TASBIH MALAIKAT: Sebuah Perjalanan Ruhani Menembus Dimensi

Penulis: Hongmankim

Sebelumnya saya hongmankim hanya ingin berbagi pengalaman, karena sangat banyaknya sms, telp, email, Banyak yang bertanya siapakah mas halilintar tersebut, nama yang diberikan oleh orang tua beliau adalah Sayyid Ali Halilintar Izroil al Khan bin Basyarah bin Dzazuli, beliau sanadnya langsung ke Rosulullah SAW, keturunan Arab-Jawa (ayah) dan Arab-Sunda (ibu)…beliau adalah orang yang low profile, friendship dengan banyak kalangan atas dan bawah,….banyak para guru, dan habib-habib di nusantara, luar Indonesia (malaysia, brunei, Hongkong, singapura, mesir, irak, dll) yang belajar kebeliau….sehingga membuat dirinya bingung dan kerepotan padahal menurut beliau dia masih hijau, muda dan ilmupun punya masih jauh dari tataran sempurna……

Berikut adalah perjalanan ruhani berkenalan dengan dimensi berbagai alam….sewaktu desember tahun 2009, kami (hongmankim, Hj Agung, Ronni Samuel, Yusuf Al Rohman) khatam beberapa ilmu dan saat itu kami mencoba menembus alam dimensi malaikat dengan berbagai macam cara namun hasilnya nihil, yang ada kami hanyalah terdampar di sebuah dimensi astral para makhluq Allah lainnya seperti halnya JINN.

Namun saat kami mencoba benar-benar membenahi diri semua do’a, hijib, saefi, qasam dsb, bulan januari 2010, Guru kami, tanpa angin/hujan menelpon kami untuk berkumpul..di Pantai Selatan Sukabumi, dikira kami mau wisata/pengisian khatam ilmu…namun sesaat kami berkumpul, beliau berkata:’maukah ku ajak menembus dimensi malaikat, iblis, di bumi dan langit, karena sudah lama tidak silaturahmi”.. dalam pikiran kami, semua itu tidak mungkin (bercanda)…biar bagaimana kami manusia biasa& bukan orang suci, dan level kami masih sangat jauh dibawah itu…

Kemudian Kami berkomentar: “andai Ali sendiri saja, kami yakin bisa..tapi kami???dengan apa kita terbang dengan do’a Harut Marut??, sedangkan do’a dari Harut Marut tidak boleh digunakan seperti yang di ungkapkan Rosulullah Saw dalam “KITAB AL QAUL AL MUUSADDAD FI ADZ DZUBB’AN MUSNAD AHMAD”karena akibatnya kita bisa langsung dihukum siksa oleh Allah Kontan seperti Pemberi Ilmu (Harut Marut), apalagi karena memasuki Koloni Langit???? Beliau hanya tersenyum dan berkata:”sudahlah, mari kita shalat hajat Taubat, Syukur, Ikhlas dan Hajat Saefi”…karena tak mau berdebat akhirnya kamipun pasrah…dan mencoba mengejar beliau yang pergi meninggalkan kami ke tengah Deburan Ombak (dengan Ilmu Saefi Asma Sulthonin Bahri wa Barr).. setelah ditengah laut maka kami berempat dengan Mas Ali melakukan shalat sebagai Imam, kami melakukan Shalat dan Berdzikir di Tengah laut Pantai Selatan dengan dikelilingi deburan ombak….

Setelah 1jam berlalu dan dzikir sedang berlangsung…tanpa tedeng aling-aling terjadi hujan sangat lebat dan ombakpun membesar…saat itu pula portal cahaya terbuka..dan semakin membesar memenuhi lautan….berjuta-juta makhluq keluar dari cahaya tersebut..dan memperkenalkan diri…baik dari golongan malaikat Ruhaniyah, Huruf, Asma, Ayat ….mereka mengucapkan salam, dan berkata” wahai makhluk Allah (malaikat SAMSAIL AS)..hendak kemanakah kalian, mas Ali pun menjawab wahai makhluk suci, bawalah kami untuk mengenal makhluk-makhluk Allah Lainnya di Laut, saat itupula SHADLUQAN AS (sang Malaikat penjaga lautan) membawa kami memasuki portal cahaya antar dimensi untuk mengenal makhluk-makhluk Allah Lainnya di Laut..”Subhanallah”disana kami dikenalkan makhluk Air (Jin”Air, Ikan dan Putri Iblis yang terusir dari Surga dan terikat berjuta-juta tahun, yang dilemparkan oleh Ashif Bin Bakhroya, wakil Nabiyullah Sulaiman AS dan Putri tersebut Lebih kita Kenal adalah Kanjeng Gusti Ratu Kidul)

