WIRID WABAL UNTUK MENGHADAPI SEMUA KEADAAN YANG MENDESAK DALAM HIDUP KITA

 

Cak-NunIjazah Budayawan Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) dalam acara majelis maiyahan.  Untuk Cak Nun, lahumul fatihah..

Berikut rangkaian wiridnya:

  • Tawassul kirim AL FATIHAH terutama KANJENG NABI MUHAMMAD SAW (bisa ditambahkan kepada siapa Anda kirim alfatihah, misalnya untuk guru kita: Emha Ainun Najib)

  • YA ROHMAN YA ROHIM YA FATTAH YA HALIM YA HADI YA MUBIN, YA ALLAH KABULKANLAH HAJAT KAMI …….. (isi dengan hajat anda dengan menggunakan bahasa yang anda pahami bisa diucapkan dan bisa dibatin saja)  ALHAMDULILLAHIROBBILALAMIN

  • LA HAULA WA LA QUWWATA WA LA SULTHONA ILLALLAH  ( siapkan air minum dan minumlah) lanjutkan dengan:

  • Wirid dimulai baca SURAT AL-FATIHAH 1x , SURAT AL-IKHLAS 1 x, AL-FALAQ 1x dan AN-NAAS 1 x

  • DOA WABAL: BISMILLAHI AUDZUBIKA YA DZAL WABALI, BISMILLAHI AUDZUBIKA YA SYADIDAL ‘IQABI, BISMILLAHI AUDZUBIKA YA DZAL ‘ADLI WAL QHISTI, BISMILLAHI SHODAQTA SHODAQTA SHODAQTA SHODAQTA SHODAQTA YA DZAL WABAL YA DZAL WABAL YA DZAL WABAL.

  • INNAMA AMRUHU IDZA ARODA SYAIAN AYYAQULA LAHU KUN FAYAKUN.

Wirid selesai. Bisa dijadikan rutinitas sesuai dengan kebutuhan anda.

MENYIKAPI ALIRAN SESAT

Akhir-akhir ini, media massa dicecar pemberitaan tentang aliran yang dianggap sesat. Bagaimana kita menyikapinya? Berikut artikel yang bisa kita jadikan bahan perenungan yang ditulis oleh Kyai Muhammad Luthfi Ghozali, pengasuh Ponpes “Al Fithrah” Gunungpati Semarang yang sudah pernah dimuat di koran Suara Merdeka, 3-2-2006.

SEJAK manusia diturunkan di muka bumi, Allah SWT berfirman kepada Nabi Adam as. dan istrinya,”Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka “.( QS Toha 123). Yang demikian itu adalah sunatullah yang sejak diciptakan-Nya tidak akan ada perubahan lagi untuk selama-lamanya.

Sejak itu manusia dengan dunianya terbagi menjadi dua golongan, golongan yang baik dan yang jelek, golongan yang lurus dan yang sesat. Masing-masing golongan sebagai musuh yang akan mendapat bala bantuan, golongan yang lurus dengan malaikat dan yang sesat dengan setan.

Selama kehidupan manusia masih ada, maka keburukan dan kejelekan akan tetap ada, bahkan menjadi satu bagian yang tidak dapat dipisahkkan menjadi satu sistem yang saling terkait. Artinya kalau tidak ada yang namanya sesat maka tidak ada yang namanya lurus.

Oleh karena itu yang dikatakan kesesatan, kemungkaran dan kemaksiatan, selama tidak membahayakan bagi keselamatan jiwa manusia, tidak seharusnya diperangi dan dihancurkan (kecuali pada masa perang), tapi diantisipasi dampak negatifnya dan dijadikan tolak ukur serta peringatan.

Supaya yang lurus dan yang makruf, mengetahui kebenaran dirinya dan kemudian mampu disyukuri oleh manusia, bahwa dirinya telah dimasukkan di dalam golongan yang terbaik dan “selamat”.

Yang sesat bisa saja menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat manakala yang lurus mampu menyikapinya dengan tepat. Seperti kotoran binatang ternak yang menjijikkan dan najis, manakala manusia mampu memanfaatkannya dengan benar, kotoran itu akan dapat menyuburkan tanaman.

Demikian pula iman, ia harus teruji, sedangkan realita (keburukan dan kebaikan) adalah sarana ujian yang sangat efektif supaya iman menjadi semakin kuat. Setan dan nafsu sahwat, walau keduanya adalah bagian yang buruk dan musuh utama bagi manusia, akan bermanfaat bagi kehidupan orang-orang yang beriman manakala mereka mampu memperlakukannya dengan benar.

