PENGALAMAN MENGAMALKAN HIZIB AMAN

Songgojiwo

Alhamdulillah, doa hizib aman ini adalh pegangan keluarga besar saya sehari-hari dari kira-kira semenjak 10 tahunan yg lalu. Hanya menurut yg sy ketahui bahwa ada tambahan yg dibaca sebelum membaca kalimat-kalimat doa yg disebutkan dalam hizib aman di KOS.

Lengkapnya kami sekeluarga membaca sbb:

Tawassul:
Ilaa hadhoroti sayyidina Muhammadin saw wa ilaa hadhoroti ghousti hadzazaman wa a’wanihi wa saairi auliaillahi rodhiyallahu ta’ala ‘anhum…

al-fatihah 7X .
Ayat kursyi 17X Walaa yauduhu hifdzuhuma wahuwal ‘aliyyul ‘adzim 1000X

ALLOHUMMA INNAKA AAMIN KULLI SYAI IN. WA KULLU SYAI IN KHOOIFUN MINKA. FABIAMNIKA MIN KULLI SYAI IN WA KHOUFU SYAI IN MINKA. AAAMINNA MIMMA NAKHOFU WA NAKHDAR. ( YAA LATIIF 3 X ). ULTUF BINA FII UMURINA KULLIHA KAMA TUHIBBU WA TARDHO WA RODHDHINA FID DUNYA WAL AKHIROTINA ( YAA SATTAAR 1000X). USTURNA BI SATRIKAL LADZI SATARTA BIHI ‘ALAA DZAATIKA FALA ‘AINUN TAROKA WALA YADUN TASHILU ILAIKA BIROHMATIKA YAA ARHAMAR ROHIMIIN.

pada kalimat yaa lathif cukup dibaca 3X saja.

Pada mulanya amalan ini saya terima dari salah satu ustad dari daerah jombang. Beliau mengajak kami sekeluarga utk ikut bareng mengamalkan hizib tsb secara berjamaah selama 40 hari.

Adapun manfaat dan fadhilah banyak sekali, diantaranya seperti yg saya ketahui ialah 1. Ditakuti oleh lawan disegani kawan dan dicintai atasan 2. Diberi kemudahan ketika ada urusan dengan orang lain 3. Diselamatkan dari segala hal yg ditakuti 4. Dan lain sebagainya

Dibawah ini saya tuliskan arti dari doa hizib aman diatas : “Yaa Allah, sungguh Engkau pemberi keamanan kepada semua makhluk dan semua makhluk takut kepada-Mu. Maka dengan keamanan dari-Mu semua makhluk takut kepada-Mu. Berilah kami keamanan terhadap yg kami takutkan dan khawatirkan. (Yaa Allah, Dzat yg Maha Kasih) sayangilah kami dalam segala urusan sesuai yg Engkau sukai dan ridhoi. Berilah kami keridhoan dunia dan akhirat. (Yaa Allah, Dzat yg Maha Menutupi ) Tutupilah kami dengan Tutup-Mu yg menutupi dzat-Mu, sehingga mata tidak dapat melihat dan tangan tidak dapat sampai kepada-Mu. Dengan Rakhmat-Mu yaa Allah dzat yg sgt kasih sayang. Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam”

Saya diceritakan oleh ustad yg mengijazahkan hizib aman ini bhw pernah ada seorang pemuda dari kampung (pengamal hizib aman ) yg sedang makan disalah satu warung makan di kota jakarta. Pemuda tsb baru kali itu datang kejakarta. didalam warteg ada kira2 ada 5 orang pemuda yg entah bagaimana mulanya shg terjadi cekcok mulut dgn pemuda itu. Karena tdk mau cari masalah, pemuda itupun keluar dari warung yg ternyata diikuti oleh kelima pemuda yg berada diwarteg. kelima orang pemuda tsb seperti hendak mengeroyok si pemuda kampung. Pemuda kampung itu tiba-tiba menendang batu besar (batu kali berukuran besar ) yg berada ditempat itu. wallahu ‘alam, tapi menurut cerita, batu itu retak terbelah menjadi dua. melihat gelagat seperti itu kelima pemuda yg mulanya hendak mengeroyok itupun langsung lari tunggang langgang.

