MENGENAL 7 CAKRA UTAMA KUNDALINI

Oleh KI AGENG JEMBAR JUMANTORO

Mungkin ada yang bertanya atau belum mengerti apa itu

7 cakra utama kundalini mulai dari cakra dasar sampai ke cakra mahkota

Untuk itu saya minta ijin untuk menjelaskannya sebatas kemampuan saya , nanti kalau ada yang kurang monggo di pun tambahi.

Chakra berfungsi sebagai pintu keluar masuknya energi

eterik dari berbagai lapis tubuh. Apabila sebuah chakra tidak

berfungsi dengan baik, maka energi kotor tidak dapat dipompa keluar

dan energi bersih tidak dapat ditarik masuk. Dengan demikian organ-

organ tubuh di sekitarnya akan mendapat gangguan. Walaupun pada

tubuh terdapat banyak chakra-chakra, tetapi perhatian harus ditujukan

kepada ke 7 chakra utama, chakra lain akan membuka dengan sendirinya.

Ke 7 chakra utama sebagai berikut :

• Chakra Dasar terletak di ujung tulang ekor ke 3, dimana chakra ini

adalah pusat vitalitas, keinginan untuk hidup dan tubuh fisik.

Warna “cahaya berwarna merah”

• Chakra Sex yang dikenal juga sebagai pusat tubuh emosi, dimana

semua perasaan diproses.

Warna “cahaya berwarna oranye”

• Chakra Pusat diasosiasikan dengan “tubuh mental”, yang

mengontrol seluruh pikiran pendapat dan penilaian.

Warna “cahaya berwarna kuning”

.

• Chakra Jantung sebagai chakra keempat dikenal sebagai pusat

tubuh intuisi, dimana chakra jantung ini adalah pusat dari cinta

kasih, kasih sayang seluruh perasaan yang positif dan halus.

Warna “Cahaya hijau muda atau merah muda. Hijau

muda berfungsi untuk pengobatan, merah muda untuk cinta kasih

dapat digunakan secara bergantian.

• Chakra Tenggorokan sebagai chakra ke-lima,

merupakan pusat

“tubuh atma” yang terletak di tenggorokan di lokasi pita suara,

cahaya yang dipergunakan berwarna “biru laut

• Chakra mata Ketiga (Chakra Ajna) sebagai chakra ke-enam

yang biasa juga disebut “chakra antara kening”, dimana

merupakan pusat “tubuh cahaya atau tubuh monad”.

cahaya berwarna “Lembayung Muda”

• Chakra Mahkota sebagai chakra utama ke-tujuh terletak di puncak

kepala, pada tahun sebelum tahun 1970 jarang disebut karena

sukar sekali dibuka. Dengan terbukanya “Chakra Mahkota Alam

Semesta” antara tahun 1970 maka imbasnya “chakra mahkota”

dapat dibuka dengan sama mudahnya dengan chakra utama yang

lain. Warna “Cahaya Putih” yang terang

Itu yang bisa saya sampaikan mudah-mudahan bisa bermanfaat

Amin

PEMBANGKITAN 7 CAKRA UTAMA KUNDALINI MULAI DARI CAKRA DASAR SAMPAI KE CAKRA MAHKOTA

Assalamualaikum wr wb.

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat-Nya dan dengan nama Allah tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Segala puji bagi Allah, Rahmat dan salam untuk Nabi Muhammad SAW, Nabi pilihan. Dengan ini kami ingin bebagi pengalaman dan kami akan sangat bersyukur dan ikut bergembira apabila ritual – ritual yang kami jabarkan juga membuahkan hasil seperti yang di harapkan.

Sebelumnya Pembangkitan 7 cakra utama kundalini mulai dari cakra dasar sampai ke cakra mahkota, saya akan menjelaskan dulu bahwa Ilmu ini saya dapat dari Surabaya & Solo Tiga diantara Guru saya “Eyang Robby Kusumo & Eyang  Haji Suroso Hadi Sanyoto & Eyang Tukimin Wisanggeni ” Juga banyak dukungan dan masukan dari Ki Arya Kusuma Dewa.

Sebenarnya setiap orang atau setiap manusia memiliki Energi ini yang tersembunyi dalam tubuh kita karena setiap manusia lahir Tuhan menyertainya. Energi Kundalini merupakan energi yang sangat besar seperti energi Nuklir yang berada dalam tubuh. Dapat dibayangkan betapa besarnya energi yang ada dalam tubuh kita, bila energi ini mampu kita bangkitkan.

Untuk membangkitkan energi Kundalini perlu pengetahuan yang cukup terutama mengenai 7 Cakra Utama. Selain pengetahuan tersebut sangat dibutuhkan pula seorang penuntun/pembimbing yang benar-benar mengetahui tentang kebangkitan Kundalini atau seorang Guru spiritual.

Pembangkitan 7 cakra utama kundalini mulai dari cakra dasar sampai ke cakra mahkota bisa menghasilkan  frekuensi-frekuensi tertentu yang akan menghasilkan suatu daya tertentu,

Misalnya :

Melalui tangan untuk diteruskan jadi energi pemukulan atau pengobatan terhadap sasaran.

-Di bagian tertentu tubuh untuk ketahanan menerima pukulan/kekebalan.

-Di bagian tubuh yang sakit sebagai pengobatan diri sendiri.

-Ke mulut sebagai getaran kekuatan suara.

-Ke jiwa sebagai kekuatan mental.

-Ke otak sebagai kekuatan berpikir.

-Untuk penarikan benda bertuah yang tidak tampak oleh penglihatan mata biasa.

-Dan sebagainya … sesuai kebutuhan dan kehendak kita.

Dalam menyalurkan energi kundalini harus kondisi rileks baik otot-otot maupun pikiran dan juga perasaan, jika tegang akan buntu, energi tersebut tidak mengalir ke sasaran / tujuan.

Dimana orang yang telah mencapai tataran kundalini yang sempurna akan MENJADI BIJAKSANA, DAPAT MELIHAT DAN MENYADARI KENYATAAN HIDUP YANG SEJATI, dimana semuanya telah terbuka, sehingga TIDAK ADA LAGI RAHASIA dalam hidup ini.

Pada umumnya, manusia tak akan merasa puas, bila belum

mencapai tataran kundalini yang sempurna, dimana dia telah

dapat merasakan adanya HUBUNGAN HARMONIS ANTARA

KAWULO DAN GUSTI / “JUMBUHING KAWULO GUASTI”.

Yang sudah ikut “Penyelarasan energi dengan cara attunement atau shaktipat jarak  jauh dengan memanfaatkan 5 unsur inti alam semesta: angin,air,api,tanah dan emas ” Insya Allah akan di mudahkan dalam mempelajari  Pembangkitan 7 cakra utama kundalini ini. Bagi yang belum nunggu section berikutnya.

METHODE PERNAPASAN DASAR

(PENGISIAN)

Berbagai  macam,  methode  /  tehnik  pernapasan  yang  berkembang  di masyarakat. Masing-masing methode memanfaatkan chakra-chakra di tubuh,  akan  menghasilkan  macam  energi  masing-masing  pula,  sejalan  dengan  methode yang digunakan.  Ada yang memfokuskan hanya pada satu chakra saja.  Banyak juga yang mengkombinasikan lebih dari satu chakra.

Alam  semesta  merupakan  suatu  kesatuan  system  energi,  dengan  kondisi yang sangat seimbang dan stabil sekaligus dinamis.  Alam  sebagai  ciptaan-Nya,  diberi  daya  kekuatan sebagai  mandat  oleh-Nya  untuk mengatur isinya.

Semua bagian alam akan tunduk pada hukum tersebut.  Baiknya  kita  (mikroskosmis)  dalam  memanage  energi  diri,  sejalan  /  selaras  dengan system energi alam (makroskosmis).

Menurut  para  ahlinya  jaman  dulu,  energi  harus  bersirkulasi  /  mengalir didalam tubuh (mikroskosmis) melalui chakra-chakra yang ada. Dari  chakra  dasar  (ditulang  ekor  ketiga)  naik  ke  chakra  mahkota  melalui tulang belakang.

Lantas turun ke chakra kening – chakra tenggorok – chakra dada – chakra ulu hati – chakra bawah pusar – kembali ke chakra dasar. Naik lagi dst.

Lidah menempel di langit-langit mulut. Nafas biasa, tanpa ditahan-tahan. Energi tersebut merupakan energi vital dalam kehidupan, termasuk memberi energi bagi organ-organ tubuh.

Jika energi hanya dimampatkan disalah satu chakra, maka aliran energi akan menjadi stagnan / pembekuan / berhenti / terhambat. Kebutuhan energi organ-organ yang ada kurang tersuplay.

Akibatnya akan banyak timbul gangguan. Apalagi  kalau  energi  tersebut  hanya  dimampatkan  disalah  satu  titik  chakra ditambah  di  padat-padatkan.  Hingga  pada  suatu  kondisi  tertentu  ada rangsangan  dari  luar,  apalagi  mendadak. Yang  secara otomatis energi  yang di  padat-padatkan  tersebut  (energi  sangat  besar/kuat)  dengan  tiba-tiba  naik ke  atas  ….  Sedang  sistem  saluran  yang  ada  tidak  terbiasa  /  terlatih  dilalui energi  yang  besar,  maka  akan  pecah  /  jebol.  Terjadi  pendarahan  dalam. (diantaranya stroke?).

Pernapasan  mikroskosmis  yang  mengalir  dalam  tubuh  akan  bergantian melalui  dua  kutub  (positif  dan  negatif),  kutub  chakra  dasar  dan  chakra mahkota.

Demikian  juga  dengan  sistem  aliran  energi  makroskosmis  akan  bergantian melalui kutub positif dan negatif (kutub langit / angkasa dan kutub bumi).

Naik melalui telapak kaki, mengalir ke betis – paha bagian belakang – ketemu chakra dasar – terus naik melalui tulang belakang ke chakra mahkota. Terus naik ke langit / angkasa antara kurang lebih sepuluh meter. Kemudian turun lagi  melalui  chakra  mahkota  turun  lewat  depan  tubuh  ke  chakra  kening  – chakra  tenggorok  –  chakra  dada  –  chakra  ulu  hati  –  chakra  bawah  pusar  – chakra  dasar  – terus  melalui  paha  depan  –  tulang  kering  –  telapak  kaki  – lanjut  ke  dalam bumi  kurang  lebih  antara  sepuluh  meter. Kembali  naik  dst, .