Setelah itu kami pamit dan diantarkan ke Malaikat DZUL QARNAIN AS (penjaga bumi dan ditugaskan untuk menerima do’a-do’a para makhluq Allah SWT) untuk melihat dimensi lapisan bumi dan kubur dan di dimensi tersebut kami berjumpa dengan RIFYAIL AS yang ruku sampai akhir jaman dan mengucapkan: “SUBHANAL MALIKIL QUDDUS ROBBUL MALA’IKATI WAR RUH.ROBB MA ABADNA-KA HAQQO IBADATI-KA”…kemudian kami di antar kelangit dunia/pertama dan bertemu dengan Malaikat, kami bertanya wahai Ali siapakah dia?? Dialah DZUN NURAIN AS., yang disebut Rosulullah SAW malaikat yang agung dan bertugas menyampaikan doa-do’a para makhluq dari malaikat DZUL QARNAIN AS.

Selanjutnya DZUN NURAIN AS., mengantarkan kami ke setiap lapis langit, namun kami hanya mencapai langit ke 3 dikarenakan kekeruhan Jiwa kami sendiri, sedangkan Khan dan DZUN NURAIN AS., meneruskan ke lapis selanjutnya….namun pengalaman menakjubkan yang disampaikan kami maupun Ali ini adalah

Saat memasuki potral cahaya dimensi langit dunia/pertama terlihat para malaikat yang menjaga dan sebanyak bintang dan terdengar suara tasbih, tahlil dan takbir. Kemudian kami bertanya apa yang mereka ucapkan, dengarlah dengan kesucian batinmu sehingga jasadmupun mendengar…maka terdengarlah lantunan “Subhana robbina al a’la, dzil malakil wal malakut”
Dan setip shaff (Barisan) tahap 1; terdengar ucapan :”Subhanal malik dzil muluk
Barisan tahap 2;Subhana dzil ‘izzati wal jabarut, dan 70.000 lapis dan terdiri dari 70.000 lapis…suara tasbihnyapun berbeda-beda…dan setiap lapis terdiri dari 70.000 lapis cahaya dan 70.000 malaikat, dan lapisan tersebut terus secara integral…sangatlah berlapis

Potral cahaya dimensi Lapis langit kedua; kami lihat penghuninya (para malaikat) sejumlah tetesan hujan yang bertebaran di angkasa dari Timur ke barat dan tiada henti dan tiada henti pula mengucapkan: “Subhanahu dzil’izzati, wal jabarut wa ta’ala”

Lapis langit ketiga: Terlihat penghuni (para malaikat) bermetrix-metrix ton pasir yang tidak terhingga yang mengisi langit berdo’a sepenuh hati mengucapkan“Subhanahu wabihamdihi al hayyil ladzi layamut”

Potral cahaya dimensi Lapis langit keempat: Para penghuninya bershaf-shaf banyaknya dan berwujud bidadari yang sangat cantik, elok, aduhai, luarbiasa dan mereka mengucapkan“Subhanahu lahaula wala quwwata illa billah”, Disaat hati kami berempat tergoda karena keindahan yang tiada tandingannya…karena wanita di bumi belum ada apa-apanya kecantikannya…maka saat itu juga kami di usir dan kembali ke Lapis Ke3

