HAKEKAT ASMAK RADJA DIRAJEH

INNA JAHARA……..

Ia banyak guyon. Saya mengenalnya sebagai seorang yang selalu ‘tawadhu’, rendah hati dan sopan. Dia cenderung menghindari konflik terbuka. Namun sesungguhnya ia seorang pengamat yang jeli melihat pergerakan batin yang terjadi.

Dan pada suatu ketika, sebuah persinggungan batiniah terjadi antara saya dengan sosok mulia tersebut. Sudah menjadi kehendak-NYA bahwa saya melalui perantara sosok mulia ini kemudian mengenal ASMA RADJA DIRAJEH. Saat itu, saya tidak menyangka kalau ternyata dia memberikan sebuah hadiah kepada saya tanpa saya mampu untuk membalasnya sama sekali. Hadiah terindah dalam hidup saya yang terasa begitu singkat…

Sebelum mengenal Asma ini, saya terlebih dulu pengamal Asma Sunge Rajeh Madura Utara dan beberapa asma lainnya. Meskipun jumlahnya tidak seberapa, alhamdulilah energi metafisis dalam tubuh saya berkembang sedemikian rupa dan saya rasakan sangat selaras dengan kodrat alam. Sesuatu yang saya syukuri karena tanpa keselarasan dengan kodrat alam, maka amalan apapun rasa-rasanya malah banyak mudharat daripada manfaatnya.

Dulu, saya punya beberapa amalan, jimat, ajian-ajian peninggalan para leluhur. Namun karena merasa mengganggu jalur kehidupan normal, mereka kemudian saya lepaskan begitu saja. Saya berniat untuk menjalani hidup ada adanya dengan ikhlas. Pada saat pasrah itulah, justeru pada suatu maghrib yang sunyi sebuah SMS masuk dari sosok mulia yang saya sebutkan di awal tulisan ini mengijazahi sebuah amalan.

Saya terperangah dan tergagap. Detak jantung saya terasa berhenti untuk sesaat… “Duh Gusti, inilah momen yang baru. Engkau berikan aku sesuatu yang lain sehingga aku harus menjalani tahapan-tahapan hidup yang lain pula. Kenapa kau berikan aku Asma Sunge Rajeh Madura Utara?….? Pertanyaan ini berkecamuk dalam benak saya. Sebuah pertanyaan yang hingga saat saya menulis sekarang ini belum mendapatkan jawabannya yang pasti.

Kejadian itu tidak pernah saya prediksi sebelumnya. Saya tidak punya cita-cita dan keinginan untuk kejatuhan ilmu-ilmu gaib sedemikian warna warni. Saat muda dan masih suka berguru ke sana kemari, justeru ilmu yang saya cari tidak saya temukan. Kini, ketika saya tidak mengharapkan lagi amalan-amalan dan ilmu-ilmu gaib seperti itu dan hanya jadi wong omahan, eee…. malah saya diijazahi beragam ilmu gaib yang aneh-aneh….

Untunglah, saya merasa wadah saya cukup besar. Sehingga banyaknya amalan gaib insya allah tidak akan menjadikan diri saya abnormal, aneh-aneh dan neko-neko. Saya merasa di usia yang tidak muda lagi ini, amalan tidak akan membawa manfaat sama sekali bila tidak dialirkan dan memberi kemanfaatan untuk orang lain. Bagi saya, amalan yang hanya dipergunakan untuk diri sendiri sama artinya dengan membuat sebuah baju besi panas berapi yang malah akan mengungkung diri sendiri dalam siksa dan kebodohan.

Namun sebaliknya, amalan yang dialirkan kepada orang lain maka diri terasa seperti sebuah lampu pijar terbuka yang energinya akan terus memancar ke segala arah. Tubuh tidak merasa panas karena memiliki beragam amalan. Sebab diri ini selaras dengan anasir-anasir kekuatan serta kehendak alam. Apa itu kehendak alam?

INNA JAHARA…..

Kehendak alam adalah selalu bertasbih dan memuji Asma-Asma-NYA dalam beragam bentuk sesuai dengan kodrat dan wilayah-wilayah mana diri kita dihidupkan. Anjing, kucing, rumput, malaikat, manusia akan bertasbih dengan caranya masing-masing… Itulah kehendak alam. Jadi, kehendak alam adalah bersujud syukur dan memuji Asma-NYA yang Maha Agung dan Maha Mulia.

Kehendak alam selalu mengosongkan diri dari EGO dan KEAKUAN. Kekuatan dan keperkasaan bukan milik manusia. Manusia hakekatnya lemah lunglai tidak berdaya berhadapan dengan kekuatan alam semesta. Apalagi kekuatan Tuhan. Para pengamal asma sunge rajeh senantiasa berhadapan dengan kata INNA QUWWATIH……. Sesungguhnya semua kekuatan itu sudah ada dalam “kitab”-NYA. Ini sepadan dengan tiada daya dan kekuatan kecuali kekuatan-NYA semata.