Lidah menempel langit-langit, nafas biasa / natural alamiah.  Semua  itu  dilakukan  dan  dihayati  dengan  Cipto  =  pikiran  –  Roso  =  rasa  / perasaan / jiwa – Karso = kehendak / lahiriah.

Sebelum Pembangkitan Kundalini Bersihkanlah  Cakra Utama Dahulu.

Membangkitkan Kundalini Sakti dengan cara membersihkan terlebih dahulu seluruh cakra-cakra Utama . Proses yang dilakukan disini secara bertahap dan pelan-pelan sehingga tidak membahayakan bagi tubuh fisik.

Meditasi lebih bertujuan untuk mendapatkan Ketenangan bathin, Kesadaran diri, Kesehatan dan menambah Intelektual. Disamping itu bermeditasi akan mampu meningkatkan Tali Spiritual anda dan bahkan mencapai kebebasan spirit secara spiritual. Atau bagi yang melaksanakan Meditasi ini secara tekun, niscaya hasil awalnya dapat diketahui dengan merasakan perubahan–perubahan pada kehidupan sehari-harinya dari hal-hal negatif menuju kearah positif terutama pada sikap, cara berpikir, rasa keakuan ( ego ) dan hal lainnya.

Tempat Untuk Meditasi

Dalam melakukan meditasi pilihlah tempat yang suci seperti di Musollah, Masjid, atau Kamar yang bersih. Bila hal ini tidak memungkinkan sediakan kamar suci (sebuah ruangan khusus di rumah anda), yang sebelumnya disucikan terlebih dahulu sesuai kepercayaan dan keyakinan atau tempat-tempat yang suasananya tenang dan memungkinkan untuk melakukan meditasi lebih nyaman bila disertai dengan wewangian. Pada kamar suci tersebut buatlah tempat khusus untuk kita melatih meditasi atau semedi atau manekung dalam istilah lebih islaminya zikir.

Waktu Untuk Meditasi

Waktu untuk melakukan meditasi yang baik yaitu saat dimana suasana terasa tenang dan memungkinkan untuk melatih dalam Pemusatan pikiran. Seperti sebelum fajar antara pukul 00.00 – 04.00 pagi, dimana pada waktu itu udara mulai terasa segar, suasana lingkungan yang tenang, dan di samping itu energi prana yang bersifat kasar semakin menipis sedangkan energi prana yang bersifat halus masih stabil.

Jika anda tidak terbiasa bangun pagi, anda dapat bermeditasi pada waktu Sore hari, antara pukul 19.30 – 22.00 Habis isya’, dimana pada saat itu paling tidak suasana akan terasa lebih tenang mungkin akibat ketegangan pikiran dari pengaruh rutinitas pekerjaan atau hal lainnya. Waktu diatas bukanlah suatu keharusan, andapun dapat tentukan sendiri waktu yang baik untuk melaksanakan meditasi dengan mempertimbangan kondisi sendiri dan lingkungan disekitar anda.

Sikap Saat Meditasi

Pada Meditasi , sikap duduk merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan terutama keadaan tulang pungung supaya tegak lurus. Ini dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, terutama bangkitnya energi kundalini yang tidak disadari. Karena kebangkitan energi Kundalini Sakti, prosesnya melalui Nadi Susumna yang merupakan nadi utama yang terletak di tulang punggung. Bila anda belum terbiasa dengan menegakkan tulang punggung dapat dilatih dengan bersandar pada dinding.

Pengaturan Nafas  Meditasi

Setelah anda menentukan tempat bermeditasi, dan mengambil sikap yang baik seperti yang telah diuraikan diatas, stabilkan dan tenangkan pikiran anda dari hal-hal negatif, seperti berbagai masalah yang telah anda alami, rasa marah, benci, ataupun kesedihan, jangan biarkan mengganggu usaha meditasi yang akan anda latih. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan tekhnik pernafasan .

Tekhnik ini dilakukan dengan cara menghirup atau Tarik napas dari hidung kanan keluarkan dari hidung kiri ,Keluar masuknya nafas benar-benar dirasakan adanya energi hidup (atma/chayu/kayu/kayun)  sembari mengucap mantra dalam hati/batin saja. Mengucap “hu”/ Allah pada saat nafas ditarik dari puser ke arah ubun-ubun. Lalu mengucap “ya”/hu pada saat keluarnya nafas yakni turunnya nafas dari ubun-ubun ke arah pusar, dengan sugestikan memasukkan Zat Allah/Zat Tuhan.

Apapun kata dan bahasa yang digunakan dalam mantra toh tidak ada pengaruh dalam keberhasilan semedi. Letak keberhasilan semedi bukan pada ucapan,  namun bagaimana kita harus memahami dan menghayati makna hakekat dari hu – ya, allah –  hu, maupun lailah – hailallah. Jangan terjebak oleh rangkaian kata-katanya namun konsentrasi harus di fokuskan kepada getaran Zat Mahamulia. Hu atau ha atau a atau the berarti “sesuatu”, yakni menggambarkan sesuatu yang paling dan maha, tidak lain adalah eksistensi Zat tertinggi yang tanpa nama sebagai tingkat pemahaman akan tataran hakekat Zat.

Dengan dalam-dalam kemudian menyimpannya dan mengeluarkan secara berirama. Bagi pemula dapat melatih tekhnik pernapasan mulai dari tahapan yang paling ringan dan secara bertahap kemudian ditingkatkan. Bila anda ingin lebih mengenal teknik pernapasan yang lebih baik anda dapat membaca buku–buku tentang tekhnik pernapasan . Tekhnik pernafasan merupakan dasar disiplin yang paling utama untuk menuju ketingkatan yang lebih tinggi.

Pembersihan  Chakra  Utama

Lakukan Meditasi Pembersihan tersebut minimal 13 malam berturut-turut, lebih lama lebih baik.

Pembersihan ini sangat bermanfaat,  dimana  chakra  berfungsi  sebagai  pintu  keluar  masuknya energi  eterik  dari  berbagai  lapis  tubuh.  Apabila  sebuah  chakra  tidak berfungsi dengan baik, maka energi kotor tidak dapat dipompa keluar dan energi bersih tidak dapat  ditarik masuk. Dengan demikian organ-organ tubuh di sekitarnya akan endapat gangguan. Walaupun pada tubuh terdapat banyak chakra-chakra, tetapi perhatian harus ditujukan kepada ke 7 chakra utama, chakra lain akan membuka dengan sendirinya.

Pembersihan  chakra  utama  langkah-langkahnya  sebagai berikut :

Tariklah  nafas melalui  hidung kanan secara  perlahan-lahan  dan  dalam, tarik nafas hingga memenuhi paru-paru tanpa memaksakan diri. Hembuskanlah  nafas  melalui  hidung kiri, dimana  saat  mengeluarkan  nafas  bayangkanlah  seluruh  ketegangan  dihembuskan  keluar  dari  tubuh  sehingga seluruh tubuh menjadi santai dan tenang (metode relaksasi). Lakukanlah langkah  di  atas  tiga  kali,  setelah  itu  tidak  perlu

memikirkan apapun mengenai nafas.

Chakra Dasar terletak di ujung tulang ekor ke 3, dimana chakra ini  adalah pusat vitalitas, keinginan untuk hidup dan tubuh fisik. Bayangkanlah  “cahaya  berwarna  merah”  memasuki  chakra dasar,  memenuhi  anggota  tubuh  di  sekitarnya  dan  turun  kepaha memenuhi  kedua  paha,  memasuki dan  memenuhi  lutut,  turun  ke kaki  dimana  sambil  turun  “cahaya  merah”  membawa  seluruh energi  negatif  yang  ada  pada  bagian  tubuh  dan  membuangnya melalui telapak kaki.

Tariklah  lebih  banyak  cahaya  merah  sehingga  seluruh  jalur  tadi menjadi  terang  dan  mendorong  seluruh  energi  negatif  keluar melalui telapak kaki sampai tuntas.

Jangan melakukan apapun selama 5 detik.

Chakra Sex yang dikenal juga sebagai pusat tubuh emosi, dimana semua perasaan diproses. Bayangkan lah “cahaya berwarna oranye” cahaya terus menerus memasuki  chakra  sex  yang  terletak  di  alat  kelamin,  memenuhi seluruh alat kelamin dan alat reproduksi, cahaya bergerak ke arah atas ke paru-paru dan jantung.

Bayangkan  seluruh  bagian  tubuh  yang  dipenuhi  oleh  cahaya  ini bersinar  cahaya  oranye,  sekarang  cahaya  tersebut  keluar  dari chakra  jantung  dengan  membawa  seluruh  energi  dan  perasaan negatif yang ada.

Janganlah melakukan apapun selama 5 detik.

Chakra  Pusat diasosiasikan  dengan  “tubuh  mental”,  yang mengontrol seluruh pikiran pendapat dan penilaian. Bayangkanlah  “cahaya  berwarna  kuning”  memasuki  pusar memenuhi seluruh organ-organ di perut dan rongga perut. Cahaya kuning  membuat  seluruh  organ  dan  sel  menjadi  lebih  sehat  lalu bawa cahaya kuning ke bagian atas tubuh ke arah “chakra jantung” dengan  mengeluarkan  seluruh  energi  dan  emosi  negatif  dari bagian perut.

Janganlah melakukan apapun selama 5 detik.

Chakra  Jantung sebagai  chakra  keempat  dikenal  sebagai  pusat tubuh  intuisi,  dimana  chakra  jantung  ini  adalah  pusat  dari  cinta kasih,  kasih  sayang  seluruh  perasaan  yang  positif  dan  halus. Bayangkanlah  cahaya  warna  hijau  muda  atau  merah  muda.  Hijau muda  berfungsi  untuk pengobatan,  merah  muda  untuk  cinta kasih dapat digunakan secara bergantian.

Bayangkanlah cahaya  berwarna hijau muda yang menyembuhkan memasuki  chakra  jantung,  cahaya  penyembuhan  ini  memenuhi seluruh rongga dada memasuki paru-paru dan jantung. Cahaya  hijau  muda ini  terus  menerus  memenuhi  bahu,  tangan, sampai  ke  jari-jari,  cahaya  turun  ke  bawah  memenuhi  seluruh sampai ke jari kaki dan ke atas tenggorokan memenuhi leher dan ke  kepala  memenuhi  seluruh  rongga  kepala  dan  otak.  Pastikan bahwa  cahaya  ini  memasuki  seluruh  bagian  kepala  seperti  gusi atas,  bawah,  gigi,  telinga,  sisi  kiri  kanan  kepala  dan  sebagainya. Sambil  mendorong  seluruh  energi  negatif  keluar  dari  pori-pori tubuh. Cahaya hijau muda ini menyembuhkan seluruh organ dan sel yang ada pada tubuh dan lapisan-lapisan tubuh lainnya.