Sedangkan pengalaman ibu saya sendiri (beliau jg mengamalkan hizib aman ini )adalah ketika itu sedang naik angkot dikota pekalongan. tiba-tiba truk besar menyeruduk dari arah belakang. Mobil angkot terjungkal sebanyak 3 kali berguling. Akibat kejadian tsb, sebagian besar penumpang tewas ditempat, ada juga yg tewas setelah beberapa hari dirawat dirumah sakit. Sopirnya sendiri selamat tapi kaki kananya putus terjepit. Sedangkan Ibu saya sendiri terpental keluar dari angkot dan menurut perasaannya waktu itu seperti ada seseorang tua berjubah putih yg menarik dan menggendongnya shg sampai ke tanah. Pd saat itu hny kondidsi ibu saya saja yg selamat. Bahkan lecet sedikitpun tidak. sementara yg lainnya minimal adalah pinsan dgn tubuh yg penuh luka dan darah.

Adik saya ketika itu hendak menyebrang jalan tiba-tiba diseruduk motor roda dua. Adik saya (perempuan) terpental beberapa meter. Pingsan! semua orang datang mengerubung termasuk kakak saya juga pada saat itu langsung ke TKP (kebetulan kejadiannya tidak jauh dari jarak rumah ). Kakak saya (perempuan) langsung memeluk tubuh adik saya tsb sambil menangis dan menjerit. Tapi tdk berapa lama kmdn adik saya tiba-tiba sadar. Alhamdulillah tubuh tidak lecet sedikitpun dan bahkan ketika dibawa kerumah sakit terdekatpun dinyatakn tidak apa-apa dan boleh langsung pulang. Yg unik adalah ketika adik sy pingsan, dia (waktu itu usianya msh sekitar 20 tahunan ) merasa dirinya ada disebuah hutan yg lebat. Diapun kebingungan bagaimana asal mulanya koq tiba-tiba ada ditempat tsb. yg dia ingat waktu itu sdg menyeberang jalan lalu kmdn dia msh sempat melihat ada motor yg menabrak tubuhnya dan sempat mendengar orang-orang berteriak. Dalam kebingungannya tsb dia didatangi seorang kakek tua berjubah putih yg kmdn mengantarnya jalan munuju pulang pada satu cahaya. dan ketika dia merasa masuk kecahaya tsb itulah adik saya siuman dari pingsannya.

Demikian sekelumit yg saya tau mengenai hizib aman yg selama ini msh setia kami sekeluarga amalkan. Terima kasih.



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

KH Tubagus Ahmad Bakri, Tokoh dan Guru Sufi Purwakarta (1)

KH Tubagus Ahmad Bakri, Tokoh dan Guru Sufi Purwakarta (1)

KH Tubagus (Tb) Ahmad Bakri, lebih dikenal dengan sebutan Mama Sempur. Mama merupakan istilah bahasa sunda yang berasal dari kata rama artinya Bapak. Di kalangan masyarakat Jawa Barat, kata Mama ini biasanya disematkan kepada Ajengan atau Kiai sehingga sebutannya menjadi Mama Ajengan atau Mama Kiai. Sementara Sempur adalah sebuah Desa yang ada di Kecamatan Plered, Purwakarta, Jawa Barat.<>

Mama Sempur lahir di Citeko, Plered, Purwakarta, Jawa Barat pada tahun 1259 H atau bertepatan dengan tahun 1839 M, ia merupakan putera pertama dari pasangan KH Tubagus Sayida dan Umi, selain KH Tubagus Ahmad Bakri dari pasangan ini juga lahir Tb Amir dan Ibu Habib.

Keturunan Rasulullah saw

Dari jalur ayahnya, silsilah KH. Tubagus Ahmad Bakri sampai kepada Rasulullah saw sebagaimana dapat dilihat dalam karyanya yang berjudul Tanbihul Muftarin (h. 22), sebagaimana berikut KH. Tb. Ahmad Bakri bin KH. Tb. Saida bin KH. Tb. Hasan Arsyad Pandeglang bin Maulana Muhammad Mukhtar Pandeglang bin Sultan Ageng Tirtayasa (Abul Fath Abdul Fattah) bin Sultan Abul Ma’ali Ahmad Kenari bin Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdul Qodir Kenari bin Maulana Muhammad Ing Sabda Kingking bin Sultan Maulana Yusufbin Sultan Maulana Hasanudin bin Sultan Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) bin Sultan Syarif Abdullah bin Sultan Maulana Ali Nurul Alam bin Maulana Jamaluddin al-Akbar bin Maulana Ahmad Syah Jalal bin Maulana Abdullah Khon Syah bin Sultan Abdul Malik bin ‘Alwi bin Muhammad Shohib Mirbath bin  Ali Kholi’ Qosam bin ‘Alwi bin Muhammad bin ‘Alwi bin Sayyidina Ubaidillah bin Imam al-Muhajir ila Allah Ahmad bin ‘Isa an-Naqib bin Muhammad an-Naqib bin ‘Ali al-‘Aridl bin Imam Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin bin Sayyidina wa Maulana Husain bin Saidatina Fatimah az-Zahra binti Rosulillah SAW.