Sebagai kalifah bumi, manusia harus menentukan pilihan jalan hidupnya, supaya manusia mendapatkan pahala atau dosa, di sinilah letak kemanfaatan yang sesat. Seandainya yang ada hanya yang lurus saja, berarti manusia telah kehilangan fungsi hidupnya. Selanjutnya kehidupan akan menjadi mandul dan tidak bergairah. Oleh karenanya, setiap pribadi yang beriman tertantang untuk meningkatkan ilmu dan imannya, lebih-lebih para ulama.

Ketika mereka melihat yang sesat, sebagai penyeimbang kehidupan, seharusnya mereka juga mampu memperlihatkan yang lurus. Supaya manusia mampu memilih jalan hidupnya sendiri. Supaya manusia mampu bermujahadah untuk meningkatkan hak kebebasannya dalam memilih, dengan itu manusia akan mendapatkan “peningkatan derajat” di sisi Allah

Mencegah kemungkaran itu tidak selamanya dengan menghancurkan “sarang kemungkaran” yang terjadi di dalam realita saja. Yang lebih penting adalah menghilangkan “penyebab kemungkaran” yang ada dalam hati manusia sendiri, yaitu “potensi untuk berbuat jahat” yang setiap manusia pasti memilikinya.

Dengan membangun amal makruf, meningkatkan kekuatan iman dengan jalan beribadah dan mujahadah di jalan Allah, bagaimana supaya “potensi kejelekan” itu dapat dihindari.

Kerugian

Kalau manusia hanya mengubah kemungkaran yang ada di luar jiwanya saja, maka manusia akan mengalami kerugian dalam beberapa hal.

Pertama, melupakan potensi kemungkaran yang ada dalam dirinya sehingga manusia cenderung terjebak untuk berbuat sombong. Kedua, amar makruf menjadi terabaikan.

Ketiga, oleh karena terbitnya setiap kemungkaran pasti dari limbah kehidupan, maka selama kehidupan masih ada berarti kemungkaran pasti juga ada. Dengan asumsi demikian, maka perbuatan itu – menghancurkan sarang kemungkaran – akan menjadi sia-sia belaka.

Sebaliknya, manakala orientasi ibadah dibangun di dalam aspek amar makruf, hasilnya pasti sangat berbeda. Pertama, secara otomatis saat itu bagian kemungkaran yang ada dalam diri manusia terisi dengan kebaikan. Selanjutnya ketika yang lurus dan yang sesat berjalan seimbang, manusia dengan ilmu dan imannya dapat menentukan pilihan untuk melaksanakan fungsi kekalifahannya. Hasilnya, dengan izin Allah kemungkaran akan ditinggalkan.

Kalau kemudian sebagian manusia ada yang memilih mengerjakan kemungkaran dan meninggalkan amal makruf, itu adalah salahnya sendiri dan untuk itulah neraka telah disiapkan jauh sebelum manusia diciptakan. Kalau semua manusia mengikuti jalan yang lurus, karena setiap kesesatan telah berhasil dihancurkan, berarti tujuan proyek pembangunan neraka menjadi gagal total.

Komunitas Eden yang dipimpin Lia Aminuddin hanyalah sekelompok kecil manusia lemah yang sedang dimabukkan bayangan imajinasi yang telah meracuni kesadaran basyariah. Adalah contoh kecil yang telah mampu dimunculkan oleh keanekaragaman kehidupan yang menarik untuk disimak sebagai pelajaran dan penelitian.

Bagaikan manik-manik kehidupan yang mewarnai samudra kehidupan yang terbentang luas, keberadaannya hanyalah seperti sepercik bintang kecil di tengah-tengah taburan gemerlap bintang yang menghiasi langit.

Kalau toh ada penyimpangan di sana, barangkali hanyalah penyimpangan pribadi yang teramat kecil yang tidak membahayakan bagi kehidupan umat manusia, dibandingkan dengan penyimpangan yang diperbuat oleh sekelompok manusia lain yang ada di sekeliling mereka yang jauh lebih membahayakan. Seperti budaya korupsi yang telah mampu memunculkan kecemburuan sosial dan bahkan telah memakan banyak korban.

Dengan penanganan yang arif dan bijaksana serta penuh rahmatan lil alamin dari para penyelenggara negara yang terhormat, barangkali akan lebih bermanfaat dan lebih menunjukkan tingkat kepribadian yang tinggi serta kedewasaan dalam menentukan sikap dan sudut pandang. Baik secara khusus untuk kehidupan Lia dan komunitasnya maupun secara umum bagi keseimbangan kehidupan manusia secara universal, daripada harus menghancurkan bagian kehidupan yang secara hakiki memang tidak dapat dihilangkan itu yang malah akan menimbulkan penilaian yang negatif dari berbagai pihak, baik dari dalam negri sendiri maupun dari luar negri.

Seleksi Alam

Inilah bagian ujian hidup dan sistem seleksi alam yang harus mampu diselesaikan dan dilewati oleh setiap manusia, maka hanya Ulul Albab yang dapat mengambil pelajaran.