Berikut adalah petikan kisah Khan:
Potral cahaya dimensi Lapis langit kelima: Para penghuni malaikat berlipat ganda dari seluruh makhluk yang diciptakan, diantaranya terdapat malaikat penulis amal, dan mereka mengucapkan“Subhanahu muhyil mauta wa huwa ‘ala kulli syai’in qodir
Potral cahaya dimensi Lapis langit keenam: Ada Pasukan Allah dan bala tentaranya yang sangat besar dan mengucapkan“Subahanal maliki quddus”
Potral cahaya dimensi Lapis langit ketujuh: terdiri dari pasukan malaikat muqorobin AS“Subhanalladzi mala’as samawat as sab’iwal aradhin as sabi’I ‘izzatan wa waqaran”
Potral cahaya dimensi Lapis Langit Kedelapan: Terdiri dari malaikat penjunjung Arsy al Karubbiyun
Saat di lapis ke-8 Malaikat MAITOTORUN AS pejaga Lapis ke 8 dan bi alfi alfi MAITOTORUN AS (pasukan malaikat yang ber-juta”jumlahnya dengan wajah yang sama dengan Sayyidina MAITOTORUN AS/pemimpinnya, berkata: aku mendapatkan pesan untukmu dari Allah Ali:”Sayyid Ali, hanya Kakek buyutmu Rosulullah SAW dan Adam AS yang dapat bertemu denganNYA & yang dapat Berdekatan hanyalah adalah NUR MUHAMMAD dan NUR Ali, Usman, Abu Bakar, Utsman. Dan hasan-husein dan 12 imam… Andai kata memaksakan diri, engkau akan di bunuh oleh Para Malaikat, bila tidakpun…tidak ada satupun Makhluk yang tahan akan Cahaya Allah dan langsung terbakar…begitu pula kami para malaikat….. bersyukurlah dan berbahagialah engkau selaku manusia karena hanya para Auliya yang Maqomnya sempurna tak terbatas, bisa mencapai lapisan ini…maka dengan langkah gontai beliaupun menemui kami dan selanjutnya kamipun kembali ke dimensi Dunia manusia…

Potral cahaya dimensi Lapis Langit Kesembilan: Tempat bersemayamnya Sang Khaliq

Berikut sebagian pengalaman Kami, kesemuanya menggunakan saefi Asma Sulthonin Bahri wal Barr wal Masryik minal Maghribh dan Sulthonin Saefi bersama guru kami, semoga menjadi pembelajaran tentang sebagian nama malaikat dan kondisi setiap lapis langit yang kami share….serta sangat pentingnya dan utamanya Tasbih di mata para malaikat dan Allah SWT. Serta menjaga kebersihan raga dan batin….karena hanya dengan hal tersebut semua ilmu dapat terkuasai dan mencapai maqom yang tinggi…dan Kesemuanya agar kita tahu kebesaran dan keluasan ilmu Allah SWT…



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

HAKIKAT RUWATAN

Demi waktu, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran (QS 103; 3)

Kenapa orang Jawa menggelar acara ruwatan dan apa falsafah di balik upacara ruwatan yang bagi sebagian kalangan dianggap berbau klenik dan ditafsirkan negatif itu? Marilah kita bersama-sama menelusuri hakikat di balik tradisi ruwatan. Awalnya, kita perlu tahu siapa saja yang harus diruwat karena mengandung unsur negatif/kesalahan/bencana. Menurut kepustakaan “Pakem Ruwatan Murwa Kala” yang bersumber dari Serat Centhini (Sri Paku Buwana V) orang yang harus diruwat ada 60 jenis yaitu:

1. ONTANG-ANTING, yaitu anak tunggal laki-laki atau perempuan.

2. UGER-UGER LAWANG, yaitu dua orang anak yang kedua-duanya laki-laki dengan catatan tidak anak yang meninggal.

3. SENDHANG KAPIT PANCURAN, yaitu 3 orang anak, yang sulung dan yang bungsu laki-laki sedang anak yang ke 2 perempuan.

4. PANCURAN KAPIT SENDHANG, yaitu 3 orang anak, yang sulung dan yang bungsu perempuan sedang anak yang ke 2 laki-laki.

5. ANAK BUNGKUS, yaitu anak yang ketika lahirnya masih terbungkus oleh selaput pembungkus bayi (placenta).

6. ANAK KEMBAR, yaitu dua orang kembar putra atau kembar putri atau kembar “dampit” yaitu seorang laki-laki dan seorang perempuan (yang lahir pada saat bersamaan).