Ayah KH Tubagus Sayida yang juga kakeknya KH Tubagus Ahmad Bakri adalah KH. Tubagus Arsyad, ia seorang Qadi Kerajaan  Banten, namun KH Tubagus Sayida nampaknya tidak berminat untuk menjadi Qadi Kerajaan Banten menggantikan posisi ayahnya dan dengan berbagai pertimbangan akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan Banten.

Perjalanan KH. Tubagus Arsyad dari Banten membawanya sampai di daerah Citeko, Plered, Purwakarta, di tempat inilah Tubagus Sayida bertemu dan menikah dengan Umi, dan di daerah ini pula seorang bayi yang diberi nama Ahmad Bakri dilahirkan, Ahmad Bakri muda mendapatkan pendidikan agama dari keluarga, untuk menambah wawasan dan ilmu keislaman, ia belajar di berbagai Pondok Pesantren yang ada di Jawa dan Madura, sebelum berangkat, KH. Tb. Sayida berpesan kepada Ahmad Bakri agar jangan berangkat ke Banten apalagi menelusuri silsilahnya, ia baru diperbolehkan melakukan hal tersebut ketika masa studinya di pesantren selesai.

Tidak puas belajar di Jawa dan Madura membuat KH. Tubagus Ahmad Bakri bertekad berangkat ke pusat studi Islam, yaitu Mekkah, disana ia belajar kepada ulama-ulama nusantara, setelah dianggap cukup dan berniat menyebarkan agama Islam ia kemudian pulang ke Purwakarta dan pada tahun 1911 M, ia memutuskan untuk mendirikan pesantren di daerah Sempur dengan nama Pesantren As-Salafiyyah.

Beberapa santri KH Tubagus Ahmad Bakri yang menjadi ulama terkemuka diantaranya KH. Abuya Dimyati Banten, KH Raden Ma’mun Nawawi Bekasi, KH Raden Muhammad Syafi’i atau dikenal dengan Mama Cijerah Bandung, KH Ahmad Syuja’i atau Mama Cijengkol, KH Izzuddin atau Mama Cipulus Purwakarta.

Di pesantren ini pula KH. Tubagus Ahmad Bakri banyak menuangkan pemikirannya dalam berbagai kitab yang ia tulis, dan selama hidupnya KH Tubagus Ahmad Bakri diabdikan hanya untuk mengaji atau thalab ilm, dan thalab ilmu inilah yang menjadi jalannya untuk mendekatkan diri kepada Allah (tarekat), maka tarekat yang ia pegang adalah Tarekat Ngaji, sebagaimana ia ungkapkan dalam karyanya yang berjudul Futuhatut Taubah Fi Shidqi Tawajuhit Tarekat pada (h. 47-49) sebagaimana berikut:

Ari anu pang afdol2na tarekat dina zaman ayeuna, jeung ari leuwih deukeut2na tarekat dina wushul ka Allah Ta`ala eta nyatea tholab ilmi, sarta bener jeung ikhlash.

(Tarekat yang paling afdol zaman sekarang dan tarekat yang paling dekat dengan `wushul` kepada Allah adalah thalab ilmi serta benar dan ikhlash) 

Pernyataan KH Tubagus Ahmad Bakri ini dikutip dari jawaban seorang Mufti Syafi`i yaitu Syaikh Muhammad Sayyid Babashil yang mendapat pertanyaan seputar tarekat dari Syaikh Ahmad Khatib. Dialog kedua ulama tersebut dikutip oleh Mama Sempur dalam dalam Kitab Idzharu Zughlil Kadzibin halaman 61.

Menurut salah seorang cucu KH. Tubagus Ahmad Bakri, yaitu KH. Tubagus Zein, KH. Tubagus Ahmad Bakri pernah mengecam terhadap penganut tarekat, karena sebagian dari mereka ada yang meninggalkan syariat dan menurut KH. Tubagus Zain, kecaman ini lebih kepada melindungi masyarakat agar tetap bisa menyeimbangkan antara syariat dan hakikat.