Janganlah melakukan apapun selama 5 detik.

Chakra  Tenggorokan sebagai  chakra  ke-lima,  merupakan  pusat “tubuh  atma”  yang  terletak  di  tenggorokan  di  lokasi  pita  suara, cahaya  yang  dipergunakan  berwarna  “biru  laut”.  Cahaya memasuki  dan  memenuhi  tenggorokan,  turun  ke  dada  dan memenuhi  dada  dan  jantung.  Jantung  dan  tenggorokan  sekarang terhubung  langsung  dengan  cahaya  berwarna  biru  laut,  dengan adanya  hubungan  ini,  seluruh  hambatan  antara  tenggorokan  dan jantung  dihilangkan  dan  seluruh  perasaan  yang  ada  akan  dapat diekspresikan melalui kata-kata.

Janganlah melakukan apapun selama 5 detik.

Chakra mata Ketiga (Chakra Ajna) sebagai chakra ke-enam yang  biasa  juga  disebut  “chakra  antara  kening”,  dimana  merupakan pusat  “tubuh  cahaya  atau  tubuh  monad”.  Bayangkan  cahaya berwarna  “Lembayung  Muda”  memasuki  chakra  ajna,  terus  ke dalam  kepala,  cahaya  ini  memenuhi  kepala  dan  otak,  menerangi pikiran  dan  roh.  Cahaya  ini  turun  ke  tenggorokan  dan  memenuhi dada sambil membawa energi spiritual ke Chakra Jantung.

Jangan lah melakukan apapun selama 5 detik.

Chakra Mahkota sebagai chakra utama ke-tujuh terletak di puncak kepala,  pada  tahun  sebelum  tahun  1970  jarang  disebut  karena sukar  sekali  dibuka.  Dengan  terbukanya  “Chakra  Mahkota  Alam Semesta”  antara  tahun  1970  maka  imbasnya  “chakra  mahkota” dapat dibuka dengan sama mudahnya dengan chakra utama yang

lain. Bayangkan “Cahaya Putih” yang terang benderang turun ke dalam kepala  melalui  Chakra  Mahkota,  memenuhi  otak,  pikiran  dan  roh dengan  energi  spiritual  dari  Allah  Pribadi.  Cahaya  ini  juga  turun memenuhi  tenggorokan  sampai  ke  dada,  memenuhi  dada  dan chakra jantung dengan energi spiritual yang tidak terbatas.

Cahaya  yang  masuk  terus  menerus  dalam  jumlah besar  akan mendorong  keluar  kotoran-kotoran  dan  hambatan-hambatan  dari kepala, dimana perjalanan astral dapat dilakukan secara sadar dan lebih mudah.

Grounding

Satu  teknik  lagi  yang  amat  penting,  yang  dianjurkan  sering dilatih  sebelum  melaksanakan  latihan-latihan  pembersihan  yang  lain yaitu  “Grounding”  (terhubung  ke  langit  dan  bumi).  Grounding  akan memastikan  seseorang  menerima  cukup  energi  dari  langit  dan  bumi secara  seimbang  dan  memberikan  perlindungan  dimana  sebagian besar energi negatif akan secara otomatis disalurkan ke bumi.

Tehnik untuk melakukan “grounding”  adalah sebagai berikut: Bayangkanlah  “cahaya  putih”  atau  “kuning  emas”  yang  terang benderang  dari  atas  turun  memasuki  chakra  mahkota,  cahaya tersebut menghangatkan dan membuat chakra mahkota membuka dengan besar seperti sebuah bunga teratai yang bercahaya terang benderang. Cahaya tersebut menembus chakra mahkota dibagian tengah, dan mulai memasuki kepala.

Semakin  banyak  cahaya  yang  memasuki  kepala,  memenuhi seluruh  kepala  dan  mulai  mendorong  chakra  mata  ketiga  dari dalam,  mengakibatkan  chakra  mata  ketiga  juga  ikut  mekar sepenuhnya. Cahaya  memenuhi  seluruh  kepala  dan  turun  memenuhi tenggorokan,  mendorong  chakra  tenggorokan  untuk  mekar sepenuhnya.

Cahaya  yang  telah  memenuhi  kepala  dan  tenggorokan  turun  ke rongga  dada,  memenuhi  seluruh  rongga  dada  dan  mendorong chakra  pusat,  chakra  seks  dan  terakhir  chakra  dasar  menjadi mekar sepenuhnya.

Cahaya turun melalui kaki, bagi yang melaksanakan tehnik dengan berdiri  bayangkan  cahaya  turun  dari  kedua  chakra  telapak  kaki, sedangkan  bagi  yang  melakukan tehnik sambil duduk, bayangkan cahaya turun dari chakra dasar.

Cahaya yang telah turun keluar dari tubuh dari chakra telapak kaki ataupun  chakra  dasar  memasuki  bumi  hingga  sampai  ke  pusat bumi dengan cinta kasih.

Menerima  cahaya  dan  cinta  kasih  bumi  akan  membalasnya dengan cahaya berwarna hijau yang naik dari pusat bumi ke tubuh. Perintahkan pikiran bawah sadar untuk menjaga agar tubuh selalu terhubung  dengan  cahaya  dari  langit  dan  bumi  ini,  dan  menarik kedua sinar tersebut terus menerus.

Biasanya dibutuhkan waktu sekitar 10 – 15 menit untuk latihan “grounding”,  pada  mulanya  setiap  kali  dilatih,  tehnik  ini  akan  dapat bertahan  selama  kurang  lebih  2  jam.  Oleh  karena  itu  untuk mendapatkan hasil yang baik tehnik ini harus dilatih setiap 2 jam sekali yang  berarti  8  kali  dalam  seharinya,  selama  3  hari  yang  pertama. Mulai hari yang ke-4 latihan dapat hanya dilaksanakan 4 – 5 kali saja sehari,  setelah  minggu  ke-2  latihan  dapat  dilaksanakan  2  –  3  kali sehari.  Apabila  latihan  ini  dapat  dilakukan  secara  teratur  selama  30 hari  terus  menerus,  tubuh  akan  terhubung  dengan  kedua  sumber energi  secara  permanen  dan  setelah  latihan  yang  terus  menerus selama 30 hari, latihan hanya perlu dilakukan sekali sehari.

Pembangkitan Kundalini

1. Pernapasan  , dengan  hitungan  tidak  memakai  detak  jantung, namun memakai detak jam. Alasannya, detak jantung tidak stabil saat hitungan  semakin  meninggi.  Sambil  diiringi  zikir  Allah  (mengingat Tuhan). Dari pengalaman   pada hitungan ke 8 terasa ada aliran listrik halus dari tulang ekor ke 3 (chakra dasar / Hu  yin / Pirenium) naik melalui tulang punggung (jalur Sushumna) ke chakra mahkota (ubun-ubun).

2. Untuk  Melatih Kebangkitan  Kundalini,  ada  dua  tehnik  pernapasan yang  sering  digunakan  mengawali  latihan  meditasi  dengan  cara memadukan kekuatan “prana” dan “apana”.

Prana adalah  tenaga  eterik  yang  diasosiasikan  dengan  inspirasi  dan perasaan yang berpusat di jantung, sedangkan  Apana adalah tenaga penciptaan  yang  lebih  rendah  yang  berpusat  di  alat  reproduksi. Dengan  memadukan  kedua  jenis  yang  berbeda  ini  akan  timbul percikan  yang  menimbulkan  kebangkitan  Kundalini  dari  tempatnya. Dua tehnik pernapasan itu adalah :

Pernapasan  Jambangan yang  disebut  juga  “kumbhaka”  dalam  bahasa sansekerta, atau “rlung bumpacan” dalam bahasa Tibet adalah tehnik dimana “apana” yang berada dalam alat reproduksi ditarik ke atas ke dalam “tan-tien” yang berada dua jari dibawah pusat. Penarikan dilakukan dengan cara : Menarik  napas  dalam-dalam  dan  menekannya  ke  bawah, sementara  seluruh  otot  di  sekitar  alat  kelamin  dan  anus  ditarik dengan kuat ke atas. Tehnik penarikan “apana” ke atas ini biasa disebut  “tehnik  mula-bandha”  yang  berarti  “penguncian  akar”, sambil  menahan  napas,  prana  ditarik  ke  bawah  dari  jantung  ke dalam “tan-tien”.

Dengan  menelan  ludah  berikan  tambahan  tekanan  ke bawah, penyatuan kedua tenaga ini dapat dilakukan dengan lebih mudah  dan  tenaga  prana  dan apana  yang  telah  bercampur  tadi ditekan lebih ke bawah lagi dimana Kundalini masih tertidur, yaitu diantara  reproduksi  dan  anus.  Proses  pernapasan  ini  dilakukan hanya  dengan  sekali  menarik  dan  menahan  napas,  setelah  itu otot-otot dikendurkan kembali secara perlahan-lahan.

Tehnik  itu  biasa  dilakukan  sambil  duduk  bersila  dengan kedua  tangan  disisi,  sehingga  postur  tubuh  terlihat  seperti jambangan.  Oleh  sebab  itu  disebut  tehnik  pernapasan jambangan.

Pernapasan  Bandha  Traya adalah  tehnik  pernapasan  kedua  yang kegunaannya  untuk  menyatukan  prana  dan  apana,  biasanya  disebut  juga tehnik pernapasan “tiga kunci” karena menggunakan tiga tahap penguncian.

Penguncian  pertama  disebut  juga  “mula  bandha”  atau penguncian  awal  yang  dipergunakan  untuk  menarik  apana  ke atas.  Dengan  tehnik  ini,  otot  di  sekitar  alat  kelamin  dan  anus ditarik  ke  atas  dan  ditahan  bersamaan  dengan  ditariknya  apana ke atas.

Penguncian  kedua  disebut  “uddiyana”  yang  berarti melayang  ke  atas,  dimana  napas  dihembuskan  ke  luar  sambil menekan  perut  ke  arah  belakang,  sehingga  membuat  “apana” yang berada di perut bagian bawah tertarik ke atas ke dalam “tan-tien”.

