SHOLAWAT MOHON AMPUNAN

ALLAAHUMMA SHOLLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA AALIHII WA’ITRATIHII BI ‘ADADI KULLI MA’ LUUMIL-LAKA ASTAGHFIRULLAAH AL ‘AZHIM LA ILAAHAA ILLAA HUWAL HAYYUL QAYYUUMU WA ATUUBU ILAIH. YAA HAYYU YAA QAYYUUM =====

Semoga melimpahkan Berkah shalawat atas Nabi Muhammad dan atas keluarga besarnya dan keturunannya menurut jumlah segala sesuatu yang diketahui-Mu. Saya memohon pengampunan dari Yang Maha Agung, Tiada Dia selain Allah, Yang Maha Sempurna Hidup dan Diri berkelanjutan dan aku berbalik kepada-Nya dengan pertobatan. Wahai Yang Sesungguhnya Hidup dan Maha Sempurna.

Sholawat ini juga dirumuskan oleh Uwais Al Qorni. Seorang pemuda bermata biru yang hidup sezaman dengan Rasulullah SAW, ahli membaca Al-Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.
Pemuda dari Yaman ini yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.

Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak memengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.

Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.

Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.

Di ceritakan ketika terjadi Pertempuran Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat?

Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya.

Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata, “Pergilah wahai anakku! temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”. Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.

Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah Sayyidah Fathimah binti Muhammad SAW, sambil menjawab salam Uwais.

Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang.

Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”.

Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada Sayyidah Fathimah a.s. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rasulullah SAW, Sayyidatina Fathimah a.s. dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi Sayyidah Fathimah a.s., memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Rasulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada Imam Ali bin Abi Thalib a.s. dan Umar bin Khattab dan bersabda, “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan Abu Bakar telah di estafetkan Khalifah Umar bin Khattab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Ia segera mengingatkan kepada Imam Ali a.s. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.

Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar bin Khattab dan Imam Ali a.s. mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar bin Khattab dan Imam Ali a.s. memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan salat. Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais.

Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais al-Qorni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Imam Ali a.s. memohon agar Uwais berkenan mendo’akan untuk mereka.

Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah, “Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata, “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”.

Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais, waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan salat di atas air.

Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahai waliyullah,” Tolonglah kami!” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi, “Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!” Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata,

“Apa yang terjadi ?”
“Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak?” tanya kami.
“Dekatkanlah diri kalian pada Allah!” katanya.
“Kami telah melakukannya.”
“Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca bismillahirrohmaani rrohiim!”

Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu. Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut.

Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? “Tanya kami.

“Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.

Kemudian kami berkata lagi kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada dikapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.”

“Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.

“Ya, “jawab kami. Orang itu pun melaksanakan salat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke Rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya.

Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan Umar bin Khattab)

Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang.

Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.

Inilah keistimewaan Uwais dibanding orang kebanyakan karena jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan karenanya.



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

KEISTIMEWAAN SURAH AT-TAUBAH

Freedo Abdullah

Assalamu’alaikum wr. wb.,
Salam takzim dan silaturahim kpd @ki Master KHODAM SAKTI, para sedulur dan sesepuh di KOSA juga kpd semua yg ada dan setia mengikuti. Tanpa mengurangi rasa hormatnya saya kpd @All, mohon izin berbagi “Keistimewaan Surah At-Taubah “.

Surah ini diturunkan di Madinah, mengandungi 129 ayat. Dinamakan surah ” At-Taubah ” (Taubat) kerana pada ayat 117, disebutkan perihal golongan yg tlh bertaubat dr perbuatan mrk yg salah lalu Allah menerima taubat mereka dan mengampunkannya.

Surah ini juga dinamakan surah ” Baraa’ah ” (Pemutusan Tanggungjawab) yg maksudnya ” Pembatalan Perjanjian ” sebagaimana yg diterangkan pd bahagian awal surah ini.

Intisari kandungannya : Menerangkan peristiharaan dr Allah dan RasulNya, yg ditujukan kpd kaum musyrik Arab dan ditegaskan : Bahawa oleh krn mrk tlh mencabuli perjanjian dgn Rasulullah s.a.w. maka perjanjian itu adalah dibatalkan oleh Allah dan RasulNya dan mrk diberi tempoh selama 4 bulan, sesudah itu jika mrk tdk menerima Islam maka mrk akan dimusnahkan di mana sahaja mrk ditemui.

Surah ini juga mendedahkan rahsia kaum munafik yg pura2 Islam pd zahirnya, sedang mrk tetap kafir pd batinnya. Surah ini pula – dari asalnya – tdk dimulakan dgn Bismillaahir rahmaanir rahiim.