Maka, manusia tidak diperkenankan untuk mengaku AKU. Tidak ada ceritanya seorang Rasul yang diutus di muka bumi ini hanya hidup untuk dirinya sendiri, untuk memperkaya dirinya sendiri, untuk menumpuk tahta harta dan benda sebanyak-banyaknya tanpa peduli dengan penderitaan orang lain… Tidak ada Rasul yang seperti itu. Rasul adalah sosok yang sudah berada dalam posisi NOL EGO, NOL KEAKUAN. Akunya sudah benar-benar hilang sehingga tidak akan mampu lagi IBLIS bersemayam dalam tubuh gaib para Rasul. Jangankan bersemayam, mendekat saja sudah tidak bisa.

Para Rasul itu adalah sosok yang dilindungi oleh energi ikhlas. Mereka selalu melantunkan wirid Al-Ikhlas dan menciptakan atmosfir diri ikhlas. Mereka pasti siap menanggung beratnya ujian dan faktanya: Iblis bersumpah tidak akan mampu menyentuh para rasul yang ikhlas dan akhirnya membiarkannya merdeka bercinta dengan Allah.

EGO atau AKU pada hakikatnya adalah IBLIS itu sendiri. IBLIS dulu dan kini tetap hidup bahkan semakin bugar… Cara termudah untuk mengenali iblis adalah masih adanya IRI DENGKI, MENYEBARKAN PERMUSUHAN, INGIN MEMPERKAYA DIRI SENDIRI, TIDAK PERDULI PENDERITAAN ORANG LAIN dan sebagainya. Kalau itu terjadi pada kita, berarti iblis masih hidup subur pada diri kita. Jangan mengaku sebagai makhluk yang paling mulia se jagad kalau iblis masih ada pada diri kita…..

EGO yang sudah mendarah daging pada diri kita hampir pasti akan membuat diri kita tidak bisa “terbang ke aras langit dan mengetuk pintu-pintu surga.” Sangat mengerikan bila seseorang yang sudah berusia tua namun tidak memahami bahwa sesungguhnya hijab ruhani manusia itu sebenarnya bisa dibuka bila dia mampu untuk menghilangkan aku dan ego-nya. Disinilah letak sinergitas iman dan amal sholeh. Saat diri kita sudah mengucapkan SYAHADAT .. TIDAK ADA TUHAN SELAIN ALLAH, maka implementasinya adalah BERAMAL. Memberikan apa yang kita klaim sebagai kepunyaan dan milik kita kepada orang lain yang membutuhkan. Langkah ini sekaligus mengikis dan menghilangkan EGO/AKU/IBLIS kita.

Kalau EGO sudah hilang, maka yang terjadi pada diri kita adalah sebuah aku/INGSUN. Yaitu AKU-NYA TUHAN yang sudah manunggal ke diri kita. Instrumen batin kita sudah diterangi oleh ruh yang berasal dari DIA sehingga tercapai hakikat hidup sejati yaitu ZAT WAJIBUL MULYANINGRAT, al rabb al alamin… Sukma kita yang menjelma sebagai hamba, hamba yang menjelma sebagai sukma dan napas sirna menuju ketiadaan sementara badan kembali menjadi tanah.

Maka, jangan heran bila orang Jawa berdoa dengan kalimat yang sederhana namun energinya sangat dahsyat “NIAT INGSUN……” Pada keadaan MANUNGGALING KAWULO LAN GUSTI ini aku kita langsung dipimpin dan dibimbing oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan meniupkan ruh-NYA ke untuk memperkuat ruh yang sudah ada. Ruh inilah yang menjadi cahaya yang menunjuk ke jalan yang lurus al shirat al mustaqim. Ruh inilah yang disebut dengan MURSYID GAIB. Sedangkan orang yang sudah mendapat mursyid disebut guru yang bisa menunjukkan orang lain ke jalan yang lurus.

Jadi, semua guru pasti punya tubuh sedang mursyid tidak berjasad karena sifatnya gaib dan berupa ruh yang diutus oleh Tuhan untuk menerangi jalan hidup manusia yang berkelok-kelok.

Terasa membebaskan dada bila pada akhirnya kita sampai dalam pemahaman yang seperti ini. Kita tidak perlu lagi mencari-cari mursyid hingga ke ujung dunia karena sebenarnya sang mursyid itu ada di dalam diri kita yang sudah mampu menghilangkan iblisnya. Mursyid itu bisa kita temukan kalau kita sudah benar-benar bersih dari lemak-lemak kotor ego kita. Pasti diperlukan upaya aktif kita untuk bertaubat atas kesalahan yang pernah kita buat, menukar keburukan dengan kebaikan, berprasangka baik terhadap semua penciptaan, tidak nggrundel/nggreneng/putus asa. Apabila kita mampu bersabar untuk sementara waktu saja, sang mursyid sudah pasti akan berkenan hadir membimbing kita.

Yang tidak boleh dilupakan, bahwa semua itu butuh proses. Menempuh proses pasti butuh kesabaran karena kita ini memang dari sononya diplot untuk tergesa-gesa saat menginginkan sesuatu: Inna khalaqnal insana fil’ajal…. sesungguhnya Aku ciptakan manusia cenderung bersikap tergesa-gesa….

INNA JAHARA…..