Allah telah memberikan solusi dengan firman-Nya, “Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”.QS.aI-Kahfi/29.

Oleh karena itu manusia harus membekali hidupnya dengan ilmu pengetahuan yang tinggi dan iman yang kuat serta pelaksanaan akhlak yang mulia supaya mereka dapat mensikapi aliran sesat dengan cara yang tidak sesat.

Ilmu Pengasihan Melalui Suara

Dengan ilmu ini, suara anda akan mampu menggetarkan hati siapa saja yang dituju. Bisa ditujukan untuk menggaet lawan jenis. Ilmu ini tanpa puasa atau ritual khusus namun tidak boleh untuk mempermainkan orang karena akan mendapat mudarat.

inilah mantranya :

Bismillahhirrohmanirrohim

Sapati kumbang bandangung-dangung

Dangukan pulo suaraku

Sapati bayi laparkan susu

Tangihkan hati si…(sebut nama yang di tuju)…

Ketiko mandanga suaraku

Hilang raso, hilang sukmo

Tunduak hati, tunduak kasih si…(sebut nama yang di tuju)…

Berkek aku memaki liler pitunang suara Nabi Daud

Ooooo (serukan suara panjang seperti memanggil)…

simangat…..3x

Datang dan rindukan diriku

Hadir…hadir…hadir…(sebut nama yang dituju)….

Cara penggunaannya cukup dibaca sebanyak hitungan ganjil misalnya 1x, 3x atau 7x sebelum bertemu dengan target.

5 Falsafah Jawa

Ada lima falsafah jawa yang berguna untuk kita menghadapi perjalanan kehidupan kita diantaranya:

1. Kukilo (Burung)

2. Wanito (Wanita)

3. Curigo (Waspada)

4. Turonggo (Kuda)

5. Wismo (Rumah)

1.Kukilo (Burung)

Kebanyakan orang jawa selalu memelihara binantang peliharaan, dan kebanyakan pula binatang peliharaan yang umum di rawat adalah burung perkutut. Karena suaranya yang bagus merdu dan menentramkan suasana.Didalam kehidupan ini kita harus bisa mengikuti burung perkutut,yaitu dengan selalu bersuara yang bagus untuk didengar oleh oranglain, tidak selalu mengeluarkan suara yang bisa menyakiti hati orang lain’.

2.Wanito (Wanita)

Wanita secara universal melambangkan kelembutan, cinta kasih,perasaan sayang. Kita hidup didunia pastilah berada ditengah-tengah manusia dan makhluk lainnya. Kita

‘harus selalu memberikan rasakelembutan kita, cinta kasih kita dan rasa sayang kita kepada semuamakhluk ciptaan sang Maha Kuasa’.

3.Curigo (Waspada)

Didunia kita pasti tidak tahu apa yang akan terjadi pada diri kita beberapa detik, menit atau jam kedepan. Dengan sikap waspada ini maka kita diharapkan bisa selalu waspada akan gerak dan segala tingkah lakukita agar kejadian yang akan datang tidak menjadikan penderitaan pada diri kita sendiri. Curigo juga bisa diartikan dengan ‘

Eling terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena Beliau lah yang menciptakan masa lalu, masa sekarang dan masa depan kita’.

4.Turonggo (Kuda)

Untuk dapat mengendalikan kuda disaat kita menungganginya, maka tali kendali yang harus kita pegang erat. Dalam kehidupan pengendalian diri akan segala nafsu dan ego harus kita kendalikan. Bukan dengan mengumbar nafsu, ego dan angkara murka.

5.Wismo (Rumah)

Rumah, setiap kali kita pergi pasti akan kembali kerumah. Dari sini diartikan kita hidup didunia ini hanya keluar sebentar dari rumahkita yang sebenarnya, dan suatu saat pasti akan kembali ke rumahabadi kita yaitu rumah Tuhan’. Dan kita selagi didunia harus tahu apa yang akan kita bawa sebagai oleh-oleh untuk-NYA agar kita lebih disayang oleh-Nya

MANTRA GENDAM

Perbuatan kejahatan dengan menggunakan gendam semakin marak di sekitar kita. Apa dan bagaimana menguasai ilmu gendam? Untuk menjadi ahli ilmu gendam, seseorang perlu belajar tentang dua hal yaitu:

1. Ilmu hipnosis. Untuk mengetahui seluk-beluk hipnosis tidak lengkap kiranya bila seorang tidak belajar tentang NEURO LINGUISTIC PROGRAMMING (pemrograman bahasa otak). Biasanya diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pelatihan di hotel-hotel berbintang.

