden Ma’mun Nawawi Bekasi, KH Raden Muhammad Syafi’i atau dikenal dengan Mama Cijerah Bandung, KH Ahmad Syuja’i atau Mama Cijengkol, KH Izzuddin atau Mama Cipulus Purwakarta.

Di pesantren ini pula KH. Tubagus Ahmad Bakri banyak menuangkan pemikirannya dalam berbagai kitab yang ia tulis, dan selama hidupnya KH Tubagus Ahmad Bakri diabdikan hanya untuk mengaji atau thalab ilm, dan thalab ilmu inilah yang menjadi jalannya untuk mendekatkan diri kepada Allah (tarekat), maka tarekat yang ia pegang adalah Tarekat Ngaji, sebagaimana ia ungkapkan dalam karyanya yang berjudul Futuhatut Taubah Fi Shidqi Tawajuhit Tarekat pada (h. 47-49) sebagaimana berikut:

Ari anu pang afdol2na tarekat dina zaman ayeuna, jeung ari leuwih deukeut2na tarekat dina wushul ka Allah Ta`ala eta nyatea tholab ilmi, sarta bener jeung ikhlash.

(Tarekat yang paling afdol zaman sekarang dan tarekat yang paling dekat dengan `wushul` kepada Allah adalah thalab ilmi serta benar dan ikhlash) 

Pernyataan KH Tubagus Ahmad Bakri ini dikutip dari jawaban seorang Mufti Syafi`i yaitu Syaikh Muhammad Sayyid Babashil yang mendapat pertanyaan seputar tarekat dari Syaikh Ahmad Khatib. Dialog kedua ulama tersebut dikutip oleh Mama Sempur dalam dalam Kitab Idzharu Zughlil Kadzibin halaman 61.

Menurut salah seorang cucu KH. Tubagus Ahmad Bakri, yaitu KH. Tubagus Zein, KH. Tubagus Ahmad Bakri pernah mengecam terhadap penganut tarekat, karena sebagian dari mereka ada yang meninggalkan syariat dan menurut KH. Tubagus Zain, kecaman ini lebih kepada melindungi masyarakat agar tetap bisa menyeimbangkan antara syariat dan hakikat.

Namun demikian, dalam kitab Futuhatut Taubah Fi Shidqi Tawajuhit Tarekat (h. 32) seraya mengutip pernyataannya Syaikh Muhammad Amin Asyafi`i Annaqsyabandi, KH. Tubagus Ahmad Bakri menyatakan bahwa hukum masuk dalam salah satu tarekat mu`tabarah bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan yang sudah mukallaf adalah fardlu`ain. Sehingga menurut salah satu riwayat KH Tubagus Ahmad Bakri pun tetap menganut tarekat mu`tabarah. Adapun tarekat yang dianutnya adalah Tarekat Qadiriyyah wan Naqsyabandiyah (TQN).

Sementara mengenai Tarekat Ngaji ini, bisa dilihat dari aktifitas dan kesibukan KH. Tubagus Ahmad Bakri sehari-hari, sebagaimana disampaikan oleh salah seorang muridnya, KH Mu`tamad. Menurut Pengasuh Pesantren Annur Subang ini, setiap pukul empat pagi, KH. Tubagus Ahmad Bakri sudah bersila dan berdzikir di dalam masjid, kemudian dilanjutkan dengan mendirikan shalat subuh berjamaah, selepas wiridan dan shalat berjamaah selesai, ia tetap bersila sampai waktu dluha tiba, kemudian melaksanakan shalat dluha dan dilanjutkan kembali dengan mengajar ngaji santri sampai pukul 11.00 WIB.

Usai mengajar ngaji santri, jadwal pengajian selanjutnya adalah mengajar ngaji kiai-kiai sekitar kampung dan dilanjutkan dengan shalat Dhuhur berjamaah. Kemudian ia pulang ke rumah dan istirahat. Namun ia tak pernah bisa istirahat sepenuhnya, karena sudah ditunggu para tamu, sampai waktu ashar.

Selepas shalat Ashar, KH. Tubagus Ahmad Bakri kembali mengaji bersama para santri hingga menjelang maghrib. Selepas maghrib, istirahat sejenak dan shalat Isya, setelah shalat isya, ia kembali mengajar sampai pukul 23.00 WIB. Bahkan menurut satu riwayat, kebiasaan KH. Tubagus Ahmad Bakri yang pernah diketahui oleh santrinya adalah ia tidak pernah batal wudhu sejak isya sampai subuh dan tidak pernah terlihat makan.

Beguru Kepada Ulama Nusantara dan Mekkah

Keluarga KH. Tubagus Ahmad Bakri adalah keluarga yang taat beragama, ayahnya pun merupakan salah satu ulama kharismatik, sehingga pendidikan agama KH. Tubagus Ahmad Bakri di usia dini diperoleh melalui ayahnya. Adapun Ilmu-ilmu yang dipelajari oleh KH. Tubagus Ahmad Bakri meliputi Ilmu tauhid, Fiqih, Nahwu, Sharaf, Hadits dan Tafsir.

Menurut salah seorang cucunya, setelah ilmu dasar agama dianggap cukup, Mama Sempur memutuskan untuk menimba ilmu ke pesantren yang ada di Jawa dan Madura, beberapa ulama yang pernah ia timba ilmunya adalah Sayyid Utsman bin Aqil bin Yahya Betawi, Syaikh Soleh Darat bin Umar Semarang, Syaikh Ma’sum bin Ali, Syaikh Soleh Benda Cirebon, Syaikh Syaubari, Syaikh Ma’sum bin Salim Semarang, Raden Haji Muhammad Roji Ghoyam Tasikmalaya, Raden Muhammad Mukhtar Bogor, Syaikh Maulana Kholil Bangkalan Madura bahkan di Syaikh Maulana Kholil inilah beliau mulai futuh (terbuka pemikirannya) terhadap ilmu pengetahuan agama Islam.

Pengembaraan di dunia intelektual tidak membuat Mama Sempur merasa puas. Untuk itu akhirnya ia memutuskan untuk berangkat menuntut ilmu ke Mekkah. Dalam kitab Idlah al-Karatoniyyah Fi Ma Yata’allaqu Bidlalati al-Wahhabiyyah (h. 27), Mama Sempur menyebutkan guru-gurunya sebagaimana berikut: Syaikh Nawawi Al-Bantani, Syaikh Ahmad Zaini Dahlan, Syaikh Mahfudz Termas, Syaikh Said Babshil, Syaikh Umar bin Muhammad Bajunaid, Sayyid Abdul Karim ad-Dighistani, Syaikh Soleh al-Kaman Mufti Hanafi, Syaikh Ali Kamal al-Hanafi, Syaikh Jamal al-Maliki, Syaikh Ali Husain al-Maliki, Sayyid Hamid Qadli Jiddah, Tuan Syaikh Ahmad Khatib, Syaikh Said al-Yamani, Syaikh Mukhtar bin Athorid dan Syaikh Muhammad Marzuk al-Bantani.




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262