Namun demikian, dalam kitab Futuhatut Taubah Fi Shidqi Tawajuhit Tarekat (h. 32) seraya mengutip pernyataannya Syaikh Muhammad Amin Asyafi`i Annaqsyabandi, KH. Tubagus Ahmad Bakri menyatakan bahwa hukum masuk dalam salah satu tarekat mu`tabarah bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan yang sudah mukallaf adalah fardlu`ain. Sehingga menurut salah satu riwayat KH Tubagus Ahmad Bakri pun tetap menganut tarekat mu`tabarah. Adapun tarekat yang dianutnya adalah Tarekat Qadiriyyah wan Naqsyabandiyah (TQN).

Sementara mengenai Tarekat Ngaji ini, bisa dilihat dari aktifitas dan kesibukan KH. Tubagus Ahmad Bakri sehari-hari, sebagaimana disampaikan oleh salah seorang muridnya, KH Mu`tamad. Menurut Pengasuh Pesantren Annur Subang ini, setiap pukul empat pagi, KH. Tubagus Ahmad Bakri sudah bersila dan berdzikir di dalam masjid, kemudian dilanjutkan dengan mendirikan shalat subuh berjamaah, selepas wiridan dan shalat berjamaah selesai, ia tetap bersila sampai waktu dluha tiba, kemudian melaksanakan shalat dluha dan dilanjutkan kembali dengan mengajar ngaji santri sampai pukul 11.00 WIB.

Usai mengajar ngaji santri, jadwal pengajian selanjutnya adalah mengajar ngaji kiai-kiai sekitar kampung dan dilanjutkan dengan shalat Dhuhur berjamaah. Kemudian ia pulang ke rumah dan istirahat. Namun ia tak pernah bisa istirahat sepenuhnya, karena sudah ditunggu para tamu, sampai waktu ashar.

Selepas shalat Ashar, KH. Tubagus Ahmad Bakri kembali mengaji bersama para santri hingga menjelang maghrib. Selepas maghrib, istirahat sejenak dan shalat Isya, setelah shalat isya, ia kembali mengajar sampai pukul 23.00 WIB. Bahkan menurut satu riwayat, kebiasaan KH. Tubagus Ahmad Bakri yang pernah diketahui oleh santrinya adalah ia tidak pernah batal wudhu sejak isya sampai subuh dan tidak pernah terlihat makan.

Beguru Kepada Ulama Nusantara dan Mekkah

Keluarga KH. Tubagus Ahmad Bakri adalah keluarga yang taat beragama, ayahnya pun merupakan salah satu ulama kharismatik, sehingga pendidikan agama KH. Tubagus Ahmad Bakri di usia dini diperoleh melalui ayahnya. Adapun Ilmu-ilmu yang dipelajari oleh KH. Tubagus Ahmad Bakri meliputi Ilmu tauhid, Fiqih, Nahwu, Sharaf, Hadits dan Tafsir.

Menurut salah seorang cucunya, setelah ilmu dasar agama dianggap cukup, Mama Sempur memutuskan untuk menimba ilmu ke pesantren yang ada di Jawa dan Madura, beberapa ulama yang pernah ia timba ilmunya adalah Sayyid Utsman bin Aqil bin Yahya Betawi, Syaikh Soleh Darat bin Umar Semarang, Syaikh Ma’sum bin Ali, Syaikh Soleh Benda Cirebon, Syaikh Syaubari, Syaikh Ma’sum bin Salim Semarang, Raden Haji Muhammad Roji Ghoyam Tasikmalaya, Raden Muhammad Mukhtar Bogor, Syaikh Maulana Kholil Bangkalan Madura bahkan di Syaikh Maulana Kholil inilah beliau mulai futuh (terbuka pemikirannya) terhadap ilmu pengetahuan agama Islam.

Pengembaraan di dunia intelektual tidak membuat Mama Sempur merasa puas. Untuk itu akhirnya ia memutuskan untuk berangkat menuntut ilmu ke Mekkah. Dalam kitab Idlah al-Karatoniyyah Fi Ma Yata’allaqu Bidlalati al-Wahhabiyyah (h. 27), Mama Sempur menyebutkan guru-gurunya sebagaimana berikut: Syaikh Nawawi Al-Bantani, Syaikh Ahmad Zaini Dahlan, Syaikh Mahfudz Termas, Syaikh Said Babshil, Syaikh Umar bin Muhammad Bajunaid, Sayyid Abdul Karim ad-Dighistani, Syaikh Soleh al-Kaman Mufti Hanafi, Syaikh Ali Kamal al-Hanafi, Syaikh Jamal al-Maliki, Syaikh Ali Husain al-Maliki, Sayyid Hamid Qadli Jiddah, Tuan Syaikh Ahmad Khatib, Syaikh Said al-Yamani, Syaikh Mukhtar bin Athorid dan Syaikh Muhammad Marzuk al-Bantani.




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262