Sesungguhnya, sudah mampu merasakan MANUNGGALING KAWULO LAN GUSTI maka tidak akan pernah bisa dikalahkan oleh siapapun. Iblis akan menyerah takluk karena diri ini akan dilindungi energi wirid al ikhlas. Disinilah kita akan menjadi PANCER yang akan mampu menyangga langit dan bumi. Ia tidak akan pernah berhenti menebarkan salam dan kebaikan, mencegah dan menolak segala kejahatan dari jin dan manusia. Inilah hakikat Asma Radja Dirajeh……

Sebelum mengakhiri artikel ini, saya pribadi memohon maaf bila selama ini banyak kesalahan dan menyesatkan. Ya, saya telah dholim, …Robbana dholamna anfusana…Inni kuntu minadh-dholimin…… dan siapakah aku, sehingga mantap untuk tak melihat diriku tersesat?

Sekarang, bila saya mengenang sang pengijazah Asma ini— sedulurku yang mulia ini—ingin rasanya saya bertemu dan memberikan secangkir kopi hangat untuknya. Sekedar simbol dari rasa terima kasih yang mungkin tak akan sampai disini saja




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

KHASANAH MISTIK: ILMU KEBAL

Kepercayaan pada kekebalan menyebar di berbagai wilayah Indonesia. ilmu tersebut banyak digunakan tokoh nasional semasa revolusi. dalam islam, kekebalan masih diragukan keberadaannya.

Peristiwa Mbah Suro tahun 1967 di Nginggil dan peristiwa Lampung adalah dua peristiwa nasional tentang kekebalan. Benarkah ada manusia tak mempan ditembak, dibacok, atau dibakar? Guru kekebalan mensyratkan dikubur hidup-hidup 3 hari untuk menjadi manusia super. Toh ia rontok kalau disabet daun kelor atau digores padi.

Sungguh fantastis. Meski peluru petugas memberondong, para perusuh itu malah maju, dan maju dan sangat dekat. Beberapa orang di antara mereka malahan berteriak, “Ayo, tembak lagi.” sambil menunjukkan peluru yang tak menembusi tubuhnya. Pertempuran berlangsung makin seru dan aneh. Akhirnya, gelap malam melilit kawasan yang rawan itu. Dalam kesunyian, beberapa orang tampak terkapar, tewas. Mereka adalah sebagian dari orang-orang yang kabarnya: tak mempan peluru. Yang lain telah mundur, menyusup ke hutan Gunung Balak. “Kebal”, kata itu kemudian melompat dari mulut ke mulut, penduduk Lampung. Apa sebenarnya yang telah terjadi? Berapa sebenarnya jumlah korban? Bentrok tentara dengan sekelompok orang — oleh pemerintah disebut “GPK Warsidi” —  memang mengagetkan. Bisa membikin orang tersedak.

Peristiwa itu telah menjadi pembicaraan hangat. Khusus persoalan “kekebalan”, Pangdam Sriwijaya Mayor Jenderal Sunardi berkata, “Ah, kebal apa. Buktinya mereka ditembak, ya, mati.” Pernyataan Pak Mayor Jenderal itu benar. Tetapi masyarakat masih meyakini bahwa Warsidi dan sejumlah anak buahnya memang mempunyai ilmu kebal. Dengar saja penuturan Bambang Saputro, tukang ojek di Way Jepara, Lampung. Ia mengaku menyaksikan dengan “mata kepala” sendiri keanehan tersebut. Dialah orangnya yang mengantar petugas ke sana. Di Talangsari, ia melihat bagaimana Kapten Sutiman, Danramil Way Jepara, menembak langsung orang-orang itu, namun, kata Bambang, “Mereka yang ditembak tidak apa-apa.” Malah kemudian Sutiman yang tewas, terhunjam anak panah.

Suprapto, Kepala SMA Muhammadiyah Sidorejo di Lampung, percaya soal kekebalan dalam kasus GPK Warsidi itu. Ia mendengarkan kisah semacam dari sejumlah saksi mata: bahwa Jamjuri (ini juga anggota GPK Warsidi) tak terlukai peluru. Padahal, Serma. Sudargo telah menembaki Jamjuri hingga peluru habis. Hasilnya hanya luka tak berarti pada kaki Jamjuri, sedang nyawa Sudargo sendiri melayang lantaran dikeroyok. Benarkah ada orang kebal? Dalam sejarah Indonesia, bertaburan kisah kekebalan. Pada perlawanan “Barisan Bambu Runcing” atau “Barisan Muslimin Temanggung” terhadap tentara NICA dan Sekutu, misalnya. Siapa pun yang terlibat pada masa itu pasti mengenal nama Kiai Subkhi.

Seorang kiai yang — menurut K.H. Muhaiminan Gunardho dari Parakan, Jawa Tengah “selalu berada di depan jika menyerang musuh.” Ketika itu, seruan takbir sahut-menyahut. Rakyat bergelombang-gelombang menyerang Belanda yang bersenjata lengkap, cuma dengan senjata bambu runcing. Tetapi toh mereka maju terus. Termasuk Kiai Subkhi yang menjadi pucuk pasukan. Kendati demikian, kiai asal Parakan, Temanggung, itu selamat.

