HAKIKAT MANUSIA DALAM MENUJU ILLAHI

Ki Ageng JJ

“Ya Allah, Ajari Kami Ingat Kepada-Mu, Bersyukur & Khusyu’ Beribadah.” Assalamu’ alaikum Wr. Wb. Salam pamuji rahayu katur dulur-dulur semuanya Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, yang maha mengetahui seluruh rahasia tersembunyi dan dimana hati mukminin bergetar tatkala mendengar asma-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah pada penghulu sekalian Rasul, penyempurna risalah Ilahi beserta keluarganya.

Saya ucapkan banyak terima kasih atas partisipasi dulur-dulur aktivis LASKAR KHODAM SAKTI di seluruh nusantara dalam kontribusinya pada syiar Islam di bidangnya masing-masing. Dan saya menghaturkan terima kepada para pini sesepuh atas wejangannya yang bermanfaat dalam menuju kehadirat Ilahy.

A. Kesadaran Diri.
Didalam filsafat kontemporer secara hakiki terpusat pada pribadi manusia. Boleh jadi, tanpa situasi historis kita tidak bisa memahami apa dan esensi diri yang sebenarnya. Alqur’an membuka pintu dunia baru, tentang kesadaran diri secara berurutan sampai kepada kesadaran yang universal. Ungkapan ini tidak terikat oleh suatu aliran tertentu. Saat dimana muncul ketikan dihadapkan persoalan manusia terdorong untuk memikirkan eksistensi. Dimana keberada- annya bagaikan terlempar begitu saja. “Aku” yang kehi-langan arah, berpaling dari dirinya sendiri, ia mawas diri dan menyelidiki dirinya. Demikianlah suatu motif yang mula-mula bersifat historis dan psikologis berubah menjadi suatu pertanyaan filosofis yang mendesak: “Siapakah aku ini? Dengan kegembiraan dan harapanku? Apakah tujuan hidup ini? Apakah artinya? Mengapa aku bereksistensi? Dan bukannya tidak bereksistensi?”

Mengemukakan masalah mengenai pribadi dalam ungkapan-ungkapan tersebut, berarti mengemukakan masalah kebebasan, masalah tanggung jawab. Hal ini membawa kita kepada penelitian mengenai dasar dari asal usul. Baik dari sisi kebebasan maupun dari sisi tanggung jawab. Hal tersebut akhirnya memunculkan masalah ketuhanan. Apakah Allah itu masuk dalam definisi manusia atau tidak? Apakah eksistensi manusia itu bersifat teosentris ataupun antroposentris? Partisipasi ataupun cukup dalam dirinya sendiri? Ada apakah dengan pernyataan ulama populer “man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu?” (barang siapa tahu akan dirinya, maka ia tahu akan Tuhannya).

Dalam arti yang sebenarnya, kata “eksistensi” berarti data kosmis, sejauh manusia yang terlibat secara aktif di dalamnya. Hubungan erat antara masalah manusia dan masalah ketuhanan, terlihat baik pada mereka yang mengingkari Allah maupun pada mereka yang mengikuti-Nya. Kecenderungan tersebut pada dasarnya merupakan naluri manusia yang tidak bisa dipungkiri dan merupakan fitrah manusia.

Mengatakan bahwa setiap pribadi memiliki naluri religiusitas dalam pengertian apapun, baik yang sejati maupun yang palsu. Sebenarnya adalah sama dengan menga-takan bahwa setiap pribadi memiliki naluri untuk berkepercayaan. Dalam tinjauan antropologi budaya, naluri itu muncul berbarengan dengan hasrat memperoleh kejelasan tentang hidup ini sendiri dan alam sekitar yang menjadi lingkungan hidup itu. Karena itu setiap orang dan masyarakat pasti mempunyai keinsafan tertentu tentang apa yang dianggap “pusat” atau “sentral” dalam hidup seperti dikatakan oleh Mircea Elidae : “Setiap orang cenderung, meskipun tanpa disadari mengarah kepusat dan menuju pusat sendiri, dimana ia akan menemukan hakekat yang utuh yaitu rasa kesucian. Keinginan yang begitu mendalam berakar dalam diri manusia untuk menemukan dirinya pada inti wujud hakiki itu di pusat alam, tempat komunikasi dengan langit -menjelaskan penggunaan dimana akan ungkapan pusat alam semesta”

Disini kita akan mencoba menelusuri secara beruntun dari dasar sekali. Alqur’an menyebutkan dalam Surat Adz dzariat 21: “Dan juga pada dirimu, maka apakah kamu tiada memperhatikan”
Juga dalam surat Al hijir 28-29 : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya Ruh (cipataan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”. (QS Al hijir 28-29).