Penguncian  ketiga  adalah  “jalandhara  bandha”  dimana kepala  ditarik  ke  belakang  sedikit,  lalu  ditekuk  ke  depan  sampai dagu  menyentuh  dada,  dengan  demikian  kepala  berlaku  seperti sebuah  pompa  memompakan  prana  yang  berada  dalam  jantung ke bawah ke dalam tan-tien. Setelah prana masuk ke dalam tan- tien  dan  menyatu  dengan  apana,  maka  campuran  ini  langsung ditekan  ke  bawah  ke  tempat  Kundalini  diantara  alat  reproduksi dan anus untuk membangkitkan Kundalini.

Walaupun kedua tehnik sama-sama bertujuan menyatukan prana  dan  apana  untuk  membangkitkan  Kundalini  yang  tertidur,tehnik “tiga kunci” mempergunakan lebih banyak tekanan otot dari pada tehnik pernapasan “jambangan”.

Latihan pernafasan ini berguna untuk menghimpun energi, dengan latihan pernafasan maka kita akan memiliki Tenaga dalam yang luar biasa. Hampir setiap Perguruan Tenaga Dalam di Indonesia semuanya melatih murid-muridnya dengan penafasan.

Lakukan latihan pernafasan ini setiap, setelah 1 bulan anda melakukan latihan ini anda akan merasakan manfaatnya. Latihan ini boleh kapan saja, tetapi bila latihan mediatasi zikir harus dilakukan dimalam hari.

Semoga apa yang saya sampaikan ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan seluruh alam supaya semakin bertambah iman serta makin yakin dekat diri kepada Allah.dan semoga semua makhluk hidup damai dan sejahtera. Amin.

Salam Rahayu

“KI AGENG JEMBAR JUMANTORO “

KISAH PARA PAHLAWAN ACEH MENANG PERANG: CERDAS, ULET DAN TANGGUH

SINGA MARANTEE

Assalamu ‘alaikum wr, wb…..

Melalui artikel ini, saya SINGA MARANTEE ingin menguak sejarah yang hilang, menurut sejarah yang ditulis Belanda, Aceh adalah daerah yang tidak pernah di taklukkan, prajurit Aceh masa itu daya tahannya luar biasa, sebenarnya yang menjadi spiritnya adalah kalimah LAA ILAAHAILLALLAH dan hikayat PRANG SABI ( perang sabil / sabilillah ) yang dikarang oleh ABU KRUENG KALEE, setiap prajurit akan berangkat perang dibacakannlah syair hikayat prang sabi yang membuat darah pejuang Aceh mendidih, karena berperang mengahadapi KAPHE BEULANDA ( kafir belanda )., makanya spiritnya menguat krn jihad yang jaminannya SYURGA FIRDAUS.

 Adalah umum pada masa itu mereka memiliki ilmu panglimunan ( ilmu menghilang ) , ilmu itu sudah umum dimiliki prajurit Aceh masa itu, dan prajurit Aceh mempunyai pedang yang bisa memotong musuh dalam jarak 300- 500 Meter, ini dicatat dalam sejarah belanda, melalui Koran lokal pada masa Gubernur Abdullah Puteh menjabat sebelum tsunami, pemerintah Belanda pernah memulangkan sebilah pedang berkunci rantai ( PEUDEUNG MEUGUNCI ) dan sebilah SIWAH emas ( mirip rencong tapi bergagang lurus dan panjang )yang menurut cerita milik pejuang dari dataran tinggi Gayo ( milik panglima kumis tembaga gelarnya oleh belanda ).., beliau berjuang seorang diri, tidak pernah mau bergabung dengan kaum prajurit Aceh umumnya kala itu, pedang terkunci tersebut dalam pembutannya setelah ditempa dalam keadaan panas membara lalu disapukan pada ketiak sebagai sepuhan, bukan dalam air seperti membuat pisau atau parang apada umumnya, demikian salahsatu cerita dari pak Kaman / kamaruzzaman di tanah merah gayo, kab. Aceh utara, Nanggroe Aceh Darussalam…

 Untuk sekedsar melestarikan budaya kita, saya ingin tau apakah masih ada pedang semikian dan ahlinya saat ini…?? Ini sebagai rasa penasaran saya bagaimana cara bertempur orang tempoe doeloe menghadapi musuh dengan trik dan peralatan yang lebih canggih masa itu.

 

Sultan Iskandar Muda (1593-1636)

1. Riwayat Hidup

Snouck Hurgronje pernah menyatakan bahwa kisah tentang Sultan Iskandar Muda hanya dongeng belaka. Sayangnya, Horgronje hanya mendasari penelitiannya pada karya-karya klasik Melayu, seperti Bustan al-Salatin, Hikayat Aceh, dan Adat Aceh. Sejarah Aceh rupanya dipahami Horgronje secara keliru. Sebagai perbandingan, kita bisa membaca penelitian Denys Lombard, Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636) yang di samping menggunakan sumber-sumber Melayu setempat (Bustan al-Salatin, Hikayat aceh, dan Adat Aceh), juga menggunakan sumber-sumber Eropa dan Tionghoa. Di samping kedua sumber itu, Lombard juga menggunakan kesaksian para musafir Eropa yang sempat tinggal di Aceh pada saat itu, seperti Frederik de Houtman, John Davis, dan terutama Augustin de Beaulieu. Penelitian Lombard bisa dikatakan mampu menyajikan fakta sejarah sesuai aslinya, dan itu berarti ia justru membalikkan tesis Horgronje. Lombard membuktikan bahwa masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda merupakan masa kejayaan yang sangat gemilang.

Sultan Iskandar Muda merupakan raja paling berpengaruh pada Kerajaan Aceh. Ia lahir di Aceh pada tahun 1593. Nama kecilnya adalah Perkasa Alamo rang aceh menyebut PO TEUMEURHOM karena menurut orang tua-tua dulu dia adalahseorang pemuda sakti yang jago bela diri yang memenangkan pertarungan melalui sayembara untuk jadi Raja , po = asal kata dari pertanyaan masyarakat waktu itu waktu menyaksikan pertarungan..anak siapa..? atau seupo = siapa..?? TEUMEREUHOM = asal kata dari HOM = entah/ gak tau atau tidak dikenal... karena waktu itu Iskandar muda dating dgn menunggangi gajah putih, Dari pihak ibu, Sultan Iskandar Muda merupakan keturunan dari Raja Darul-Kamal, sedangkan dari pihak ayah ia merupakan keturunan Raja Makota Alam. Ibunya bernama Putri Raja Indra Bangsa, atau nama lainnya Paduka Syah Alam, yang merupakan anak dari Sultan Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh ke-10. Putri Raja Indra Bangsa menikah dengan Sultan Mansyur Syah, putra dari Sultan Abdul Jalil (yang merupakan putra dari Sultan Alauddin Riayat Syah al-Kahhar, Sultan Aceh ke-3). Jadi, sebenarnya ayah dan ibu dari Sultan Iskandar Muda merupakan sama-sama pewaris kerajaan. Sultan Iskandar Muda menikah dengan seorang putri dari Kesultanan Pahang, yang lebih dikenal dengan Putroe Phang. Dari hasil pernikahan ini, Sultan Iskandar Muda dikaruniai dua buah anak, yaitu Meurah Pupok dan Putri Safiah. Perjalanan Sultan Iskandar Muda ke Johor dan Melaka pada 1612 sempat berhenti di sebuah Tajung (pertemuan sungai Asahan dan Silau) untuk bertemu dengan Raja Simargolang. Sultan Iskandar Muda akhirnya menikahi salah seorang puteri Raja Simargolang yang kemudian dikaruniai seorang anak bernama Abdul Jalil (yang dinobatkan sebagai Sultan Asahan 1).

Sultan Iskandar Muda mulai menduduki tahta Kerajaan Aceh pada usia yang terbilang cukup muda (14 tahun). Ia berkuasa di Kerajaan Aceh antara 1607 hingga 1636, atau hanya selama 29 tahun. Kapan ia mulai memangku jabatan raja menjadi perdebatan di kalangan ahli sejarah. Namun, mengacu pada Bustan al-Salatin, ia dinyatakan sebagai sultan pada tanggal 6 Dzulhijah 1015 H atau sekitar awal April 1607. Masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda tersebut ini dikenal sebagai masa paling gemilang dalam sejarah Kerajaan Aceh Darussalam. Ia dikenal sangat piawai dalam membangun Kerajaan Aceh menjadi suatu kerajaan yang kuat, besar, dan tidak saja disegani oleh kerajaan-kerajaan lain di nusantara, namun juga oleh dunia luar. Pada masa kekuasaannya, Kerajaan Aceh termasuk dalam lima kerajaan terbesar di dunia.

Langkah utama yang ditempuh Sultan Iskandar Muda untuk memperkuat kerajaan adalah dengan membangun angkatan perang yang umumnya diisi dengan tentara-tentara muda. Sultan Iskandar Muda pernah menaklukan Deli, Johor, Bintan, Pahang, Kedah, dan Nias sejak tahun 1612 hingga 1625. Sultan Iskandar Muda juga sangat memperhatikan tatanan dan peraturan perekonomian kerajaan. Dalam wilayah kerajaan terdapat bandar transito (Kutaraja, kini lebih dikenal Banda Aceh) yang letaknya sangat strategis sehingga dapat menghubungkan roda perdagangan kerajaan dengan dunia luar, terutama negeri Barat. Dengan demikian, tentu perekonomian kerajaan sangat terbantu dan meningkat tajam.

Dalam bidang ekonomi, Sultan Iskandar Muda menerapakan sistem baitulmal. Ia juga pernah melakukan reformasi perdagangan dengan kebijakan menaikkan cukai eksport untuk memperbaiki nasib rakyatnya. Pada masanya, sempat dibangun juga saluran dari sungai menuju laut yang panjangnya mencapai sebelas kilometer. Pembangunan saluran tersebut dimaksudkan untuk pengairan sawah-sawah penduduk, termasuk juga sebagai pasokan air bagi kehidupan masyarakat dalam kerajaan.

Sultan Iskandar Muda dikenal memiliki hubungan yang sangat baik dengan Eropa. Konon, ia pernah menjalin komunikasi yang baik dengan Inggris, Belanda, Perancis, dan Ustmaniyah Turki. Sebagai contoh, pada abad ke-16 Sultan Iskandar Muda pernah menjalin komunikasi yang harmonis dengan Kerajaan Inggris yang pada saat itu dipegang oleh Ratu Elizabeth 1. Melalui utusannya, Sir James Lancester, Ratu Elizabeth 1 memulai isi surat yang disampaikan kepada Sultan Iskandar Muda dengan kalimat: “Kepada Saudara Hamba, Raja Aceh Darussalam”. Sultan kemudian menjawabnya dengan kalimat berikut: “I am the mighty ruler of the religions below the wind, who holds way over the land of Aceh and over the land of Sumatera and over all the lands tributary to Aceh, which stretch from the sunrise to the sunset (Hambalah sang penguasa perkasa negeri-negeri di bawah angin, yang terhimpun di atas tanah Aceh dan atas tanah Sumatera dan atas seluruh wilayah-wilayah yang tunduk kepada Aceh, yang terbentang dari ufuk matahari terbit hingga matahari terbenam)”.