Menurut Muhaiminan, bukan hanya Kiai Subkhi yang tidak apa-apa. Semua orang yang memegang bambu runcing — seperti Pak Kiai — memang kebal. Tentu saja senjata itu bukan sembarang bambu yang diruncingkan lalu dibawa maju perang. Melainkan bambu runcing yang sudah “diisi” atau istilah lainnya “disepuh”. Yang bertugas menyepuh adalah Kiai R. Sumomihardho, ayah Muhaiminan. Namun, sebelum bambu runcing yang bakal dipakai untuk melawan penjajah itu disepuh, pembawanya harus menghadap tiga kiai lain. Yakni K.H. Abdur Rohman, Kiai Ali, dan K.H. Subkhi. Kiai Abdur Rohman akan memberi nasi manis — nasi yang ditaburi gula putih — pada para prajurit amatiran itu. Ini bukan nasi buat mengenyangkan perut, tapi sebuah asma, yang kadang juga disebut isim. Semacam jimat yang dalam hal ini untuk kekebalan. Kiai Ali memberi asma air wani (wani = berani), yang membikin orang-orang itu menjadi berani dan tak capek-capek. Sedang Kiai Subkhi mengajarkan hafalan doa.

Bismillahi bi aunillah. Allahu ya khafidhu. Allahu Akbar. Masing-masing dibaca tiga kali, lalu menyandang bambu runcingnya. Dengan bimbingan para kiai itu, rakyat bertempur habis-habisan. Ini nampaknya peristiwa sepele. Sebab, tak tercantum dalam buku sejarah — yang memang hampir tak pernah menulis gerakan rakyat. Tetapi banyak tokoh nasional yang telah memanfaatkan jasa para kiai itu: agar memperoleh kekebalan dan keberanian dalam masa revolusi.

Tak kurang dari Jenderal Soedirman, menurut Muhaiminan, pernah datang ke Parakan guna menyepuhkan bambu runcing untuk “Palagan Ambarawa” — pertempuran di Ambarawa. Selain itu, masih ada sederetan nama lain. Misalnya Wongsonegoro (dulu Gubernur Jawa Tengah), Roeslan Abdul Gani, K.H. Wahid Hasyim, Moch. Roem, juga Kasman Singodimedjo. Kiai Muhaiminan, yang menikahi cucu Kiai Subkhi, amat berkesan dengan kekebalan cara Parakan yang banyak menyumbang jasa bagi berdirinya republik ini.

Maka, Pak Kiai pun menamai pesantren yang kini diasuhnya dengan sebutan Pondok Pesantren “Kiai Parak Bambu Runcing.” Cerita kekebalan juga memerciki peristiwa G30SPKI. Dalam kisah ini, bukan para kiai yang jadi peran utama, tapi justru dari kalangan kaum abangan PKI. Mereka yang ditumpas. Seorang yang dulu santri di pesantren daerah Kediri berkisah. Ia sempat menjadi anggota Banser Barisan Serba Guna, yang banyak membantai PKI. Satu saat ia dan kawan-kawannya berhadapan dengan orang-orang PKI yang dijejerkan untuk dieksekusi. “Saya yang mendorong orang-orang itu satu per satu,” paparnya.

Setiap orang PKI yang didorong langsung disambut dengan tebasan pedang algojo. Potongan kepala dan tubuh mereka pun mengotori aliran Sungai Brantas, menggemukkan ikan-ikan di sana. Tiba-tiba para anak muda yang tengah “menumpas” itu menjumpai keganjilan: salah seorang PKI tak mempan dibacok. “Bunyinya trang …, seperti besi yang beradu,” kata santri itu mengenang. Algojo jadi kebingungan. Sesaat kemudian ia meletakkan pedangnya. Lalu menerkam leher korban dan menggiyit tenggorokannya hingga putus. Cerita kekebalan di sekitar peristiwa 1965 terasa semakin hebat lantaran bumbu pengisahannya.

Di Bali, ada yang terpaksa dimintai baik-baik untuk melepaskan nyawanya, karena tak mempan dieksekusi. Memang ajaib. Begitu juga pada eksekusi Mbah Kahar di Pulung, Ponorogo, Jawa Timur. Daerah yang terkenal karena reog serta warok — jagoan setempat. Atau pada mitos Mbah Suro dari Nginggil, desa tepian Bengawan Solo di perbatasan Jawa Timur-Jawa Tengah. Banyak beredar bumbu yang membaurkan antara mimpi, dongeng, dan kenyataan yang konkret. “Mbah Kahar tidak mempan ditembak maupun dipenggal kepalanya,” kata Mislan, yang mengaku menjadi algojo Kahar. Petugas pun bingung. Lalu menyerahkan tugas itu pada Mislan. Sebab, ia juga kebal setelah “bertapa di sebuah gua”. Dengan pedangnya, ia menetak leher Mbah Kahar yang duduk bersila. Dell…, kepala putus, menggelinding sekitar lima meter. Namun, kata Mislan, ajaib. “Pelan-pelan kepala itu menyatu kembali dengan tubuhnya.”