2. Ilmu gendam tradisional menggunakan amalan khusus.

adalah sebagai berikut:

SAK DURUNGE ALLAH GAWE BUMI PEPITU LAN LANGIT SAP PITU, ALLAH NURUNAKEN LAFAL ALIP KANG TUMURUN ANA ING TENGAH-TENGAHE JAGAT WUJUDE ALIP IKU NURULALLAH KANG SUMURUP ANA ING RAGAKU REP SIREP KERSANE ALLAH KEM – BUNG –KEM KERSANE ALLAH LAILAHA ILLALLAH MUHAMMAD RASULULLAH.

Mantra dibaca 3 kali kemudian hentakkan kaki ke bumi 3 kali.

Selain dipakai untuk kejahatan, mantra gendam ini juga memiliki manfaat yang positif juga. Misalnya untuk memperlancar berbicara di depan umum (pidato), membungkan mulut orang yang dholim dan sebagainya. Wallahu’alam.

HARI YANG PALING BERBAHAYA

“dalane waskita saka niteni”

Salah satu karya para leluhur Jawa dalam membaca tanda-tanda atau gejala alam kosmis adalah Primbon. Membaca ILMU TITEN yang berbentuk Primbon, kita seakan diajak untuk membuka kamus tentang hidupnya orang Jawa yang penuh dengan ‘petung’ atau hitung-hitungan. Misalnya, kapan kita tidak boleh bepergian, kapan kita boleh melaksanakan hajatan, apa makna di balik mimpi, cara berdoa dan lain sebagainya.

Tidak salah kiranya kita membaca primbon dengan niat agar kita juga bisa menyerap kearifan nenek moyang kita dulu dalam mengolah hidupnya dan berjuang di dunia yang keras ini. Para nenek moyang kini tentu sudah tiada, namun mereka meninggalkan warisan yang tidak ternilai harganya. Kemerdekaan bangsa, tata nilai dan peradaban yang adi luhung, kesadaran antropologis-kosmis, bahkan nilai-nilai religiusitas yang kita anut bukankah itu juga peninggalan nenek moyang?

Pada kesempatan kali ini, akan dipaparkan apa HARI YANG PALING BERBAHAYA karena mengandung bahaya atau naas sehingga kita diminta untuk tidak bepergian jauh, maupun menyelenggarakan hajatan. Hari itu adalah:

1. RABU LEGI

2. MINGGU PAING

3. KAMIS PON

4. SELASA WAGE

5. SABTU KLIWON

Sementara yang juga dikategorikan HARI BAHAYA adalah:

1. MINGGU PAING

2. SABTU PON

3. JUMAT WAGE

4. SELASA KLIWON

5. SENIN LEGI

6. KAMIS WAGE

Pada hari-hari itu, kita diminta untuk banyak berdoa dan melaksanakan ibadah agar diberi keselamatan hidup dunia akhirat, lahir dan batin. Nah, sebuah anjuran yang bagus bukan?

Ada juga jam-jam larangan agar pasangan suami-isteri tidak melaksanakan saresmi/bersetubuh karena akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan. Jam-jam itu siang dan malam yaitu:

HARI MINGGU: Jam 10 s/d Jam 11 dan Jam 5 s/d Jam 6

HARI SENIN: Jam 8 s/d jam 9 dan Jam 3 s/d Jam 4

HARI SELASA: Jam 6 s/d jam 7 dan Jam 1 s/d jam 2

HARI RABU: Jam 12 s/d jam 1 dan Jam 6 s/d Jam 6

HARI KAMIS: Jam 10 s/d Jam 11 dan Jam 3 s/d jam 4

HARI JUMAT: Jam 8 s/d jam 9 dan jam 1 s/d jam 2

HARI SABTU: Jam 6 s/d jam 7 dan jam 11 s/d jam 12.

Sebagai tambahan, sebelum melakukan persetubuhan, kita disarankan untuk membaca doa sebagai berikut:

“Niyatingsun munggah ing girikumala angengakake lawang kancana tinampan mbok dewi Pertimah, ashaduallah illa haillallah waas hadu anna MuhammadarRasulullah”

Diteruskan membaca:

Aku lanang sejati, anurukake rasa tumiba rachmatullah, kang linuku racuk garu, kang ginaru lacuk luku, kang thukul ing krakatoilah, kang sinung kanugrahane Allah, lailla haillallah Muhammadarrasulullah.

Setelah selesai melakukan persetubuhan, membaca:

Niyatingsun mudhun saka girikumala, anginebake lawang kancana atas Gusti Kang Agung, atas Gusti Rasulullah, lailla haillallah Muhammadarrasulullah.

ELMU PUJI DINA

Remagelung junti

Bilih wonten para sedulur kang duwe musuh kang arep gawe ala marang panjenengan utawa duwe usaha terus wonten saingan kang bade ngadang usaha panjenengan.. mangga Memaca elmu puji dina..