Pada masa pemerintahannya, terdapat sejumlah ulama besar. Di antaranya adalah Syiah Kuala sebagai mufti besar di Kerajaan Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda. Hubungan keduanya adalah sebagai penguasa dan ulama yang saling mengisi proses perjalanan roda pemerintahan. Hubungan tersebut diibaratkan: Adat bak Peutu Mereuhum, syarak bak Syiah di Kuala (adat di bawah kekuasaan Sultan Iskandar Muda, kehidupan beragama di bawah keputusan Tuan Syiah Kuala). Sultan Iskandar Muda juga sangat mempercayai ulama lain yang sangat terkenal pada saat itu, yaitu Syeikh Hamzah Fanshuri dan Syeikh Syamsuddin as-Sumatrani. Kedua ulama ini juga banyak mempengaruhi kebijakan Sultan. Kedua merupakan sastrawan terbesar dalam sejarah nusantara.

Sultan Iskandar Muda meninggal di Aceh pada tanggal 27 Desember 1636, dalam usia yang terbilang masih cukup muda, yaitu 43 tahun. Oleh karena sudah tidak ada anak laki-lakinya yang masih hidup, maka tahta kekuasaanya kemudian dipegang oleh menantunya, Sultan Iskandar Tani (1636-1641). Setelah Sultan Iskandar Tani wafat tahta kerajaan kemudian dipegang janda Iskandar Tani, yaitu Sultanah Tajul Alam Syafiatudin Syah atau Puteri Safiah (1641-1675), yang juga merupakan puteri dari Sultan Iskandar Muda.

2. Pemikiran

Sultan Iskandar Muda merupakan pahlawan nasional yang telah banyak berjasa dalam proses pembentukan karakter yang sangat kuat bagi nusantara dan Indonesia. Selama menjadi raja, Sultan Iskandar Muda menunjukkan sikap anti-kolonialismenya. Ia bahkan sangat tegas terhadap kerajaan-kerajaan yang membangun hubungan atau kerjasama dengan Portugis, sebagai salah satu penjajah pada saat itu. Sultan Iskandar Muda mempunyai karakter yang sangat tegas dalam menghalau segala bentuk dominasi kolonialisme. Sebagai contoh, kurun waktu 1573-1627 Sultan Iskandar Muda pernah melancarkan jihad perang melawan Portugis sebanyak 16 kali, maski semuanya gagal karena kuatnya benteng pertahanan musuh. Kekalahan tersebut menyebabkan jumlah penduduk turun drastis, sehingga Sultan Iskandar Muda mengambil kebijakan untuk menarik seluruh pendudukan di daerah-daerah taklukannya, seperti di Sumatera Barat, Kedah, Pahang, Johor dan Melaka, Perak, serta Deli, untuk migrasi ke daerah Aceh inti.

Pada saat berkuasa, Sultan Iskandar Muda membagi aturan hukum dan tata negara ke dalam empat bidang yang kemudian dijabarkan secara praktis sesuai dengan tatanan kebudayaan masyarakat Aceh. Pertama, bidang hukum yang diserahkan kepada syaikhul Islam atau Qadhi Malikul Adil. Hukum merupakan asas tentang jaminan terciptanya keamanan dan perdamaian. Dengan adanya hukum diharapkan bahwa peraturan formal ini dapat menjamin dan melindungi segala kepentingan rakyat. Kedua, bidang adat-istiadat yang diserahkan kepada kebijaksanaan sultan dan penasehat. Bidang ini merupakan perangkat undang-undang yang berperan besar dalam mengatur tata negara tentang martabat hulu balang dan pembesar kerajaan. Ketiga, bidang resam yang merupakan urusan panglima. Resam adalah peraturan yang telah menjadi adat istiadat (kebiasaan) dan diimpelentasikan melalui perangkat hukum dan adat. Artinya, setiap peraturan yang tidak diketahui kemudian ditentukan melalui resam yang dilakukan secara gotong-royong. Keempat, bidang qanun yang merupakan kebijakan Maharani Putro Phang sebagai permaisuri Sultan Iskandar Muda. Aspek ini telah berlaku sejak berdirinya Kerajaan Aceh.

Sultan Iskandar Muda dikenal sebagai raja yang sangat tegas dalam menerapkan syariat Islam. Ia bahkan pernah melakukan rajam terhadap puteranya sendiri, yang bernama Meurah Pupok karena melakukan perzinaan dengan istri seorang perwira. Sultan Iskandar Muda juga pernah mengeluarkan kebijakan tentang pengharaman riba. Tidak aneh jika kini Nagroe Aceh Darussalam menerapkan syariat Islam karena memang jejak penerapannya sudah ada sejak zaman dahulu kala. Sultan Iskandar Muda juga sangat menyukai tasawuf.

Sultan Iskandar Muda pernah berwasiat agar mengamalkan delapan perkara, di antaranya adalah sebagai berikut. Pertama, ia berwasiat kepada para wazir, hulubalang, pegawai, dan rakyat agar selalu ingat kepada Allah dan memenuhi janji yang telah diucapkan. Kedua, jangan sampai para raja menghina alim ulama dan ahli bijaksana. Ketiga, jangan sampai para raja percaya terhadap apa yang datang dari pihak musuh. Keempat, para raja diharapkan membeli banyak senjata. Pembelian senjata dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan dan pertahanan kerajaan dari kemungkinan serangan musuh setiap saat. Kelima, hendaknya para raja mempunyai sifat pemurah (turun tangan). Para raja dituntut untuk dapat memperhatikan nasib rakyatnya. Keenam, hendaknya para raja menjalankan hukum berdasarkan al-Qur‘an dan sunnah Rasul. Di samping kedua sumber tersebut, sumber hukum lain yang harus dipegang adalah qiyas dan ijma‘, baru kemudian berpegangan pada hukum kerajaan, adat, resam, dan qanun. Wasiat-wasiat tersebut mengindikasikan bahwa Sultan Iskandar Muda merupakan pemimpin yang saleh, bijaksana, serta memperhatikan kepentingan agama, rakyat, dan kerajaan.

Hamka melihat kepribadian Sultan Iskandar Muda sebagai pemimpin yang saleh dan berpegangan teguh pada prinsip dan syariat Islam. Tentang kepribadian kepemimpinannya, Antony Reid melihat bahwa Sultan Iskandar Muda sangat berhasil menjalankan kekuasaan yang otoriter, sentralistis, dan selalu bersifat ekspansionis. Karakter Sultan Iskandar tersebut memang banyak dipengaruhi oleh sifat kakeknya. Kejayaan dan kegemilangan Kerajaan Aceh pada saat itu memang tidak luput dari karakter kekuasaan monarkhi karena model kerajaan berbeda dengan konsep kenegaraan modern yang sudah demokratis.

3. Karya

Surat Sultan Iskandar Muda kepada Raja Inggris King James 1 pada tahun 1615 merupakan salah satu karyanya yang sungguh mengagumkan. Surat (manuskrip) tersebut berbahasa Melayu, dipenuhi dengan hiasan yang sangat indah berupa motif-motif kembang, tingginya mencapai satu meter, dan konon katanya surat itu termasuk surat terbesar sepanjang sejarah. Surat tersebut ditulis sebagai bentuk keinginan kuat untuk menunjukkan kepada dunia internasional betapa pentingnya Kerajaan Aceh sebagai kekuatan utama di dunia.

Masa kejayaan Sultan Iskandar Muda, di samping kebijakan reformatifnya, juga ditandai dengan luasnya cakupan kekuasaannya. Pada masanya, wilayah Kerajaan Aceh telah mencapai pesisir barat Minangkabau dan Perak.

Teuku Umar (1854 – 1899)

1. Riwayat Hidup

Aceh merupakan salah satu wilayah yang memiliki peran sangat besar terhadap perjuangan dan kemerdekaan bangsa Indonesia dari tangan penjajah. Di tanah ini, banyak muncul pahlawan-pahlawan nasional yang sangat berjasa, tidak hanya untuk rakyat Aceh saja tapi juga untuk rakyat Indonesia pada umumnya. Salah satu pahlawan tersebut adalah Teuku Umar. Ia dilahirkan pada tahun 1854 (tanggal dan bulannya tidak tercatat) di Meulaboh, Aceh Barat, Indonesia. Ia merupakan salah seorang pahlawan nasional yang pernah memimpin perang gerilya di Aceh sejak tahun 1873 hingga tahun 1899.

Kakek Teuku Umar adalah keturunan Minangkabau, yaitu Datuk Makdum Sati yang pernah berjasa terhadap Sultan Aceh. Datuk Makdum Sati mempunyai dua orang putra, yaitu Nantan Setia dan Achmad Mahmud. Teuku Achmad Mahmud merupakan bapak Teuku Umar.

Ketika perang aceh meletus pada 1873 Teuku Umar ikut serta berjuang bersama pejuang-pejuang Aceh lainnya, padahal umurnya baru menginjak19 tahun. Mulanya ia berjuang di kampungnya sendiri yang kemudian dilanjukan ke Aceh Barat. Pada umur ini, Teuku Umar juga sudah diangkat sebagai keuchik (kepala desa) di daerah Daya Meulaboh.

Kepribadiaan Teuku Umar sejak kecil dikenal sebagai anak yang cerdas, pemberani, dan kadang suka berkelahi dengan teman-teman sebayanya. Ia juga memiliki sifat yang keras dan pantang menyerah dalam menghadapi segala persoalan. Teuku Umar tidak pernah mendapakan pendidikan formal. Meski demikian, ia mampu menjadi seorang pemimpin yang kuat, cerdas, dan pemberani. Pernikahan Teuku Umar tidak sekali dilakukan. Ketika umurnya sudah menginjak usia 20 tahun, Teuku Umar menikah dengan Nyak Sofiah, anak Uleebalang Glumpang. Untuk meningkatkan derajat dirinya, Teuku Umar kemudian menikah lagi dengan Nyak Malighai, puteri dari Panglima Sagi XXV Mukim. Sejak saat itu, ia mulai menggunakan gelar Teuku. Pada tahun 1880, Teuku Umar menikahi janda Cut Nyak Dien, puteri pamannya. Sebenarnya Cut Nyak Dien sudah mempunyai suami (Teuku Ibrahim Lamnga) tapi telah meninggal dunia pada Juni 1978 dalam peperangan melawan Belanda di Gle Tarun. Setelah itu, Cut Nyak Dien bertemu dan jatuh cinta dengan Teuku Umar. Keduanya kemudian berjuang bersama melancarkan serangan terhadap pos-pos Belanda di Krueng. Hasil perkawinan keduanya adalah anak perempuan bernama Cut Gambang yang lahir di tempat pengungsian karena orang tuanya tengah berjuang dalam medan tempur.