Dalam kerangka ini kita mengambil garis yang jelas dari peristiwa kejadian manusia, dimana para makhluk baik itu setan maupun malaikat mempertanyakan kebijakan Allah yang akan menciptakan manusia, yang menurut pandangan malaikat “manusia” adalah makhluk yang selalu membuat keonaran dan pertumbahan darah (QS Al baqarah 30). Tidak kalah sengitnya setan memprotes keberadaan manusia yang dipandang rendah, yang hanya diciptakan dari unsur tanah, sambil membanggakan dirinya yang dibuat dari api.

Dalam keadaan ini para malaikat gigit jari dan begitu terheran-heran : rahasia macam apa ini? Bumi yang hina-dina dipanggil kehadirat Zat yang maha tak terjangkau dengan segenap kehormatan dan kemuliaan ini.

Kelembutan illahi dan kebijakan Tuhan berbisik lembut ke dalam relung rahasia dan misteri malaikat, “Aku tahu apa yang tidak kalian ketahui” (QS :2:30).

“Ya Allah, Ajari Kami Ingat Kepada-Mu, Bersyukur & Khusyu’ Beribadah” Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya (kepada kita semua).Demikian Yang Dapat Saya Sampaikan kepada poro dulur-dulur di LASKAR tercinta ini, Apabila ada yang benar itu datangnya dari Allah SWT. Kalau ada yang salah atau kurang itu karena ke bodohan saya pribadi ,untuk itu Saya Mohon Maaf yang sebesar-besarnya, Karena Manusia Tidak Luput Dari Kesalahan Atau Kekhilafan.

Billahi taufik wal hidayah. Wassalamu alaikum wr. Wb.
Ki Ageng JJ



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

AJIAN SERAT JIWA TINGKAT II (SUBSTANSI)

Salam Persahabatan…
Berikut ini merupakan bagian dari lembaran catatan tentang ilmu Ajian Serat Jiwa di Tingkat II yang berjuluk Ajian Serat Wadag Brajawesi. Salah satu ilmu kanuragan dan kadigdayaan bagian ke dua pelengkap Ajian Serat Jiwa Tingkat I yang ditujukan untuk memperkebal kekuatan tubuh laksana besi dan baja, hingga mampu menahan kekuatan berbagai senjata tajam, wesi aji, peluru, bahkan senjata yang dikeramatkan sekalipun apabila si-pemilik telah mencapai tataran sempurna.
Untuk dapat memiliki kehebatan ajian tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan waktu yang sangat lama dalam menekuni  lelaku olah bathin dan latihan olah pernafasan dengan sungguh-sungguh dan penuh kesabaran…
Langsung saja…
Untuk dapat memiliki keseluruhan fadillah / khasiat / kehebatan  ilmu dari Ajian Serat Jiwa dalam berbagai Tingkatan seharusnya menempuh lelaku puasa bathin selama 40 hari dan disertai dengan patigeni selama 3 hari lamanya. Tetapi hal cara yang seperti itu sudah tidak mungkin lagi dapat dilaksanakan bagi kita yang selalu bersinggungan dengan urusan ekonomi. Dengan banyak alasan, baik buang-buang waktu percuma, kurang praktis, atau takut tersesat ataupun gila bila mempelajari ilmu yang berbau gaib terlalu lama. Terlebih belajar ilmu ghaib/kanuragan tanpa bimbingan langsung dari seorang guru ataupun Mursyid…
Berdasar alasan tersebut diatas, maka penulis di blog ini mencoba meminimalisir sekaligus menyebarluaskan cara terpraktis dalam setiap sajian postingan tentang dunia olah kanuragan agar dapat dipelajari secara umum dengan mudah sekaligus bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan pegangan ilmu untuk mengarahkan jatidiri agar menjadi satria-satria muda  yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama.
Tentu saja, kehebatan daya serap ilmu yang dipelajari nantinya tidaklah jauh kehebatannya dengan  cara belajar dan mempelajari ilmu sesuai petunjuk  aslinya… Walaupun hanya sekedar “intisari ataupun Sempalan/potongan”- nya saja, apabila dipelajari dan dilatih dengan kesungguhan hati maka akan berbuah sesuai dengan pohon aslinyanya.
Sekali lagi…
Penulis tegaskan…, kesungguhan dan kemauan untuk berlatih dengan dilandasi ke-imanan pada Kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa itu menjadi modal yang paling utama. Selebihnya merupakan bagian “pengayaan” saja…
Mempelajari Ajian Serat Jiwa secara terpisah apakah boleh ?
Menurut penulis boleh-boleh saja…, sesuaikan kemampuan dan harus dikondisikan. Tetapi alangkah baiknya untuk mempelajarinya secara bertahap sehingga kita mampu dengan sendirinya mengetahui kadar perkembangan dari kemampuan diri masing-masing…
CARA LELAKU :
  1. Sediakan waktu khusus untuk lelaku puasa mutih cukup 1 hari saja dengan menghindari makanan yang berunsur hewani tepat pada hari Jum’at Wage…
  2. Puasa tersebut haruslah di tirakati setiap hari Jum’at Wage hingga 3 sampai 7x ulangan…
  3. Awali mempelajari Ajian Serat Wadag Brajawesi tersebut dengan memilih hari tepat pada hari Kamis  Malam Jum’at Wage untuk lelaku pembukanya yakni …
  4. Pada malam harinya tepat pada pukul 12 malam jangan lupa untuk mengerjakan lelaku sesuci dhahir dan bathin dengan mandi keramas dan mengerjakan 2 rokaat sholat hajat…
  5. Setelah Salam bacalah beberapa amalan dzikir penenang bathin seperti : Istighfar, Laa Ilaaha illallaah, Sholawat Nabi, dan Yaa Allahu Yaa karimmu…, masing-masing 100x ulangan…
  6. Akhiri dengan berdo’a kepada Allah SWT, agar tujuan anda mempelajari Ajian Serat Jiwa di-tingkatkan kemampuannya (level)
  7. Selanjutnya anda dapat berlatih tenaga ghaibnya baik dengan cara duduk maupun berdiri….
CARA BERLATIH :
1). Duduk bersila ataupun dengan berdiri dengan mempertemukan kedua telapak tangan silang horisontal di depan solar plexus
2). Kemudian tarik nafas halus sambil menajamkan pandangan kedua mata anda  dan membaca do’a ajian sebagai berikut  dalam hati, sambil menggosok-gosokkan kedua telapak tangan yang dipertemukan  di depan solar plexus tersebut…
:
“Bismillaahir Rahmanir Rahiim….
Guruning wesi…. ireng-irenging netra.
Guruning waja…. putih-putihing netra.
Guruning pamor… kuning-kuninging netra.
Guruning landhep cahya … cahyaning netra.
Guruning braja… Pangeran braja kabeh ngadeg satengahing netra.
Yaiku guru Alip arane…
Sang Ngindel putih mulya kang lenggang Jayasampurna…
Ya ingsun tahjalining Allah kang luwih sampurna…
Hu Allah…Hu Allah….Hu Allah….”
Sampai disini nafas yang dihisap di tahan di solar plexus untuk beberapa saat lamanya…
 