7. KEMBANG SEPASANG, yaitu sepasang bunga yaitu dua orang anak yang kedua-duanya perempuan.

8. KENDHANA-KENDHINI, yaitu dua orang anak sekandung terdiri dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.

9. SARAMBA, yaitu 4 orang anak yang semuanya laki-laki.

10. SRIMPI, yaitu 4 orang anak yang semuanya perempuan.

11. MANCALAPUTRA atau Pandawa, yaitu 5 orang anak yang semuanya laki-laki.

12. MANCALAPUTRI, yaitu 5 orang anak yang semuanya perempuan.

13. PIPILAN, yaitu 5 orang anak yang terdiri dari 4 orang anak perempuan dan 1 orang anak laki-laki.

14. PADANGAN, yaitu 5 orang anak yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 1 orang anak perempuan.

15. JULUNG PUJUD, yaitu anak yang lahir saat matahari terbenam.

16. JULUNG WANGI, yaitu anak yang lahir bersamaan dengan terbitnya matahari.

17. JULUNG SUNGSANG, yaitu anak yang lahir tepat jam 12 siang.

18. TIBA UNGKER, yaitu anak yang lahir, kemudian meninggal.

19. JEMPINA, yaitu anak yang baru berumur 7 bulan dalam kandungan sudah lahir.

20. TIBA SAMPIR, yaitu anak yang lahir berkalung usus.

21. MARGANA, yaitu anak yang lahir dalam perjalanan.

22. WAHANA, yaitu anak yang lahir dihalaman atau pekarangan rumah.

23. SIWAH ATAU SALEWAH, yaitu anak yang dilahirkan dengan memiliki kulit dua macam warna, misalnya hitam dan putih.

24. BULE, yaitu anak yang dilahirkan berkulit dan berambut putih “bule”

25. Kresna, yaitu anak yang dilahirkan memiliki kulit hitam.

26. WALIKA, yaitu anak yang dilahirkan berwujud bajang atau kerdil.

27. WUNGKUK, yaitu anak yang dilahirkan dengan punggung bengkok.

28. DENGKAK, yaitu anak yang dilahirkan dengan punggung menonjol, seperti punggung onta.

29. WUJIL, yaitu anak yang lahir dengan badan cebol atau pendek.

30. LAWANG MENGA, yaitu anak yang dilahirkan bersamaan keluarnya “Candikala” yaitu ketika warna langit merah kekuning-kuningan.

31. MADE, yaitu anak yang lahir tanpa alas (tikar).

32. Orang yang ketika menanak nasi, merobohkan “Dandhang” (tempat menanak nasi).

33. Memecahkan “Pipisan” dan mematahkan “Gandik” (alat landasan dan batu penggiling untuk menghaluskan ramu-ramuan obat tradisional).

34. Orang yang bertempat tinggal di dalam rumah yang tak ada “tutup keyongnya”.

35. Orang tidur di atas kasur tanpa sprei (penutup kasur).

36. Orang yang membuat pepajangan atau dekorasi tanpa samir atau daun pisang.

37. Orang yang memiliki lumbung atau gudang tempat penyimpanan padi dan kopra tanpa diberi alas dan atap.

38. Orang yang menempatkan barang di suatu tempat (dandhang – misalnya) tanpa ada tutupnya.

39. Orang yang membuat kutu masih hidup.

40. Orang yang berdiri ditengah-tengah pintu.

41. Orang yang duduk didepan (ambang) pintu.

42. Orang yang selalu bertopang dagu.

43. Orang yang gemar membakar kulit bawang.

44. Orang yang mengadu suatu wadah/tempat (misalnya dandhang diadu dengan dandhang).

45. Orang yang senang membakar rambut.

46. Orang yang senang membakar tikar dengan bambu (galar).

47. Orang yang senang membakar kayu pohon “kelor”.

48. Orang yang senang membakar tulang.

49. Orang yang senang menyapu sampah tanpa dibuang atau dibakar sekaligus.

50. Orang yang suka membuang garam.

51. Orang yang senang membuang sampah lewat jendela.

52. Orang yang senang membuang sampah atau kotoran dibawah (dikolong) tempat tidur.

53. Orang yang tidur pada waktu matahari terbit.

54. Orang yang tidur pada waktu matahari terbenam (wayah surup).

55. Orang yang memanjat pohon disiang hari bolong atau jam 12 siang (wayah bedhug).

56. Orang yang tidur diwaktu siang hari bolong jam 12 siang.

57. Orang yang menanak nasi, kemuadian ditinggal pergi ketetangga.

58. Orang yang suka mengaku hak orang lain.

59. Orang yang suka meninggalkan beras di dalam “lesung” (tempat penumbuk nasi).

60. Orang yang lengah, sehingga merobohkan jemuran “wijen” (biji-bijian).

Mereka adalah jenis-jenis orang yang di dalam kisah perwayangan disarankan oleh Batara Guru agar dijadikan santapan atau makanan Batara Kala. Dalam Pustaka Raja Purwa karya Ranggawarsito bahkan disebutkan ada 136 macam Sukerta. Menurut kepercayaan Jawa, orang-orang yang tergolong di dalam kriteria tersebut dapat menghindarkan diri dari malapetaka (disimbolkan menjadi makanan Betara Kala) jika ia mengadakan acara ruwatan dengan menggelar wayang dengan lakon Murwakala, Baratayuda, Sudamala, atau Kunjarakarna. Selain Ruwatan Sukerta, terdapat juga “Ruwat Sengkala atau Sang Kala” yang artinya menjadi mangsa “kala” atau “waktu.”