Belanda sempat berdamai dengan pasukan Teuku Umar pada tahun 1883. Satu tahun kemudian (tahun 1884) pecah kembali perang di antara keduanya. Pada tahun 1893, Teuku Umar kemudian mencari strategi bagaimana dirinya dapat memperoleh senjata dari pihak musuh (Belanda). Akhirnya, Teuku Umar berpura-pura menjadi antek (kaki tangan) Belanda. Istrinya, Cut Nyak Dien pernah sempat bingung, malu, dan marah atas keputusan suaminya itu. Gubernur Van Teijn pada saat itu juga bermaksud memanfaatkan Teuku Umar sebagai cara untuk merebut hati rakyat Aceh. Teuku Umar kemudian masuk dinas militer. Atas keterlibatan tersebut, pada 1 Januari 1894, Teuku Umar sempat dianugerahi gelar Johan Pahlawan dan diizinkan untuk membentuk legium pasukan sendiri yang berjumlah 250 tentara dengan senjata lengkap.

Saat bergabung dengan Belanda, Teuku Umar sebenarnya pernah menundukkan pos-pos pertahanan Aceh. Peperangan tersebut dilakukan Teuku Umar secara pura-pura. Sebab, sebelumnya Teuku Umar telah memberitahukan terlebih dahulu kepada para pejuang Aceh. Sebagai kompensasi atas keberhasilannya itu, pemintaan Teuku Umar untuk menambah 17 orang panglima dan 120 orang prajurit, termasuk seorang Pangleot sebagai tangan kanannya akhirnya dikabulkan oleh Gubernur Deykerhorf yang menggantikan Gubernur Ban Teijn.

Pada tanggal 30 Maret 1896, Teuku Umar kemudian keluar dari dinas militer Belanda dengan membawa pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg amunisi, dan uang 18.000 dollar. Dengan kekuatan yang semakin bertambah, Teuku Umar bersama 15 orang berbalik kembali membela rakyat Aceh. Siasat dan strategi perang yang amat lihai tersebut dimaksudkan untuk mengelabuhi kekuatan Belanda pada saat itu yang amat kuat dan sangat sukar ditaklukkan. Pada saat itu, perjuangan Teuku Umar mendapat dukungan dari Teuku Panglima Polem Muhammad Daud yang bersama 400 orang ikut menghadapi serangan Belanda. Dalam pertempuran tersebut, sebanyak 25 orang tewas dan 190 orang luka-luka di pihak Belanda.

Gubernur Deykerhorf merasa tersakiti dengan siasat yang dilakukan Teuku Umar. Van Heutsz diperintahkan agar mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menangkap Teuku Umar. Serangan secara mendadak ke daerah Melaboh menyebabkan Teuku Umar tertembak dan gugur dalam medan perang, yaitu di Kampung Mugo, pedalaman Meulaboh pada tanggal10 Februari 1899.

2. Pemikiran

Sejak kecil, Teuku Umar sebenarnya memiliki pemikiran yang kerap sulit dipahami oleh teman-temannya. Ketika beranjak dewasa pun pemikirannya juga masih sulit dipahami. Sebagaimana telah diulas di atas bahwa taktik Teuku Umar yang berpura-pura menjadi antek Belanda adalah sebagai bentuk “kerumitan” pemikiran dalam dirinya. Beragam tafsir muncul dalam memahami pemikiran Teuku Umar tentang taktik kepura-puraan tersebut. Meski demikian, yang pasti bahwa taktik dan strategi tersebut dinilai sangat jitu dalam menghadapi gempuran kolonial Belanda yang memiliki pasukan serta senjata sangat lengkap. Teuku Umar memandang bahwa “cara yang negatif” boleh-boleh saja dilakukan asalkan untuk mencapai “tujuan yang positif”. Jika dirunut pada konteks pemikiran kontemporer, pemikiran seperti itu kedengarannya lebih dekat dengan komunisme yang juga menghalalkan segala cara. Semangat perjuangan Teuku Umar dalam menghadapi kolonialisme Belanda yang pada akhirnya mendorong pemikiran semacam itu.

3. Karya

Karya Teuku Umar dapat berupa keberhasilan dirinya dalam menghadapi musuh. Sebagai contoh, pada tanggal 14 Juni 1886, Teuku Umar pernah menyerang kapal Hok Centon, milik Belanda. Kapal tersebut berhasil dikuasai pasukan Teuku Umar. Nahkoda kapalnya, Hans (asal Denmark) tewas dan kapal diserahkan kepada Belanda dengan meminta tebusan sebesar 25.000 ringgit. Keberanian tersebut sangat dikagumi oleh rakyat Aceh. Karya yang lain adalah berupa keberhasilan Teuku Umar ketika mendapatkan banyak senjata sebagai hasil dari pengkhianatan dirinya terhadap Belanda.

4. Penghargaan

Berdasarkan SK Presiden No. 087/TK/1973 tanggal 6 November 1973, Teuku Umar dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Nama Teuku Umar juga diabadikan sebagai nama jalan di sejumlah daerah di tanah air, salah satunya yang terkenal adalah terletak di Menteng, Jakarta Pusat. Selain itu, namanya juga diabadikan sebagai nama sebuah lapangan di Meulaboh, Aceh Barat.

Laksamana Keumalahayati (1585-1604)

1. Riwayat Hidup

Laksamana Keumalahayati merupakan wanita pertama di dunia yang pernah menjadi seorang laksamana. Ia lahir pada masa kejayaan Aceh, tepatnya pada akhir abad ke-XV. Berdasarkan bukti sejarah (manuskrip) yang tersimpan di University Kebangsaan Malaysia dan berangka tahun 1254 H atau sekitar tahun 1875 M, Keumalahayati berasal dari keluarga bangsawan Aceh. Belum ditemukan catatan sejarah secara pasti yang menyebutkan kapan tahun kelahiran dan tahun kematiannya. Diperkirakan, masa hidupnya sekitar akhir abad XV dan awal abad XVI.

Laksamana Keumalahayati adalah putri dari Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya bernama Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah Kesultanan Aceh Darussalam sekitar tahun 1530-1539 M. Sultan Salahuddin Syah merupakan putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530 M) yang merupakan pendiri Kesultanan Aceh Darussalam.

Jika dilihat dari silsilah tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Laksamana Keumalahayati merupakan keturunan darah biru atau keluarga bangsawan keraton. Ayah dan kakeknya pernah menjadi laksamana angkatan laut. Jiwa bahari yang dimiliki ayah dan kakeknya tersebut kelak berpengaruh besar terhadap kepribadiannya. Meski sebagai seorang wanita, ia tetap ingin menjadi seorang pelaut yang gagah berani seperti ayah dan kakeknya tersebut.

a. Riwayat Pendidikan

Ketika menginjak usia remaja, Laksamana Keumalahayati mendapatkan kebebasan untuk memilih pendidikan yang diinginkannya. Ketika itu Kesultanan Aceh Darussalam memiliki Akademi Militer yang bernama Mahad Baitul Makdis, yang terdiri dari jurusan Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Setelah menempuh pendidikan agamanya di Meunasah (surau ), Rangkang ( balai pengajian ), dan Dayah ( zawiyyah / pesantren ), oleh karena ia ingin mengikuti karir ayahnya sebagai laksamana, maka ia mendaftarkan diri dalam penerimaan taruna di Akademi Militer Mahad Baitul Makdis. Ia diterima di akademi ini dan dapat menempuh pendidikan militernya dengan sangat baik. Bahkan, ia berprestasi dengan hasil yang sangat memuaskan.

Sebagai siswa yang berprestasi, Laksamana Keumalahayati berhak memiliki jurusan yang diinginkannya. Ia memilih jurusan Angkatan Laut. Ketika menempuh pendidikan di akademi ini ia pernah berkenalan dengan seorang calon perwira laut yang lebih senior (data tentang namanya belum diketahui). Perkenalan tersebut berlanjut hingga benih-benih kasih sayang terbangun di antara mereka. Mereka berdua akhirnya bersepakat untuk saling memadu kasih dan menyatukan diri ke dalam cinta. Setelah tamat dari Akademi Militer Mahad Baitul Makdis, keduanya melangsungkan pernikahan.

Setelah menamatkan studinya di Akademi Militer Mahad Baitul Makdis, Laksamana Keumalahayati berkonsentrasi pada dunia pergerakan dan perjuangan. Ia diangkat oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Mukammil (1589-1604 M) sebagai Komandan Protokol Istana Darud-Dunia di Kesultanan Aceh Darussalam. Jabatan tersebut merupakan kepercayaan sultan terhadap dirinya, sehingga ia perlu menguasai banyak pengetahuan tentang etika dan keprotokolan.

b. Riwayat Perjuangan

Kisah perjuangan Laksamana Keumalahayati dimulai dari sebuah perang di perairan Selat Malaka, yaitu antara armada pasukan Portugis dengan Kesultanan Aceh Darussalam yang dipimpin oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al-Mukammil dan dibantu oleh dua orang laksamana. Pertempuran sengit terjadi di Teluk Haru dan dimenangkan oleh armada Aceh, meski harus kehilangan dua laksamananya dan ribuan prajuritnya yang tewas di medan perang. Salah satu laksamana yang tewas tersebut adalah suami Laksamana Keumalahayati sendiri yang menjabat sebagai Komandan Protokol Istana Darud-Dunia. Setelah suaminya meninggal dunia dalam peperangan tersebut, ia berjanji akan menuntut balas dan bertekad meneruskan perjuangan suaminya meski secara sendirian.