(artinya: Bila ada para sahabat yang punya musuh yang akan membuat celaka anda atau punya usaha dan ada saingan yang akan menghalangi usaha tersebut, silahkan baca Ilmu Puji Dina)…

BISMILAH..SENTIK MELIK PUJI DINA.. PUJINE SI BIBIT SANA..SAPA KANG NGADANG NGADANG ISUN..SAPA KANG NGUNGKUL NGUNGKUL ISUN..BAKAL KESABET MARANG PUJI DINA..

Mangga para sesepuh LASKAR., punten lamun wonten kalepatan kawula. @

AJI WEWE PUTIH

celetukan segar

[email protected]

Aji Wewe Putih, merupakan ajian kategori Aji Panglimunan

(menghilang/menyamarkan diri). Aji Wewe Putih ini terdiri dari

beberapa varian lafal yang berbeda. Jumlah puasa yang harus dijalankan

juga tak sama, meskipun menggunakan puasa ngebleng. Di samping itu,

laku pengiring yang dilakukan pun berbeda. Ada yang memakai kain kafan

(atau asal putih), mandi kembang, sholat hajat, dan lain sebagainya.

Di bawah ini ada tiga contoh variannya :

1. “Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ingsun amatak ajiku si wewe putih.

Wewe putih gendhongen aku. Kudungana mega mendhung cat tan katon. Wong

sewu padha lamur. Pitos tan ana weruh. Sangka kersaning Allah.”

2. “Bismillaahirrahmaanirrahiim. Ingsun matek ajiku wewe putih.

Nganggo kemul mega putih. Kang maya-maya tan kena sinawang ing mata,

tan katon saking kersaning Allah.”

3. “Sallalahu alaihi wasalam. Ingsun nggugah sedulur ingsun si wewe

putih, kang kinemulan mega putih, sinawang maya-maya datan katon. Bis

teguh, ning luput, jubah cupet 3x, cupet saking kersaning Allah,

turuk’e nini buntet, peline si kaki cupet, cupet, cupet ,cupet, saking

kersaning Allah.”

Dilihat dari pilihan kata, varian 1 dan 3, diduga berasal dari

Jawa-Tengahan. Sedangkan varian kedua, dimungkinkan asli dari

Jawa-Timuran. Dalam segi pemakaian, nampaknya varian 1 yang paling

populer.

Seperti ajian lain yang beraroma Agama Islam, ada yang menggunakan

Paham Basmalah (maksudnya diawali dengan Basmalah), ada yang memakai

Paham Sholawat (maksudnya diawali dengan Sholawat). Demikian juga

halnya dengan Aji Wewe Putih ini.

Selain itu, beberapa ajian yang dianggap bisa disalah-gunakan,

biasanya ada penangkalnya, begitu juga dengan Aji Wewe Putih ini.

Penangkal dari aji ini, salah satunya disebut Amalan Siluman Putih.

Amalan ini mampu membuat penggunanya dapat melihat orang yang memakai

Aji Wewe Putih. Meskipun amalan ini pula sebenarnya termasuk kategori

Aji Panglimunan

ILMU TARIK PUSAKA NUR KENCANA

Ilmu ini sebenarnya khusus utk mengambil emas dari alam ghaib namun bs jg utk menarik pusaka berkelas/ampuh. Bahkan apabila di istiqamahkan sbg dzikir maka insyaalloh bnyk pusaka yg dtng utk ikut si pengamal ilmu ini.

Syarat utama adalah puasa 3hari tanpa makan makanan yg bernyawa. Selama puasa doa ini di baca tiap ba'da shalat fardlu, Soal bnyknya terserah yg penting sepantasnya. Puasa di awali pada hari selasa dan mlm jum'at silahkan coba di tempat yg ada pusaka atau emas dll.

CARA RITUAL

Duduk bersila menghadap kiblat. Bunga 7rupa di taruh di baskom dg air,di taruh dpn anda sambil bakar dupa selama ritual. Jagalah jarak maks 25m dari orang lain dari tmpt ritual anda tsb. Kelebihan ilmu ini antara lain menarik benda gaib tanpa sepengetahuan si gaib penjaga dan jarak penarikan bs sampai maks 25m dari tmpt benda gaib tsb.

Baca tawassul kepada ;

  • Nabi muhammad saw wa ahlul baytihi.
  • Syekh abdul qadir al-jaelany.
  • Syekh ahmadal badawi.
  • Syekh abdul wahab asy-sya'roni.
  • Syaikhunal arifu billah kh.Ahmad na'im (prabu airlangga).
  • Syekh ahmadul ghozali.
  • Sunan giri
  • Kedua orang tua kita.
  • Man ajazani.