Sebagaimana diketahui dalam kitab Suci bahwa siapa yang tidak bisa memanfaatkan waktu dengan beramal sholeh maka dia termasuk orang-orang yang merugi. Demi waktu, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran (QS 103; 3)

Apalagi bila jalan kehidupan orang tersebut terbelenggu materi yang akhirnya nyrimpeti “laku”. Dia akan merasa penuh kesulitan karena tidak bisa sejalan harmonis dengan dengan alur hukum alam (ruang dan waktu). Kesalahan-kesalahan perbuatan atau tingkah laku dia sendiri atau orang lain (leluhur masa lalu) jelas memiliki akibat di masa sekarang. Saya menduga, para leluhur kita di Jawa telah ‘niteni’ siapa saja orang-orang yang hidupnya diliputi dengan kesulitan =karena susah memenej dan mengkoordinasi dirinya sehingga muncul kesulitan atau bencana. Yaitu 60 jenis orang yang telah disebutkan di atas, sehingga upacara ruwatan adalah momentum untuk ngelingke (mengingatkan) mereka agar kembali ke jalan yang lurus.

Kenapa dalam ruwatan digelar wayang? Kok tidak ndangdutan, disko, tari tayub/ledhek atau kesenian yang lain? Wayang adalah pertunjukan yang sarat dengan tuntunan ajaran filsafat hidup. Berbeda dengan seni-seni lain yang mudah diapresiasi/ dinikmati dan murni hiburan/entertainment, penonton pergelaran wayang membutuhkan perenungan yang sangat mendalam karena di dalamnya bermuatan ajaran-ajaran hidup bijaksana. Wayang adalah perpaduan berbagai sebagai seni pertunjukan yang merangkum bermacam-macam unsur lambang simbolis, bahasa gerak, suara, warna dan rupa.

Di dalam unsur simbolis ini tercermin pengalaman religius atau perjalanan spiritual sebagaimana yang diperankan tokoh-tokoh wayang tersebut. Pertunjukan wayang idealnya diwariskan secara turun temurun agar menjadi tetenger eksistensi budaya Jawa. Wayang adalah sarana efektif penyampaian ajaran filsafat hidup yang menuntun bagaimana harus bertingkah laku secara bijaksana antar individu maupun individu di dalam masyarakat dan hubungan dengan Gusti. Individu juga diajarkan mengenali hakikat diri sejati dan perjalanan-perjalanan yang harus dilakoninya sebagai kewajiban hidup.

Benarkah mereka yang telah diruwat akan berbebas dari dosa dan kesalahan? Jawaban anak kecil barangkali ya. Namun saat kesadaran kita telah beranjak dewasa, maka tidak mungkin hanya dengan ucapara ruwatan bisa menebus kesalahan dan kesucian orang. Tentu saja, ajaran Jawa yang dianggap klenik semacam ini harus diluruskan sesuai dengan hakikatnya. Hakikat dari upacara (syariat) harus diteruskan untuk mengenali upasana dan upadinya. (hakikatnya sebagai pembelajaran agar terjadi penyadaran).

Selain itu, upacara adalah sebuah tindakan simbolis yang merupakan relasi penghubung antara komunikasi human kosmis dan komunikasi lahir batin dengan Gusti Kang Akaryo Jagad. Tindakan simbolis dalam upacara nerupakan bagian yang sangat penting dan tidak mungkin dibuang begitu saja, karena manusia harus bertindak dan berbuat yang melambangkan sebuah hubungan khusus dengan Tuhan.

Substansi lakon Murwakala pada tradisi ruwatan adalah pembebasan. Pembebasan manusia dari “mangsa” Batara Kala (kala=waktu). Tokoh Batara Kala adalah anak Batara Guru yang lahir karena nafsu yang tidak bisa dikendalikannya atas diri Dewi Uma, yang kemudian spermanya jatuh ketengah laut dan menjelma menjadi raksasa: “Kama salah kendang gumulung”. Ketika Batara Kala menghadap sang ayah Batara Guru untuk meminta makan, oleh Batara Guru diberitahukan agar memakan manusia yang berdosa atau sukerta.