Untuk memenuhi tujuannya tersebut, Laksamana Keumalahayati meminta kepada Sultan al-Mukammil untuk membentuk armada Aceh yang semua prajuritnya adalah wanita-wanita janda karena suami mereka gugur dalam Perang Teluk Haru. Permintaan Keumalahayati akhirnya dikabulkan. Ia diserahi tugas memimpin Armada Inong Balee dan diangkat sebagai laksamananya. Ia merupakan wanita Aceh pertama yang berpangkat laksamana (admiral) di Kesultanan Aceh Darussalam. Armada ini awalnya hanya berkekuatan 1000 orang, namun kemudian diperkuat lagi menjadi 2000 orang. Teluk Lamreh Krueng Raya dijadikan sebagai pangkalan militernya. Di sekitar teluk ini, ia membangun Benteng Inong Balee yang letaknya di perbukitan.

Setelah memangku jabatan sebagai laksamana, Keumlahayati mengkoordinir pasukannya di laut, mengawasi berbagai pelabuhan-pelabuhan yang berada di bawah penguasaan syahbandar, dan mengawasi kapal-kapal jenis galey milik Kesultanan Aceh Darussalam. Seorang nahkoda kapal Belanda yang berkebangsaan Inggris, John Davis, mengungkapkan fakta bahwa pada masa kepemimpinan militer Laksanana Keumalahayati, Kesultanan Aceh Darussalam memiliki perlengkapan armada laut yang di antaranya terdiri dari 100 buah kapal (galey) dengan kapasitas penumpang 400-500 orang.

Kisah perjuangan Laksamana Keumalahayati tidak berhenti di sini. Ia pernah terlibat dalam pertempuran melawan kolonialisme Belanda. Ceritanya, pada tanggal 22 Juni 1586, Cornelis de Houtman memimpin pelayaran pertamanya bersama empat buah kapal Belanda dan berlabuh di Pelabuhan Banten. Setelah kembali ke Belanda, pada pelayaran yang kedua, ia memimpin armada dagang Belanda yang juga dilengkapi dengan kapal perang. Hal itu dilakukan untuk menghadapi kontak senjata dengan Kesultanan Aceh Darussalam pada tanggal 21 Juni 1599. Dua buah kapal Belanda bernama de Leeuw dan de Leeuwin yang dipimpin oleh dua orang bersaudara, Cornelis de Houtman dan Frederick de Houtman, berlabuh di ibukota Kesultanan Aceh Darussalam. Pada awalnya, kedatangan rombongan tersebut mendapat perlakuan yang baik dari pihak kesultanan karena adanya kepentingan hubungan perdagangan.

Namun, dalam perkembangan selanjutnya Sultan al-Mukammil tidak senang dengan kehadiran rombongan tersebut dan memerintahkan untuk menyerang orang-orang Belanda yang masih ada di kapal-kapalnya. Ada dugaan bahwa sikap Sultan tersebut banyak dipengaruhi oleh hasutan seseorang berkebangsaan Portugis yang kebetulan menjadi penerjemahnya. Serangan tersebut dipimpin sendiri oleh Laksamana Keumalahayati. Alhasil, Cornelis de Houtman dan beberapa anak buahnya terbunuh, sedangkan Frederick de Houtman tertangkap dan dimasukkan ke dalam penjara (selama 2 tahun). Keberhasilan Laksamana Keumalahayati merupakan sebuah prestasi yang sungguh luar biasa.

Keumalahayati ternyata bukan hanya sebagai seorang Laksamana dan Panglima Angkatan Laut Kesultanan Aceh Darussalam, namun ia juga pernah menjabat sebagai Komandan Pasukan Wanita Pengawal Istana. Jabatan ini merupakan tugas kesultanan dalam bidang diplomasi dan ia bertindak sebagai juru runding dalam urusan-urusan luar negeri. Ia sendiri telah menunjukkan bakatnya dan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Ia memiliki sifat dan karakter yang tegas sekaligus berani dalam menghadapi berbagai momen perundingan, baik dengan Belanda maupun Inggris. Meski begitu, sebagai diplomat yang cerdas, ia dapat bersikap ramah dan luwes dalam melakukan berbagai perundingan.

Pada tanggal 21 November 1600, rombongan bangsa Belanda yang dipimpin Paulus van Caerden datang ke Kesultanan Aceh Darussalam. Sebelum memasuki pelabuhan, rombongan ini menenggelamkan sebuah kapal dagang Aceh dengan terlebih dahulu memindahkan segala muatan lada yang ada di dalamnya ke kapal mereka. Setelah itu datang lagi rombongan bangsa Belanda kedua yang dipimpin oleh Laksamana Yacob van Neck. Mereka mendarat di Pelabuhan Aceh pada tanggal 31 Juni 1601. Mereka memperkenalkan diri sebagai bangsa Belanda yang datang ke Aceh untuk membeli lada. Setelah mengetahui bahwa yang datang adalah bangsa Belanda, Laksamana Keumalahayati langsung memerintahkan anak buahnya untuk menahan mereka. Tindakan tersebut mendapat persetujuan Sultan al-Mukammil karena sebagai ganti rugi atas tindakan rombongan Belanda sebelumnya.

Pada tanggal 23 Agustus 1601, tiba rombongan bangsa Belanda ketiga yang dipimpin oleh Komisaris Gerard de Roy dan Laksamana Laurens Bicker dengan empat buah kapal (Zeelandia, Middelborg, Langhe Bracke, dan Sonne) di Pelabuhan Aceh. Kedatangan mereka memang telah disengaja dan atas perintah Pangeran Maurits. Kedua pimpinan rombongan mendapat perintah untuk memberikan sepucuk surat dan beberapa hadiah kepada Sultan al-Mukammil. Sebelum surat diberikan, sebenarnya telah terjadi perundingan antara Laksamana Keumalahayati dengan dua pimpinan rombongan Belanda. Isi perundingan tersebut adalah terwujudnya perdamaian antara Belanda dan Kesultanan Aceh, dibebaskannya Frederick de Houtman, dan sebagai imbalannya Belanda harus membayar segala kerugian atas dibajaknya kapal Aceh oleh Paulus van Caerden (akhirnya Belanda mau membayar kerugian sebesar 50.000 golden).

Setelah itu hubungan antara Belanda dan Kesultanan Aceh berlangsung cukup baik. Kehadiran bangsa Belanda dapat diterima secara baik di istana kesultanan dan mereka diperbolehkan berdagang di Aceh. Sebagai lanjutan dari hubungan baik antara Belanda dan Kesultanan Aceh, maka diutuslah tiga orang untuk menghadap Pangeran Maurits dan Majelis Wakil Rakyat Belanda. Ketiga orang itu adalah Abdoel Hamid, Sri Muhammad (salah seorang perwira armada laut di bawah Laksamana Keumalahayati), dan Mir Hasan (bangsawan kesultanan). Meski sedang dilanda perang melawan kolonialisme Spanyol, pihak Belanda menyambut utusan Aceh tersebut dengan upacara kenegaraan.

Peran diplomatik Laksamana Keumalahayati masih berlanjut. Hal ini bermula dari keinginan Inggris untuk menjalin hubungan dagang dengan Kesultanan Aceh Darussalam. Ratu Elizabeth I (1558-1603 M) mengirim utusan untuk membawa sepucuk suratnya kepada Sultan Aceh al-Mukammil. Rombongan yang dipimpin oleh James Lancaster, seorang perwira dari Angkatan Laut Inggris ini, tiba di Pelabuhan Aceh pada tanggal 6 Juni 1602. Sebelum bertemu dengan Sultan al-Mukammil, Lancaster mengadakan perundingan dengan Laksamana Keumalahayati. Dalam perundingan itu, Lancaster menyampaikan keinginan Inggris untuk menjalin kerjasama dengan Kesultanan Aceh Darussalam. Ia juga berpesan agar Laksamana Keumalahayati memusuhi Portugis dan berbaik hati dengan Inggris. Laksamana Keumalahayati meminta agar keinginan tersebut dibuat secara tertulis dan diatasnamakan Ratu Inggris. Setelah surat tersebut selesai dibuat, Lancaster diperkenankan menghadap Sultan al-Mukammil.

Laksamana Keumalahayati juga berperan besar dalam menyelesaikan intrik kesultanan. Hal ini bermula dari peristiwa penting perihal suksesi kepemimpinan di Kesultanan Aceh Darussalam. Pada tahun 1603 M, Sultan al-Mukammil menempatkan anak lekaki tertuanya sebagai pendamping dirinya. Namun, rupanya putra tersebut berkhianat terhadap ayahnya dan mengangkat dirinya sebagai Sultan Aceh dengan gelar Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607 M).

Pada masa awal kepemimpinannya, berbagai macam bencana menimpa Kesultanan Aceh Darussalam, seperti kemarau yang berkepanjangan, pertikaian berdarah antar saudara, dan ancaman dari pihak Portugis. Tidak ada keinginan kuat dari Sultan Ali Riayat Syah untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan serius. Maka banyak timbul rasa kekecewaan dari punggawa kesultanan, salah satu di antaranya adalah Darmawangsa Tun Pangkat, kemenakannya sendiri. Darmawangsa ditangkap dan dipenjara atas perintah Sultan.

Pada bulan Juni 1606, Portugis menyerang Kesultanan Aceh Darussalam yang dipimpin oleh Alfonso de Castro. Ketika itu Darmawangsa masih berada di penjara. Ia memohon kepada Sultan Ali Riayat Syah agar dirinya dapat dibebaskan dan dapat ikut bertempur melawan Portugis. Dengan didukung adanya pemintaan Laksamana Keumalahayati, Darmawangsa akhirnya dapat dibebaskan. Mereka berdua akhirnya berjuang bersama dan dapat menghancurkan pasukan Portugis.

Oleh karena Sultan Ali Riayat Syah dianggap banyak kalangan tidak cakap lagi memimpin kesultanan, maka Laksamana Keumalahayati melakukan manuver dengan cara menurunkan Sultan Ali Riayat Syah dari tahta kekuasaan. Darmawangsa akhirnya terpilih sebagai Sultan Aceh dengan gelar Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Pada masanya, Kesultanan Aceh Darussalam mencapai zaman keemasan.

2. Karya

Karya Laksamana Keumalahayati memang tidak berupa buku atau berbagai bentuk tulisan. Namun demikian, segala bentuk perjuangannya dalam melawan kolonialisme dapat juga dianggap sebagai karya-karya nyatanya. Di antara karya-karya dimaksud adalah sebagai berikut:

Ia pernah membangun Benteng Inong Balee dengan tinggi 100 meter dari permukaan laut. Tembok benteng menghadap ke laut dengan lebar 3 meter dengan lubang-lubang meriam yang moncongnya mengarah ke pintu teluk.

Ia pernah berhasil membunuh Cornelis de Houtman, salah seorang pemimpin kapal Belanda yang pertama kali tiba di Aceh.