Bismillahirrohmanirrohim. Assalamu 'alaikum yaa nur kencono. Aku dhuwe dulur lanang ono kulon soponen aku. Aku dhuwe dulur lanang ono wetan soponen aku. Aku dhuwe dulur lanang ono lor soponen aku. Aku dhuwe dulur lanang ono kidul soponen aku. Iyo aku wis oleh idzine bopo biyung mu. Saktemene aku kepingin sukmane barang.......... "SHALALLAHU 'ALAA MUHAMMAD" (baca terus-menerus hingga muncul tanda/sinar di depan anda.

Jk sudah muncul tanda tsb maka bacalah doa selanjutnya ini ;

Bismillahirrohmanirrohim. Ciptane alloh katur maring alloh. Ginunjung derajade alloh. Tuan tulung pangeran tulung. Tinulungan saking gusti alloh. Yaa rosulullah gunungku adam,sukmoku rosul,nyowoku malaekat. Gunung adam saktemene aku njaluk wujude barang......... "YA HU ALLOH" (baca terus-menerus hingga jd wujud barang).

Perhatian !!!

Apabila sudah wujud benda nyata maka segeralah siram benda tsb dg air bunga 7rupa td agar tdk panas,lebih2 jk emas bs jd lumer terbakar. Apabila jarak dekat sudah berhasil maka cobalah menarik benda gaib dg jarak jauh/dari rumah kita dg alat segenggam tanah yg ada benda gaibnya.

MENGENAL PATRAP

Ditulis Oleh Abu Sangkan
Apakah Patrap ?

Di dalam Serat Pepali Ki Ageng Selo (karya R.M. Sotardi Soeryohoedoyo), zikir berarti patrap, yaitu orang susila, orang beradab. Peradaban atau kesusilaan seseorang ditentukan oleh pendirian hidupnya dan kesusilaan dalam arti kata yang sedalam-dalamnya dan terikat pada sarat-sarat utama yaitu dapat menguasai diri sendiri yang dijabarkan sebagai berikut :

1. Menguasai tubuh sepenuhnya, yang berarti mampu untuk menguasai perjalanan nafas dan darah, sehingga orang tidak lekas naik darah dan tidak mudah dipermainkan oleh urat syarafnya (nervous), yang besar faedahnya bagi kesehatan badan.

2. Menguasai perasaan, yaitu dapat menahan rasa marah, jengkel, sedih, takut dan sebagainya, sehingga dalam keadaan bagaimanapun juga selalu tenang dan sabar, oleh karena itu lebih mudah untuk dapat mengambil tindakan-tindakan yang setepat-tepatnya.

3. Menguasai pikiran sehingga pikiran itu dalam waktu-waktu yang terluang tidak bergelandangan semaunya sendiri dengan tidak terarah dan bertujuan, akan tetapi dapat diarahkan untuk memperoleh pengertian dan kesadaran tentang soal-soal hidup yang penting.

Patrap kepada Allah bukan hanya sekedar menyebut nama Allah di dalam lisan atau di dalam pikiran dan hati. Akan tetapi patrap kepada Allah ialah ingat kepada Asma, Zat, Sifat dan Af'al-Nya. Kemudian memasrahkan kepada-Nya hidup dan mati kita, sehingga tidak akan ada lagi rasa khawatir dan takut maupun gentar dalam menghadapi segala macam mara bahaya dan cobaan. Kematian baginya merupakan pertemuan dan kembalinya roh kepada raja diraja Yang Maha Kuasa. Mustahil orang dikatakan berpatrap kepada Allah yang sangat dekat, bila ternyata hatinya masih resah dan takut, berbohong, tidak patuh terhadap perintah-Nya dan lain-lain. Konkretnya berpatrap kepada Allah adalah merasakan keberadaan Allah itu sangat dekat, sehingga mustahil kita berlaku tidak senonoh di hadapan-Nya, berbuat curang dan tidak mengindahkan perintah-Nya.

Sikap patrap dalam Islam diidealisasikan dalam sosok Nabi Muhammad sebagai uswatun hasanah, tidak kenal rasa takut, tidak gentar dalam keadaan bagaimanapun juga, beliau selalu sabar, tenang dan selalu diliputi oleh rasa kasih sayang kepada sesama hidup.

Sejarah Patrap

Ditulis Oleh Abu Sangkan

Saya tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang kajian tasawuf, setelah saya kehilangan guru saya, Mamak Abdullah bin Nuh dipanggil ke rahmatullah. sulit sekali saya mencari gantinya, untuk bisa mengenalkan kajian kitab-kitab yang pernah beliau ajarkan setiap ba'da subuh, antara lain kitab Ihya' Ulumuddin karangan Imam al Ghazali dan kitab Al Hikam karangan Syeikh Ibnu 'Athoillah Al Iskandary. Kedua kitab ini menjadi bacaan favorit si setiap pesantren di Indonesia, karena merupakan kitab tasawuf yang bisa dipertanggungjawabkan dan sebagai rujukan para ulama sufi.