Dalam ruwatan, selain digelar wayang kulit dengan lakon Murwakala diperlukan sesajen beraneka makanan yang merupakan simbol yang harus ditafsirkan. Sarana sesajen ini juga sebagai cara pembelajaran. Berbeda dengan menggunakan buku-buku, penyampaian ajaran hidup yang memakai cara “sesajen” ini pasti mudah diingat dalam waktu lama dan antar generasi.

Menurut Ki Soedarsono sesajen dalam ruwatan adalah:

1. Tuwuhan, yang terdiri dari pisang raja setudun, yang sudah matang dan baik, yang ditebang dengan batangnya disertai cengkir gading (kelapa muda), pohon tebu dengan daunnya, daun beringin, daun elo, daun dadap serep, daun apa-apa, daun alang-alang, daun meja, daun kara, dan daun kluwih yang semuanya itu diikat berdiri pada tiang pintu depan sekaligus juga berfungsi sebagai hiasan/pajangan dan permohonan.

2. Dua kembang mayang yang telah dihias diletakkan dibelakang kelir (layar) kanan kiri, bunga setaman dalam bokor di tempat di muka dalang, yang akan digunakan untuk memandikan Batara Kala, orang yang diruwat dan lain-lainnya.

3. Api (batu arang) di dalam anglo, kipas beserta kemenyan (ratus wangi) yang akan dipergunakan Ki Dalang selama pertunjukan. Kain mori putih kurang lebih panjangnya 3 meter, direntangkan dibawah debog (batang pisang) panggungan dari muka layar (kelir) sampai di belakang layar dan ditaburi bunga mawar dimuka kelir sebagai alas duduk Ki Dalang, sedangkan di belakang layar sebagai tempat duduk orang yang diruwat dengan memakai selimut kain mori putih.

4. Gawangan kelir bagian atas (kayu bambu yang merentang diatas layar) dihias dengan kain batik yang baru 5 (lima) buah, diantaranya kain sindur, kain bango tulak dan dilengkapi dengan padi segedeng (4 ikat pada sebelah menyebelah).

5. Nasi golong dengan perlengkapannya, goreng-gorengan, pindang kluwih, pecel ayam, sayur menir, dsb. Nasi wuduk dilengkapi dengan ikan lembaran, lalaban, mentimun, cabe besar merah dan hijau brambang, dan kedele hitam. Nasi kuning dengan perlengkapan telur ayam yang didadar tiga biji. Srundeng asmaradana.

6. Jenang (bubur) yaitu: jenang merah, putih, jenang kaleh, jenang baro-baro (aneka bubur).

7. Jajan pasar (buah-buahan yang bermacam-macam) seperti : pisang raja, jambu, salak, sirih yang diberi uang, gula jawa, kelapa, makanan kecil berupa blingo yang diberi warna merah, kemenyan bunga, air yang ditempatkan pada cupu, jarum dan benang hitam-putih, kaca kecil, kendi yang berisi air, empluk (periuk yang berisi kacang hijau, kedele, kluwak, kemiri, ikan asin, telur ayam dan uang satu sen).

8. Benang lawe, minyak kelapa dipergunakan untuk lampu blencong, sebab walaupun siang tetap memakai lampu blencong. Yang berupa hewan seperti burung dara satu pasang ayam jawa sepasang, bebek sepasang.

Berupa sesajen antara lain:

1. Rujak ditempatkan pada bumbung, rujak edan (rujak dari pisang klutuk ang dicampur dengan air tanpa garam), bambu gading lima ros. Kesemuanya itu diletakan ditampah yang berisi nasi tumpeng, dengan lauk pauknya seperti kuluban panggang telur ayam yang direbus, sambel gepeng, ikan sungai/laut dimasak anpa garam dan ditempatkan di belakang layar tepat pada muka Kyai Dalang.

2. Sajen buangan yang “ditunjukkan” kepada dahyang (makhluk halus penghuni suatu tempat) yang berupa takir besar atau kroso yang berisi nasi tumpeng kecil dengan lauk-pauk, jajan pasar (berupa buah-buahan mentah serta uang satu sen). Sajen itu diletakkan di tempat dahyang.

3. Sumur atau sendang diambil airnya dan dimasuki kelapa. Kamar mandi yang untuk mandi orang yang diruwat diletakkan kelapa utuh. Selesai upacara ruwat bambu gading yang berjumlah lima ros ditanam pada kempat ujung rumah disertai empluk (tempayan kecil) yang berisi kacang hijau, kedelai hitam, ikan asin, kluwak, kemiri, telur ayam dan uang dan berdoa mohon tercapai apa yang diharapkan.




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262