3. Penghargaan

Sebagai bentuk penghargaan terhadap perjuangannya, sebuah serial bertajuk “Laksamana Keumalahayati” telah digarap dengan sutradara Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Adhyaksa Dault. Serial ini berisi 13 episode. Episode perdananya telah diputar di Blitz Megaplex (10 November 2007).

 MENGUAK pertalian Raja-raja Aceh Sejak Kerajaan Perlak Sebuah buku berjudul “Silsilah Raja-Raja Islam di Aceh dan Hubungannya dengan Raja-Raja Islam di Nusantara,” diterbitkan pelita Gading Hidup Jakarta, ditulis Pocut Haslinda Syahrul Muda Dalam, mencoba menguak pertalian raja-raja di Aceh sejak pra Islam.

dalam suatu forum di Balai Kartini, Jakarta, 16 Nopember 2008 silam. Malam harinya, di gedung yang sama dipentaskan “drama musikal” yang memuat informasi silsilah raja-raja Aceh tersebut serta peranan kaum perempuan Aceh sejak abad VIII dampai abad XXI. Pentas itu disutradari Dedi Lutan berdasarkan nasakah yang ditulis Pocut Haslinda Syahrul MD binti Teuku H Abdul Hamid Azwar, waris Tun Sri Lanang ke-8.

Sebetulnya masih ada tiga buku lain yang dihasilkan Pocut Haslinda dalam waktu bersamaan, yaitu “Perempuan Aceh dalam Lintas Sejarah Abad VIII-XXI, Tun Sri Lanang dan Terungkapnya Akar Sejarah Melayu, dan Dua Mata Bola di Balik Tirai Istana Melayu.”

Untuk menggenapi informasi “Silsilah Raja-Raja Aceh” dan ketiga bukunya itu, Pocut Haslinda, pernah menempuh pendidikan fashion dan model di Paris, Jerman, dan London (1965-1970) membaca lebih dari 1000 judul buku ditulis oleh penulis dalam dan luar negeri.

Buku “Silsilah Raja-Raja Aceh” itu secara sederhana mencoba menarik garis pertautan raja-raja Aceh sejak awal abad ke 8 pada masa Kerajaan Perlak, kemudian berkembang menjadi kerajaan-kerajaan lain di Aceh, termasuk persinggungan yang sangat penting dan fundamental dengan Kerajaan Isaq di Gayo, dan pertautan raja-raja Aceh dengan Perak, Johor, Deli-Serdang, Majapahit, Demak, Wali Songo dan sebagainya.

Kisah kedatangan satu delegasi dagang dari Persia di Blang Seupeung, pusat Kerajaan Jeumpa yang ketika itu masih menganut Hindu Purba. Salah seorang anggota rombongan bernama Maharaj Syahriar Salman, Pangeran Kerajaan Persia yang ditaklukkan pada zaman Khalifahtur Rasyidin. Salman adalah turunan dari Dinasti Sassanid Persia yang pernah berjaya antara 224 – 651 Masehi. Setelah penaklukkan, sebahagian keluarga kerjaan Persia ada yang pergi ke Asia Tenggara.

Kerajaan Jeumpa, ketika itu dikuasai Meurah Jeumpa. Maharaj Syahriar Salman kemudian menikah dengan putri istana Jeumpa bernama Mayang Seludang. Akibat dari perkawinan itu, Maharaj Syahriar Salman tidak lagi ikut rombongan niaga Persia melanjutkan pelayaran ke Selat Malaka. Pasangan ini memilih “hijrah” ke Perlak (sekarang Peureulak,red), sebuah kawasan kerajaan yang dipimpin Meurah Perlak.

Meurah Perlak tak punya keturunan dan memperlakukan “pengantin baru” itu sebagai anak. Ketika Meurah Perlak meninggal, kerajaan Perlak diserahkan kepada Maharaj Syahriar Salman, sebagai Meurah Perlak yang baru. Perkawinan Maharaj Syahriar Salman dan Putri Mayang Sekudang dianugerahi empat putra dan seroang putri; Syahir Nuwi, Syahir Dauli, Syahir Pauli, SyahirTanwi, dan Putri Tansyir Dewi.

Syahir Nuwi di kemudian hari menjadi Raja Perlak ( PEUREULAK ) yang baru menggantikan ayahandanya. Dia bergelar Meurah Syahir Nuwi. Syahir Dauli diangkat menjadi Meurah di Negeri Indra Purwa (sekarang Aceh Besar, red). Syahir Pauli menjadi Meurah di Negeri Sama indra (sekarang Pidie), dan si bungsu Syahir Tanwi kembali ke Jeumpa dan menjadi Meurah Jeumpa menggantikan kakeknya. Merekalah yang kelak dikenal sebagai “Kaom Imeum Tuha Peut” (penguasa yang empat). Dengan demikian, kawasan-kawasan sepanjang Selat Malaka dikuasai oleh keturunan Maharaj Syahriar Salman dari Dinasti Sassanid Persia dan Dinasti Meurah Jeumpa (sekarang Bireuen).

Sementara itu, Putri Tansyir Dewi, menikah dengan Sayid Maulana Ali al-Muktabar, anggota rombongan pendakwah yang tiba di Bandar Perlak dengan sebuah kapal di bawah Nakhoda Khalifah. Kapal itu memuat sekitar 100 pendakwah yang menyamar sebagai pedagang. Rombongan ini terdiri dari orang-orang Quraish, Palestina, Persia dan India. Rombongan pendakwah ini tiba pada tahun 173 H (800 M). Sebelum merapat di Perlak, rombongan ini terlebih dahulu singgah di India.

Syahir Nuwi yang menjadi penguasa Perlak menyatakan diri masuk Islam, dan menjadi Raja Perlak pertama yang memeluk Islam.Sejak itu, Islam berkembang di Perlak. Perkawinan Putri Tansyir Dewi dengan Sayid Maulana Ali al-Muktabar membuahkan seorang putra bernama Sayid Maulana Abdul Aziz Syah, yang kelak setelah dewasa dinobatkan sebagai Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah, sultan pertama Kerajaan Islam Perlak, bertepatan dengan 1 Muharram 225 Hijriah.

Sayid Maulana Ali al-Muktabar berfaham Syiah, merupakan putra dari Sayid Muhammad Diba‘i anak Imam Jakfar Asshadiq (Imam Syiah ke-6) anak dari Imam Muhammad Al Baqir (Imam Syiah ke-5), anak dari Syaidina Ali Muhammad Zainal Abidin, yakni satu-satunya putra Syaidina Husen, putra Syaidina Ali bin Abu Thalib dari perkawinan dengan Siti Fatimah, putri dari Muhammad Rasulullah saw. Lengkapnya silsilah itu adalah: Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah bin Sayid Maulana Ali-al Muktabar bin Sayid Muhammad Diba‘i bin Imam Ja‘far Asshadiq bin Imam Muhammad Al Baqir bin Syaidina Ali Muhammad Zainal Abidin Sayidina Husin Assyahid bin Sayidina Alin bin Abu Thalib (menikah dengan Siti Fatimah, putri Muhammad Rasulullah saw).

Keikutsertaan Sayid Maulana Ali al-Muktabar dalam rombongan pendakwah merupakan penugasan dari Khalifah Makmun bin Harun Al Rasyid (167-219 H/813-833 M) untuk menyebarkan Islam di Hindi, Asia Tenggara dan kawasan-kawasan lainnya. Khalifah Makmun sebelumnya berhasil meredam “pemberontakan” kaum Syiah di Mekkah yang dipimpin oleh Muhammad bin Ja‘far Ashhadiq.

Raja Isaq Gayo dan Turunannya

Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulan memiliki tiga putra; Meurah Makhdum Alaiddin Ibrahim Syah, kemudian menjadi Sultan ke-8; Maharaja Mahmud Syah yang kemudian menjadi Raja Salasari Islam I di Tanoh Data (Cot Girek); Meurah Makhdum Malik Isaq (Isak) mendirikan Negeri Isaq I.

Meurah Isaq memiliki putra bernama Meurah Malik Masir yang juga dikenal sebagai Meurah Mersa alias Tok (Tuk) Mersa, diangkat sebagai Raja Isaq II mernggantikan ayahandanya. Tok Mersa memiliki tujuh putra yakni: 1) Meurah Makhdum Ibrahim mendirikan Negeri Singkong. Cucu Meurah Makhdum ini bernama Malikussaleh di kemudian hari mendirikan Kerajaan Samudra Pasai. 2) Meurah Bacang mendirikan Kerajaan Bacang Barus. 3) Meurah Putih mendirikan Kerajaan Beuracan Merdu. 4) Meurah Itam mendirikan Kerajaan Kiran Samalanga. 5) Meurah Pupok mendirikan Kerajaan Daya Aceh Barat. 6) Merah Jernang mendirikan kerajaan Seunagan. 7) Meurah Mege (Meugo) menjadi Raja Isaq III.

Dari turununan Meurah Mege lahir Sultan Abidin Johansyah pendiri Kerajaan Aceh Darussalam (1203-1234) sampai Sultan Daud Sjah (1874-1939). Turunen Meurah Mege lain, Syekh Ali al Qaishar anak dari Hasyim Abdul Jalil hijrah ke Bugis dan menikah dengan putri bangsawan Bugis yang kelak cucu psangan ini bergelar Daeng. Di antara anak-cucunya, ada yang pulang ke Aceh bernama Daeng Mansur atau Tgk Di Reubee dan mempunyai seorang putra bernama Zainal Abidin dan seorang putri bernama Siti Sani yang dinikahi Sultan Iskandar Muda.

Di tanah Jawa, Turunan Tok Mersa bernama Puteri Jempa nikah dengan Raja Majapahit terakhir kemudian lahir Raden Fattah yang menjadi Raja Demak. Turunen Tok Mersa lain, yakni Fatahillah menyusul ke Jawa menikah dengan adik Sultan Demak. Fatahillah mendirikan kerajaan Cirebon dan anaknya mendirikan Kerajaan Banten. Fatahillah dikenal juga Sunan Gunung Jati menikah dengan Ratu Mas anak Raden Fattah, cucu Majapahit, keturunannya turun temurun menjadi raja dan pembangun Demak, Cirebon, Banten dan Walisongo.

Melihat pertautan raja-raja Aceh itu, jelasnya bagi kita bagaimana sebenarnya hubungan erat satu sama lain. Pada awalnya, mereka berangkat dari “indatu” ( NENEK MOYANG ) yang sama dari Perlak.  (budi/ Harian Serambi Indonesia).