Suasana kacau. Sebab, tak ada lagi orang setempat yang dianggap melebihi “ilmu” Mislan. Algojo itu kemudian mencoba lagi. Begitu kepala korban putus, Mislan membawa kepala itu menyeberangi sungai. Kedengarannya seperti cerita komik. Kalau cerita Mislan benar, Mbah Kahar (juga Mislan) jelas lebih hebat ketimbang Mbah Suro. Tahun 1967, Mbah Suro mencoba membangkitkan PKI. Konon, dukun itu dan pasukannya tak mempan tembakan dan bacokan, asal memakai piandel barang yang diandalkan. Yakni pakaian hitam-hitam, kolor (ikat pinggang Jawa), dan kenthes (pentungan). Setelah geger PKI, ribuan orang berdatangan ke rumah Mbah Suro, mengharap keselamatan. Maka, daerah hutan jati yang kering dan minus itu menjadi semarak. Setiap pendatang pasti membeli tiga piandel, dan minum air dari Gentong Kemiri, agar tak mempan peluru bedil.

Padahal, menurut Mbah Sumi — adik kandung Mbah Suro, semua itu akal-akalan bisnis penduduk setempat. Mbah Suro sebenarnya “hanya dukun biasa”. Kepentingan bisnis dan kepercayaan bercampur baur. Ketika ribuan orang PKI telah dibantai, para pengikut Mbah Suro masih berteriak gagah, “hidup PKI!” Anak-anak, yang berharap agar diberi uang, menjawab, “hidup!” Dengan hanya bersenjatakan kenthes, pasukan hitam-hitam itu berani menghadapi petugas yang menggerebeknya. Pertempuran pecah. Lalu Mbah Suro menyerah. Untuk keperluan eksekusi, dukun itu harus menanggalkan pakaian hitamnya dan mengganti dengan sarung hijau.

Sejenak setelah kematian Mbah Suro, cerita tentang orang kebal pun surut. Namun, rupanya mustahil pupus sama sekali. Pada kenyataannya, kisah kekebalan juga sering menjadi catatan kaki riwayat para tokoh sejarah. Masuk dalam perbincangan, tak soal, apa benar atau sekadar musik pengiring. Tak kurang dari tokoh Teuku Umar, misalnya. Masyarakat Aceh meyakini, tokoh itu tak mungkin ditembus peluru. Begitu kental keyakinan itu. Maka, konon, Belanda sampai merasa perlu membuat peluru emas buat membunuhnya. Eros Djarot juga tak menyingkirkan cerita “peluru emas” itu untuk filmnya, Tjoet Nja’ Dhien. Bung Karno, di mata pengagum fanatiknya, juga kebal. Berulangkali ia menghadapi percobaan pembunuhan, dan… lolos.

Misalnya dalam peristiwa Cikini, atau sewaktu ditembak saat sembahyang Idhul Adha. Lima puluh tahun lagi, siapa tahu cerita di sekitar percobaan pembunuhan itu tumbuh terus, berbunga-bunga. Nama lain yang dianggap memiliki keistimewaan demikian adalah Kahar Muzakar dan Supriadi. Hingga kini, sejumlah penduduk pedesaan Sulawesi Selatan sulit percaya bahwa Kahar sudah lama tewas ditembak. Mereka mengganggap, Kahar masih berkelana entah di hutan sebelah mana. Sedang Supriadi, tokoh pemberontakan Peta di Blitar, bukan hanya dianggap kebal, tapi juga bisa menghilang, raib, tanpa kembali lagi. Manusia Indonesia di masa lalu agaknya sangat akrab dengan soal kekebalan. Di Indragiri Hulu, Riau, Haji Bustami — sebelum bertobat dan menunaikan ibadah haji — mengaku pernah kebal, bisa menundukkan harimau, dan punya tenaga yang mampu untuk mengangkat seekor kerbau. “Ilmu itu saya peroleh dari orang Sakai,” ujarnya.

Sakai adalah suku terasing di Sumatera. Di Kalimantan, suku Dayak sering dibayangkan sebagai orang yang menakutkan. Bukan saja lantaran sumpit beracunnya. Tetapi juga karena ilmu-nya. Masyarakat Kajang yang bermukim di kaki Pulau Sulawesi juga dianggap mempunyai ilmu yang lebih dari sekadar kebal. Di Bali ilmu kekebalan — di sana disebut ilmu kanuragan — juga masih diperdalam. Basisnya tentu saja ajaran Hindu, dengan latihan yoga. Ketika seseorang telah mencapai puncak pemusatan, pengekangan, dan pengaturan pikiran — menurut Anak Agung Putu Suwela, 65 tahun, dari Perkumpulan Raja Yoga Kumala Bhuana, Denpasar — “semua pancaindria akan mati. Tak ada sakit, tak ada panas, tak ada dingin.” Pada tingkat itu, orang luar akan melihat ahli yoga yang demikian ini kebal senjata tajam dan api.

Mencapai tingkat itu tidak gampang. Suwela sendiri baru merasa mantap dengan yoga setelah belajar selama 24 tahun. Ketika seseorang mencapai kesempurnaan, dalam ilmu kebal versi yoga, orang bukan saja tak mempan senjata dan api, juga mampu melihat sesuatu yang bakal terjadi. Plus bisa mengobati orang sakit. Persoalannya adalah, siapa yang tahan bertahun-tahun belajar yoga? Di Bali ada pertunjukan Barong vs Rangda yang diakhiri dengan menikam Rangda bertubi-tubi, dilanjutkan dengan orang mencoba menusukkan keris ke tubuhnya. Namun, dada tak tembus, perut tak sobek. Darah tak mengalir. Lihat juga para penari “Sangyang Jaran” yang kesurupan itu. Bara api pun diinjak-injak dengan kaki telanjang sehingga butir merah memercik-mercik. Sampai sekarang masih bisa dinikmati.

