ASMAK SIRRUL QUR’AN (ASR QUR’AN)

Kami WALI BIASA/KANJENG PANGERAN ARIEFIN MAULANA SYEIKH ‘AINUL YAQIN/PANGERAN SEMBRANI PUTIH, IMAM BESAR MASJID BABUS SALAM, PURWOSARI.

Dengan berkah Lailatul Qodar Romadhon, Allah ilhamkan melalui khawatif dan kasyaf maknawi, sehingga dengan ini kami mengijazahkan Asmak Sirrul Qur’an/ismul a’zhom kepada sedulur LASKAR KHODAM SAKTI yang ingin menggapai kesempurnaan rohani.

ASMAK SIRRUL QUR’AN:

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM,
ANNAL QUWWATA LILLAHI JAMII’A ROBBUNALLOH, HASBUNALLOHA WANI’MAL WAKIIL


Tawassul:
1. Ila hadrotin Nabiyyil Musthofa Muhammadin Rosulillahi S.A.W. wa’ala alihi wa ashhabihi minannabiyyin wal mursalin, wa ila mala’ikatil muqorrobin wal karrubiyyina kiromi al fatihah
2. Tsumma ila arwahi ashabihi waqorobatihi watabi’in wassyuhadaa’I wal auliya’I wassholihin wal mujtahidina wamuqollidihm fiddin wal ulama’il amilin walqurroo’I wa a’immatil haditsi wal mufassirin was saadaatinas syutfiyyatil tsummal muhaqqiqin syai’u lillahi lahum al fatihah
3. Khususon ila balyan ibni mulkan ibni syam ibni nuuhin, abul abbas nabiyyillah khidir alaihis salam al fatihah
4. Min ruhi wasilatul fatihah ila quthub robbani wal ‘arifus shomadani sayyidi syeikh abdul qodir jailani wasayyidi syeikh abu hasan ali assyadzili wa sayyidi syeikh maulana malik ibrohim al fatihah
5. Wa ila shohibul ijazah kyai ahmad fuadi wa ustadz Muhammad ‘arif bin wahman purwosari al fatihah Taffadol: Monggo diamalkan dengan ikhlas dan resapi energi sirrul qur’an dengan sebaik niat anda. Boleh saja 41, 71, 313 atau 1001 kali.

Kelebihan utama/rahasia ASR QUR’AN: bila diwirid dengan ikhlas selama 7 hari saja akan disegani seluruh makhluk di langit dan di bumi. Termasuk bangsa ghoib bahkan malaikat pun akan memberi ta’zim/hormat dengan ucapan “Assalamualaikum ya waliyullah” Kalau kita tergelincir/tersesat akan digandeng dan dibimbing para Rijalul Ghoib, bahkan Quthub A’zhom (pemimpin para wali) berpesan bahwa dzikir ASR Qur’an ini sudah mencakup semua dzikir.

Peringatan: ASMAK INI TIDAK BOLEH DIAJARKAN KEPADA WANITA DAN ANAK-ANAK. DEMIKIAN YANG DIAJARKAN RASULULLAH YANG DIRIWAYATKAN SAHABAT ANAS BIN MALIK. SEBALIKNYA DIAMALKAN OLEH MEREKA YANG SUDAH MEMILIKI MENTAL SPIRITUAL YANG MUMPUNI/ dan SUDAH SEPUH.

 



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

AMALAN AJI BAYU BAJRA

“Pamuji rahayu.., monggo Ki dipun lanjut ilmunipun … kulo suwun upami mboten awrat penggalih, dipun wedar ngilmu aji maruta…, supaya saya kalu bepergian jauh ndak usah naik kendaraan Ki.. ngirit ongkos hehehe…maklum bensin mahal, aftur juga mahal…,naik piet onthel ga tekan tekan je….hehehe..kesuwen. nyuwun jembaring penggalih pangapunten.matur sembah nuwun. salam sihkatresnan, Rahayu… (Ki Hadi Wirojati, 24 October 2009).

Terima kasih saya sampaikan kepada Ki Hadi Wirojati atas komentarnya di blog ini. Sebagai rasa hormat saya kepada Beliau sekaligus untuk nguri-uri kebudayaan lokal yang kaya dimensi dan penuh dengan kearifan, maka pada kesempatan ini akan dibeber soal ilmu aji bayu bajra yang serupa dengan aji maruta.