Pertemuan saya dengan bapak Haji Slamet Oetomo, bermula dari berita seorang teman yang menceritakan bahwa ada seorang yang kasyaf dan mengerti ilmu hakikat makrifat.

Dengan berbekal ilmu dari pesantren, saya berniat ingin berjumpa dan memperdalam ilmu hakikat makrifat secara konkret, bukan teori. Akan tetapi alangkah terkejutnya hati saya, melihat penampilan beliau yang amat sederhana, tidak seperti yang saya bayangkan, berjengot, berjubah dan bersorban.

Sekilas, kita akan meremehkan beliau dari sisi ini, apalagi beliau seorang karyawan sebuah perusahaan, yang jarang terjadi pada seorang ahli dibidang ilmu makrifat melakukan hal ini. Beliau tetap seorang manusia biasa yang bekerja dengan tangannya sendiri. Beliau adalah seorang keturunan ulama besar di Banyuwangi, Mbah Mas Muhammad Shaleh.

Tradisi pengajaran ilmu hakikat makrifat di wi;ayah Banyuwangi selalu mengaitkan silsilah ajarannya kepada Mbah Muhammad Shaleh. Beliau adalah imam masjid pertama pada masa Tumenggung Pringgo Kusumo yang sekarang menjadi mesjid Jami' di kota Banyuwangi, dan wafat pada tahun 1918.

Bapak Haji Haji Slamet Oetomo, di masa remajanya memegang nasihat buyutnya yang diberikan secara turun-temurun, yaitu : "Kalaulah kamu tidak mau bershalawat kepada Rasulullah, cintailah Rasulullah, Pelajarilah semua ilmu asal jangan mempersulit matimu, yaitu ilmu hakikat makrifat".

Barangkali berangkat dari sinilah kemudian beliau mencari guru-guru ilmu baik ilmu kanuragan maupun mengenai ketuhanan. Semua aliran sudah dimasukinya, bahkan sampai di tanah Banten. Akan tetapi ia tidak meninggalkan nasihat buyutnya tersebut, yaitu memperteguh bertauhid kepada Allah. Alangkah kecewanya ia pada masa pencariannya, ketika melihat kenyataan bahwa ilmu kanuragan kedigdayaan masih bisa dikalahkan dengan aliran ilmu yang lainnya, jagoan ini dikalahkan dengan jagoan itu, kesaktian-kesaktian itu tidak memberikan manfaat apa-apa terhadap kehidupannya, bahkan beliau sering diberi ilmu oleh beberapa pendekar terkenal, namun anehnya mengapa ilmu-ilmu itu tidak bisa masuk ke dalam tubuhnya. Maka beliau kembali berpikir, ternyata tidak ada seorangpun yang melebihi kesaktian Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hanya Allah yang Maha Kuat, yang Maha Hebat dan senantiasa memberikan manfaat kepada kehidupan manusia.

Setelah ia menelusuri segala macam aliran dan ilmu, maka nasihat buyutnyalah yang menjadi pemicu semangatnya untuk menemui ilmu hakikat makrifat.

Selama 33 tahun beliau menjalani tafakur, dengan menekuni ketauhidan dan berzikir secara terus menerus baik sambil berdiri, duduk maupun berbaring. Kemudian secara perlahan-lahan banyak yang tertarik untuk nyantri kepada beliau dan terus bertambah hari demi hari sehingga saat ini santrinya banyak tersebar di seantero nusantara maupun di luar negeri.

Beliau banyak membuka cakrawala imu hakikat dengan mudah dan sederhana. Tanpa harus menggunakan bahasa yang sulit. Karena lebih banyak praktek ketimbang bicara. Itulah prinsip dari beliau yang saya tangkap. Dan sebagai santri saya ditugaskan untuk menceritakan kembali hasil kajian ilmu keislaman beliau, dalam bentuk tulisan.

Beliaulah yang pertama kali membuka cakrawala pikiran saya mengenai hakikat makrifat yang sesungguhnya. Walaupun saya sudah membaca banyak kitab di pesantren, tetapi secara konkret saya belum pernah menjalankan kerohanian yang sebenarnya.

Barangkali pengajaran kepada saya di pesantren yang boleh dikatakan sebagai ulama tasawuf dari seorang ulama besar, Mama' Abdullah bin Nuh di Bogor (penerjemah kitab Minhajul 'Abidin, Oh Anak, karya Imam Al Ghazali, penyusun kamus bahasa Inggris-Arab-Indonesia). Dalam kuliahnya beliau mengajarkan, bagaimana Al Ghazali menguraikan dasar-dasar makrifatullah dan tanjakan-tanjakan yang harus ditempuh bagi orang yang ingin menjalankan kesufian, salah satunya dengan beruzlah.