Bagaimana menjelaskan semua itu? Suwela mengatakan, Barong Keris itu bisa dimainkan oleh siapa pun yang kemudian trance dan dikendalikan orang lain yang berilmu. Serupa ini adalah Kuda Lumping dari daerah sekitar Jawa Tengah dan Cirebor. Atau debus dari daerah Banten dan Minangkabau. Inilah satu sisi lain ilmu kebal: seni. Ilmu kebal juga dikejar oleh para peminat seni bela diri. Hampir semua aliran pencak silat di Indonesia meletakkan ilmu kebal atau tenaga dalam di puncak latihannya. Saat ini, sebagian besar peminat ilmu kebal adalah anggota ABRI. Ini diakui oleh para guru seperti halnya Kiai Salik di Banten atau Zen di Jepara. Mislan malah mengaku ikut menyiapkan satu batalyon marinir yang hendak bertempur di Timor Timur (lihat Bisnis Ilmu Kebal). Kepercayaan pada kekebalan menyebar di berbagai wilayah Indonesia, pada berbagai latar belakang etnis maupun agama. Ada ilmu kebal yang ber-setting sangat Jawa, ada yang sangat Dayak.

Ada yang berwajah Islam, Hindu, atau bahkan ada juga Katolik — misalnya pada anggapan bahwa Slamet Riyadi kebal karena membawa rosario (tasbih). Di Jawa, wesi kuning atau kol buntet adalah nama-nama ajimat yang sangat dicari untuk kekebalan pemiliknya. Sedang pada kalangan hitam, para maling dan perampok, aji poncosuno bumi laku keras seperti halnya aji welut putih yang bermanfaat untuk “menghilang”. Konon, bila seseorang punya poncosuno bumi, kalau dibunuh ia akan hidup lagi pada saat tubuhnya menyentuh tanah. Selain itu, cara kebal yang lebih berbau agama banyak disebut dalam berbagai buku mujarobat yang dijual di kaki-kaki lima.

Yang disebut buku-buku itu, antara lain, sepenggal ayat Quran (Surat An-Naml) yang dituliskan pada kulit kijang, lalu dibungkus dengan kulit lembu, dan dipakai untuk ikat pinggang. Para kiai juga sering memberi berbagai bentuk isim, yang semata berbahasa Arab atau campuran bahasa Jawa. Yang agak jauh dari kesan perdukunan adalah yang dipakai anggota GPK Warsidi. Seorang anggota GPK Warsidi mengungkapkan: mereka memperoleh kekebalan setelah menjalani sejumlah amalan. Di antaranya dengan i’tikaf di masjid selama 40 hari terus-menerus. Pada saat itu mereka hanya boleh makan nasi putih sepiring kecil setiap hari. Juga selalu bersalat tahajud di penghujung malam, serta membaca wirid. Adapun wirid-nya antara lain Surat Yassin ayat 89 Al-Maidah ayat 67, Al-Baqarah ayat 3, dan At-Taubah ayat 2. Dengan itu, menurut mereka, “kami betul-betul mendekatkan diri pada-Nya.”

Bila mereka lulus dari tempaan 40 hari itu, dan tidak memakan barang haram (misalnya dari duit korupsi), “karamah akan datang melindungi kami dari serangan musuh.” Kalaupun toh mati juga, begitu keyakinan mereka, itu “mati syahid”. Tak jelas, apakah ada riwayat Nabi yang dijadikan pegangan untuk soal kekebalan diri. Kalaupun ada, tentu hanyalah hadis yang masih dipertanyakan kesahihan atau keautentikannya. Nabi Muhammad pun luka dan berdarah sewaktu hijrah ke Thaif, ditimpuki batu oleh penduduk setempat. Juga pada Perang Uhud




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

FIRASAT DARI DALAM DIRI

I. Firasat Hati Yang Berdebar

Bila siang hari berdebar-debar

  • Jam 06-07 Bermakna akan berjumpa dengan saudara
  • 07-08 Bermakna akan menangis
  • 08-09 Bermakna akan menjadi bahan gunjingan
  • 09-10 Bermakna akan mendapat rejeki
  • 10-11 Bermakna akan berjumpa taman lama
  • 11-12 Bermakna akan mendapat kabar baik
  • 12-13 Bermakna akan mendapat undangan
  • 13-14 Bermakna akan mendapat kejutan
  • 14-15 Bermakna akan kebaikan
  • 15-16 Bermakna akan terjadi perselisihan
  • 16-17 Bermakna akan mendapat kesusahan

Bila malam hari berdebar-debar

  • Jam 18-19 Bermakna akan mendapat kabar baik
  • 19-20 Bermakna akan berjumpa dengan orang yang disayangi
  • 20-21 Bermakna akan mendapat pertolongan
  • 21-22 Bermakna akan berjumpa dengan orang yang diharap-harapkan
  • 22-23 Bermakna akan berjumpa dengan orang yang diharap-harapkan
  • 23-24 Bermakna akan mendapat rezeki
  • 24-01 Bermakna akan berjumpa dengan teman lama
  • 01-02 Bermakna akan mendapat undangan
  • 02-03 Bermakna akan mendapat kebahagian
  • 03-04 Bermakna akan mendapat kesusahan
  • 04-05 Bermakna akan mendapat penghargaan
  • 05-06 Bermakna akan mendapat rezeki