Sekitar tahun 80-an di kawasan selatan gunung Semeru, perbatasan Kabupaten Lumajang-Malang, Jatim di hutan lindung yang lebat masih banyak menjumpai orang-orang yang memiliki ilmu Aji Bayu Bajra. Mereka pating gleber seperti burung. Hinggap (Menclok) dari pohon yang satu ke pohon yang lain. Persis seperti di film-film silat. Yang membedakan adalah saat kita dekati, mereka akan menjauh dan sama sekali tidak ingin identitasnya diungkap.

Suatu ketika dalam sebuah maneges, saya menjumpai seseorang pemilik ajian bayu bajra di wilayah itu. Duduk bersila di sebuah batu besar di tengah sungai mengalir gemericik. Saya mencoba menyapanya dengan salam. Dia tidak menjawab. Baru ketika saya mencoba untuk menggunakan bahasa tubuh yang artinya bahwa saya ingin bercakap-cakap dengannya, maka dia akhirnya memberi isyarat. Jari telunjuknya ditempatkan di depan mulut. Matanya memandang santun dan lembut mata saya. Sebuah sorotan yang sejuk namun tegas dan berdaya.

Batin saya langsung membaca ini orang waskita yang tidak sembarangan: dia sedang maneges kepada Gusti. Belum sempat saya meneruskan komunikasi dengan bahasa tubuh yang lain, dia langsung meloncat ke sebuah pohon yang rimbun dan meneruskan melompat ke pohon yang lain. Hingga akhirnya hanya gerakan-gerakan dedaunannya saja yang terlihat. Orang waskita itu pun menghilang.

Saya hanya berujar: Selamat jalan, hamba Gusti Allah yang waskita ….

Orang yang bisa terbang atau meloncat dari dahan yang satu ke dahan yang lain ini bagi para leluhur tanah Jawa adalah soal yang mudah. Gaya hidup keseharian para leluhur yang dekat bahkan menyatu dengan alam membuat mereka mampu menemukan ilmu-ilmu/ajian-ajian yang beraneka rupa. Hobi para leluhur yang gentur olah rasa/batin, menggunakan ilmu titen untuk membaca fenomena alam dan gemar mempersatukan diri dengan semua jenis kekuatan (fisik dan metafisik) membuat mereka digdaya.

Para leluhur tidak perlu membeli handphone dan SMS untuk menghubungi para sedulurnya. Mereka juga tidak bisa menggunakan email atau facebook untuk saling curhat. Dari keterpisahan jarak dan waktu, mereka menggunakan kemampuan intuisi untuk saling berkomunikasi (orang sekarang menyebut telepati). Namun, bila dirasa sangat urgen untuk bertemu dengan sedulurnya, mereka akan berjalan kaki atau menggunakan kuda sebagai alat transportasi. Segelintir leluhur lain yang waskita akan menggunakan ajian Sapu Jagad dan Bayu Bajra untuk bepergian jarak jauh.

Aji Bayu Bajra mensyaratkan agar penggunanya sudah memiliki kedewasaan mental spiritual. Ia haruslah orang yang sudah “berumur” dan tidak ingin menonjolkan diri lagi di depan publik. Dia sepi ing pamrih rame ing gawe. Tubuh fisiknya bisa seringan kapas karena dia tidak lagi diliputi nafsu keduniawian sedikitpun sehingga yang ada dalam hidupnya hanyalah menunggu titah-Nya saja. Jiwa yang masih “berat” condong ke dunia, mustahil memiliki ilmu ini dengan seempurna.

Para pemilik ilmu ajian ini adalah orang yang sangat pendiam. ‘Tapa meneng’ dan hanya boleh berbicara bila sangat terpaksa. Satu dua kalimat pun harus diucapkan dengan bijaksana. Yakni untuk menyampaikan ajaran-ajaran kebajikan yang menjadi tanggungjawab besarnya di dunia. Laku prihatin dan hidupnya harus bisa diteladani oleh orang yang pernah melihat dia walau hanya sekelebat.

Matra untuk matek ajian Bayu Bajra diingatnya di luar kepala. Itu mencerminkan jiwanya yang bebas seperti burung….

“Putune Bayu Bajra yo aku
Sing nduwe angkoso, Nduwe langit
Nduwe awang-awang
Aku mabur koyo manuk
Kemlebat koyo alap-alap
Mabur koyo bidho kang ora nate kesel
Mabur……burrr!!!!!!!!!!!
Maburku luwih banter tinimbang angen-angen..”

Itulah mantra yang dibaca oleh hamba Gusti Allah yang pernah saya jumpai di kawasan selatan gunung Semeru yang kini entah ada di mana.




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262