Haji Slamet tidak mau disebut Guru. Seringkali dalam setiap pertemuan beliau mengatakan : Saya bukan guru kalian, saya adalah teman seperjalanan menuju Allah, teman diskusi, teman berbagi pengalaman dan ..."Watawa shaubil haqqi watawa shaubish shabr." ... saling nasihat-menasihati dalam kebenaran dan kesabaran". (QS. Al 'Ashr, 103 ayat : 3). Ayat inilah kiranya yang lebih tepat dalam mendudukkan maqam bapak Haji Slamet Oetomo, tidak lebih!!! Meskipun demikian, saya tidak akan pernah menghilangkan himmah saya kepada beliau, saya tetap menjalankan tradisi pesantren sebagai seorang santri.

Hak beliau untuk tidak mau dianggap sebagai guru, tetapi kewajiban saya untuk menghargai dan tawadhu' serta menggurukan beliau, tanpa harus mengkultuskan beliau sebagai imam atau guru mursyid, beliau sendiri melarang penghormatan yang berlebih-lebihan karena dapat berakibat syirik.

Hal inipun pernah ditakutkan oleh Rasulullah, tatkala orang-orang mulai memujanya terlalu berlebihan. Rasulullah mengatakan : "Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu ... " (QS. Al Kahfi, 18 : 110). Juga Rasulullah mengkhawatirkan umatnya bersikap seperti orang-orang Nasrani yang memuja rahib-rahib dan para Nabi sebelumnya. Sebagaimana firman Allah di bawah ini :

"Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan juga mereka mempertuhankan Al Masih putra Maryam, padahal mereka hanyalah disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan." (QS. At Taubah, 9 : 31)

Yang menjadikan saya tertarik lebih dalam atas wejangan (nasihat) bapak Haji Slamet Oetomo adalah, "Kita jangan mengubah syariat Islam, akan tetapi justru kita harus mengkhusuki syariat yang sudah ada. Jangan membuat syariat baru, karena shalat dan zikir yang sudah dinash-kan oleh Allah itulah yang kita ikuti". Sebagaimana firman ALlah dalam surat Al Kahfi, 18 : 110:

"...Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya".

Dari nasihat ini saya teringat pelajaran Al Hikam, salah satu kitab yang sangat mantap ajaran tauhidnya. Didalamnya tertulis pendapat Al Junaed mengenai ajaran tasawuf yang benar, yaitu :

* Mengenal Allah, sehingga antaramu dengan Allah tidak ada perantara (hubungan dengan Allah tanpa perantara).

* Melakukan semua akhlak yang baik menurut sunnaturrasul dan meninggalkan semua akhlak rendah.

* Melepaskan hawa nafsu menurut kehendak Allah.

* Merasa tiada memiliki apapun, juga tidak dimiliki oleh siapapun kecuali Allah.

Adapun caranya : Yaitu mengenal Asma Allah (menyebut nama Allah) dengan penuh keyakinan, sehingga menyadari sifat-sifat dan af'al Allah di alam semesta ini.

Adapun gurunya : Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, yang telah mengajarkan dari tuntunan wahyu danmelaksanakannya lahir batin sehingga diikuti oleh para sahabt-sahabtanya.

Adapun manfaatnya : Mendidik hati sehingga mengenal zat Allah, sehingga berbuah kelapangan dada, bersih hati dan berbudi pekerti yang luhur dalam menghadapi semua makhluk.

Wassalam,

Abu Sangkan

Petunjuk Praktis Melakukan Patrap

Petunjuk Praktis

Ditulis Oleh Abu Sangkan

Sebaiknya dalam melakukan patrap hendaknya anda membersihkan diri dari hadast besar dan kecil.

Ambil posisi berdiri seperti hendak shalat menghadap kiblat …

Rileks ...

Hubungkan rasa Ingat Anda kepada Allah ...

Timbulkan rasa rindu dan cinta kepada Allah ...

Hadirkan hati anda dan pasrahkan jiwa raga ...

Mohonlah bimbingan kepada-Nya …

Ya Allah Ampuni kami ….

Ya Allah Ajarkan kami dan bimbinglah kami didalam menuju makrifat kepada Engkau

Ya Allah lindungilah kami dari godaan nafsu dan syetan yang terkutuk

Bismillahirrahmanirrahiem…… (basmallah)

Asyhadu anlaa ilaha ilallah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah..... (syahadat)

Allahumma shalli `ala Muhammad wa `ala aali Muhammad..... (shalawat)

Ya … Allah … Ya Allah …Ya Allah …Ya Allah …..

Ya Allah … Ya Allah …Ya Allah ...

(tidak perlu anda menghitung jumlah lafadz yang diucapkan)