II. Firasat Kedutan

  • Seluruh bagian tubuh berkedut, bermakna akan menghadapi banyak urusan.
  • Kepala sebelah kiri, bermakna akan mendapat rezeki besar.
  • Kepala sebelah kanan, bermakna akan mendapat pujian orang banyak.
  • Kening, bermakna akan mendapat uang atau kebahagiaan.
  • Alis sebelah kiri berkedut, bermakna akan bertemu dengan orang yang dicintai, baik keluarga atau orang lain.
  • Bila alis sebelah kanan berkedut, bermakna akan bertemu kekasih.
  • Kulit mata berkedut sebelah kiri, bermakna akan bertemu dengan orang-orang tua yang dicintai.
  • Kulit mata berkedut sebelah kanan, bermakna anda akan menangis karena akan mendapatkan kejadian yang menyakitkan.
  • Daun telinga kiri bekedut, bermakna akan mendapat kesusahan atau kejadian yang menyakitkan.
  • Daun telinga kanan berkedut, bemakna akan mendapat uang tak terduga.
  • Pipi sebelah kanan berkedut, bermakna akan mendapat pekerjaan yang menyenangkan.
  • Pipi sebelah kiri berkedut, bermakna akan mendapat kesenangan dan pujian dari masyarakat.
  • Sikut sebelah kanan berkedut, bermakna akan merasakan jatuh cinta.
  • Sikut sebelah kiri berkedut, bermakna akan bertemu saudara jauh.
  • Telapak tangan sebelah kanan berkedut, bermakna akan mendapat uang yang tidak diduga dalam waktu dekat.
  • Telapak tangan sebelah kiri berkedut, bermakna akan mendapat kesenangan.
  • Kaki sebelah kanan berkedut, bermakna akan berpergian jauh.
  • Kaki sebelah kiri berkedut, bermakna akan mendapat kesusahan.
  • Jari manis berkedut, bermakna akan ada orang yang mengajak tukar cincin.

III. Firasat Telinga Berdenging

Telinga kanan berdenging

  • Jam 06-07 pagi, bermakna akan mendapat kabar buruk.
  • Jam 07-08 pagi, bermakna akan difitnahkan orang yang menjadikan guncingan orang.
  • Jam 08-09 pagi, bermakna akan berencana pergi jauh dan entah itu sendiri atau bersama orang lain.
  • Jam 09-10 pagi, bermakna akan ada berita yang kurang menyenangkan tentang keluarga.
  • Jam 10-11 pagi, bermakna akan ada penghalang dari rencana perjalanan anda sebaiknya ditunda atau dibatalkan dulu.
  • Jam 11-12 siang, bermakna akan ada khabar yang kurang mengenakkan yang datangnya bersamaan dengan surat yang akan diterima dalam waktu dekat.
  • Jam 12-13 siang, bermakna akan ada saudara jauh yang datang dengan membawa cerita lama.
  • Jam 13-14 siang, bermakna akan ada ajakan maka-makan.
  • Jam 14-15 siang, bermakna akan ada sesuatu yang membahayakan anda dalam waktu dekat.
  • Jam 15-16 sore, bermakna akan ada berita dari keluarga yang entah itu yang menyenangkan atau menyedihkan.
  • Jam 16-17 sore, bermakna akan ada perjalanan jauh yang akan anda lakukan dalam waktu dekat.
  • Jam 17-18 sore, bermakna anda sedang menjadi pembicaraan banyak orang.
  • Jam 18-19 sore, bermakna akan ada sesuatu yang berharga pergi meninggalkan anda.
  • Jam 19-20 malam, bermakna akan mendapat berita buruk dari kalangan sendiri.
  • Jam 20-21 malam, bermakna akan ada keberuntungan yang besar untuk anda.
  • Jam 21-22 malam, bermakna akan ada yang mengancam anda.
  • Jam 22-23 malam, bermakna akan ada berita yang baik datang kepada anda.
  • Jam 23-24 malam, bermakna akan ada seseorang yang jatuh cinta.
  • Jam 24-01 pagi, bermakna akan ada sesuatu wejangan yang diberikan oleh orang tua.
  • Jam 01-02 pagi, bermakna akan ada perselisihan antara kerabat sendiri.
  • Jam 02-03 pagi, bermakna segala perjalanan yang ada kerjakan akan selamat sampai tujuan.
  • Jam 03-04 pagi, bermakna akan ada yang sesuatu yang hilang yang anda nilai sangat berharga.
  • Jam 04-05 pagi, bermakna akan ada sesuatu yang merugikan anda jika anda seorang pekerja anda akan diberi peringatan dari pimpinan.
  • Jam 05-06 pagi, bermakna akan ada orang yang akan mencelakakan anda.