3). Sambil melanjutkan dengan membaca :
“Bismillaahir Rahmanir Rahiim…
Sang Retna Manik Kumala kang ana wetan…
Reksanen awakku ing sadino mengko…
Roh jasad junub… idhep madhep temen trimo…
Rasa alan pangrasa salat sujud…
Pangucap…
Swara…
Paningal…
Riya…
Kibir purba…
Badanku Adam…. Paningalku Rasul…
Tekenku kalimah Yaa kahoma Yaa Rabbil ‘Alamin…Allahu Salam….”
Kemudian hembuskan nafas sambil memejamkan mata dengan penuh pemusatkan pikiran (konsentrasi) untuk merasakan mengalirnya energi ghaib ke dalam tubuh yang meluap-luap membentuk pagar gaib…
4). Lalu tarik nafas hisap panjang dan halus sambil diiringi dengan membukanya kembali kedua bola mata anda dan bacaan do’a ajian sebagai berikut….
“Kun Fayakun…
Kuwasane dzat ing makrifat…
Pinayungan dening sukma…
Rineksa dening Allah…
Kun dzat kun kuwayangane dzat teguh ing makrifat…
Pinayungan dening sukma…
Rineksa Allah…
Laa Khaula Walaa Quwwataa illa Billahi ‘Aliyyil Adzima…”
Akhiri dengan menghembuskan nafas secara perlahan-lahan….
Sambil melakukan gerakan kedua telapak tangan yang bertemu di depan solar plexus untuk di dorongkan ke arah depan….
5). Ulangi hingga 7x putaran sistem pernafasan tersebut. Dan usahakan untuk melatihnya disetiap selesai melaksanakan ibadah sholat 5 waktu untuk 1x putaran saja…
Demikian sedikit kemampuan yang dapat penulis persembahkan…. Semoga yang sedikit ini memiliki manfaat  bagi mereka yang gemar mengasah jati diri…
Wasalaam…




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262