Telinga kiri berdenging

  • Jam 06-07 pagi, bermakna akan ada tamu yang menguntungkan dalam waktu dekat.
  • Jam 07-08 pagi, bermakna akan melakukan perjalan jauh dalam waktu dekat.
  • Jam 08-09 pagi, bermakna akan kedatangan keluarga dekat.
  • Jam 09-10 pagi, bermakna akan mendapatkan kesuksesan dan keberuntungan.
  • Jam 10-11 pagi, bermakna akan selamat dalam perjalanan yang akan datang.
  • Jam 11-12 siang, bermakna akan kedatangan keluarga dari seberang lautan.
  • Jam 12-13 siang, bermakna akan terserang penyakit dalam waktu dekat.
  • Jam 13-14 siang, bermakna akan kehilangan saudara jauh.
  • Jam 14-15 siang, bermakna akan kedatangan tamu.
  • Jam 15-16 sore, bermakna akan bepergian jauh baik beurusan usaha atau urusan kerja, sendiri atau bersama-sama.
  • Jam 16-17 sore, bermakna akan ada sanak saudara yang hendak bertamu.
  • Jam 17-18 sore, bermakna dalam waktu dekat akan mendapat keuntungan besar bagi usaha dagang yang dirintis dan dalam waktu dekat akan naik pangkat bagi pekerjaan.
  • Jam 18-19 malam, bermakna akan mendapat kebahagiaan dan keselamatan.
  • Jam 19-20 malam, bermakna akan menerima pernyataan cinta dari seseorang dalam waktu dekat ini.
  • Jam 20-21 malam, bermakna akan kedatangan tamu penting.
  • Jam 21-22 malam, bermakna akan menerima undangan perkawinan dari teman dekat.
  • Jam 22-23 malam, bermakna akan kedatangan pencuri.
  • Jam 23-24 malam, bermakna akan menghadapi penghalang dalam mengurus perkara yang sedang dihadapi.
  • Jam 24- 01 pagi, bermakna semua cita-cita akan yang direncanakan akan segera tercapai.
  • Jam 01- 02 pagi, bermakna akan menerima kabar yang sangat menyengkan.
  • Jam 02- 03 pagi, bermakna akan ada perseturuan dalam keluarga.
  • Jam 04- 05 pagi, bermakna and akan mendapat usaha pekerjaan baru.
  • Jam 05- 06 pagi, bermakna akan ada musyawarah dan mufakat dalam setiap persoalan yang dihadapi oleh anda sebagai jalan keluarnya.

IV. Firasat Bersin

  • Jam 06-07 pagi, bermakna akan ada ajakan untuk makan-makan.
  • Jam 07-08 pagi, bermakna akan ada keberuntungan yang tak terduga.
  • Jam 08-09 pagi, bermakna akan ada orang yang menghina anda.
  • Jam 09-10 pagi, bermakna akan ada keberhasilan dari urusan yang anda usahakan.
  • Jam 10-11 pagi, bermakna anda menjadi pembicaraan orang banyak.
  • Jam 11-12 siang, bermakna akan ada sesuatu perselisihan yang menghawatirkan antara anda dengan teman anda.
  • Jam 12-13 siang, bermakna akan ada berita yang menyenangkan dari luar daerah.
  • Jam 13-14 siang, bermakna akan ada penghalang dalam setiap rencana anda yang menyebabkan kegagalan.
  • Jam 14-15 siang, bermakna akan ada orang yang akan mencelakakan diri anda.
  • Jam 15-16 sore, bermakna akan ada berita yang kurang mengenakkan dari kerabat sendiri.
  • Jam 16-17 sore, bermakna akan ada sesuatu yang mehalang-halangi niat biak anda.
  • Jam 17-18 sore, bermakna akan ada sesuatu sebab yang mengganggu kesehatan anda.
  • Jam 18-19 malam, bermakna akan ada pemberian yang menggembirakan dari atasan anda.
  • Jam 19-20 malam, bermakna seandainya anda memiliki seorang kekasih ini, merupakan taanda yang berarti si dia sedang merindukan anda.
  • Jam 20-21 malam, bermakna akan ada pencuri yang akan mengunjungi anda.
  • Jam 21-22 malam, bermakna akan ada suatu barang yang dinilai berharga pergi meninggalkan anda.
  • Jam 22-23 malam, bermakna akan ada perjumpaan antara anda dengan seorang karib yang lama diperantauan.
  • Jam 23-24 malam, bermakna akan ada peristiwa yang menyusahkan yang menghambat perjalanan anda.
  • Jam 24-01 pagi, bermakna bagi anda yang telah berumah tangga di harapkan dapat menghindari perselisihan yang akan terjadi.
  • Jam 01-02 pagi, bermakna akan ada khabar yang kurang mengenakkan jiwa dan hati anda yang datangnya dari luar daerah.
  • Jam 02-03 pagi, bermakna akan ada undangan yang datang kepada anda untuk dapat menghadiri suatu perayaan.
  • Jam 03-04 pagi,bermakna akan ada teguran dari pimpinan untuk anda.
  • Jam 04-05 pagi,bermakna akan ada penyambutan dari anda untuk tamu yang datang dari jauh.
  • Jam 05-06 pagi, bermakna akan ada rasa yang sangat menggambarkan kenikmatan dan kebahagiaan kepada anda.




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262