Penjelasan Syekh As Sayyid Muhammad Haqqi An Nazili di dlm Kitab Kh. Asror : 88-81, diterangkan keistimewaan dua ayat akhir dari Surah At-Taubah ( juga dinamakan Ayatul Hisni ) sebagai berikut :-

a) Barang siapa yg setiap harinya membaca dua ayat yang akhir dari Surah Al-Baraa’ah sebanyak 7x sesudah sholat fardhu maka
– Jika dia seorg yg lemah maka akan menjadi kuat.
– Jika dia seorg yg hina maka akan menjadi seorg yg mulia.
– Jika dia seorg yg kalah maka akan segera mendpt pertolongan.
– Jika dia seorg yg berkesempitan maka akan mendpt kelapangan.
– Jika dia seorg yg berhutang maka akan segera dpt membayar.
– Jika dia seorg yg berada dlm kesusahan maka akan hilang kesusahannya.
– Jika dia seorg yg sulit dlm penghidupan maka akan segera mendpt lapangan kehidupan.
b) Barang siapa membacanya pada hari siangnya atau pd waktu malamnya maka hal itu sebagai suatu petanda bahawa

dia tdk akan mati pd saat itu. Menurut riwayat lain; dia tdk akan dilukai seseorg dgn alat2 yg berasal dr besi.

Sebahagian ‘ulama ‘ush sholihin menyebut tentang keistimewaan dua ayat ini bahawa ada salah seorg yg tlh mengamalkannya ketika dlm keadaan sakitnya yg sdh kritis. Ketika itu dia sdh diperkirakan berumur 71 tahun. Dgn berkah membaca dua ayat tersebut, dia masih dpt menikmati umurnya sehingga mencapai usia 120 tahun.

Dalam versi yg lain ada mengatakan bahawa sesiapa mengamal ayatul Hisni, ia tdk akan bertemu maut pada hari itu kecuali kalau tlh dtg kitab mubram ia akan terlupa membacanya dan tdk akan memberi bekas kpdnya sesuatu baharu. Cara mengamalkannya bacakan 7x di masa pagi.

Ini dia dua ayat akhir surat At-Taubah :

LAQOD JA’AKUM ROSUULUM MIN ANFUSIKUM ‘AZIIZUN ‘ALAIHI MAA’ANITTUM HARIISHUN ‘ALAIKUM BIL MU’MINIINA RO’UUFUR ROHIIM. (Surah At-Taubah :128)

FA IN TAWALLAU FAQUL HASBIYALLAAHU LAA ILAAHA ILLAA HUWA, ‘ALAIHI TAWAKKALTU WA HUWA ROBBUL ‘ARSYIL ‘AZHIIM
(Surah At-Taubah :129)

Artinya :
Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu sendiri (iaitu Nabi Muhammad s.a.w.), yang menjadi sangat berat kepadanya sebarang kesusahan yang ditanggung oleh kamu, yang sangat lobakan (inginkan) kebaikan bagi kamu, (dan) ia pula menumpahkan perasaan belas serta kasih sayangnya kepada orang-oarng yang beriman.

Kemudian jika mereka berpaling ingkar, maka katakanlah (wahai Muhammad): “Cukuplah bagi Allah (yang menolong dan memeliharaku), tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; kepadaNya aku berserah diri, dan Dialah yang mempunyai ‘Arasy yang besar “.

Kami juga mengelar amalan ini Do’a Harimau. Khadamnya ada 7 dan apabila di scan dgn mata bathin, si pengamal dikawal oleh 7 harimau dan jasadnya diselimuti oleh tujuh lapis dinding api. Amalan ini multi function & multi purpose. Cara mengamalnya, baca surah At-Taubah ayat 128 -129 sebanyak 7x kemudian lanjutkan dengan membaca Surah At-Taubah ayat 129 sebanyak 7x pada setiap seusai sholat fardhu terutamanya sesudah sholat fardhu Subuh dan sholat fardhu Maghrib.

Sekali lagi saya dengan rendah diri memohon maaf kiranya ada tersilap kata, terkasar bahasa dan ada yg tdk berkenan. Sekian,wassalam.



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

Wafak untuk tumbal laut

Wafak untuk tumbal laut

ass..wr..wb..
untuk teman teman yang pernah mengalami gangguan pencuri,atau kehilangan barang apalagi barang yang di ambil adalah merupakan barang yang sangat berharga, tentu hal ini sangat menyedihkan.
melalui website ini saya akan berbagi sebuah ilmu yang terdapat pada kumpulan rajah dan azimat.
untuk mengatasi gangguan pencurian .

laku ihtiar ini menggunakan wafak tumbal laut, yang mungkin bisa menjadi sebuah solusi untuk anda agar terhindar dari segala macam bentuk pencurian,sehingga ketika pencuri hendak masuk kerumah anda akan merasa seperti di lautan, sehingga pencuri menjadi takut dengan kondisi rumah anda

berikut ini tata cara yang harus anda lakukan untuk mengatasi gangguan pencuri dengan menggunakan wafaq tumbal laut menurut ilmu hikmah.

  • Lakukan Sholat hajat terlebih dahulu sebanyak 2 rakaat
  • Pada waktu Rakaat pertama kita membaca surat Al Fatehah di lanjutkan dengan membaca surat Al Insyirah
  • Pada waktu Rakaat Rakaat kedua kita membaca surat Al Fatehah di lanjutkan dengan membaca surat An Naas

Berikut ini wafaq tumbal laut tersebut

  • tulis lah wafaq tersebut sebanyak 33 kali.
  • Buatlah sebanyak 4 lembar kertas putih.
  • Lalu masukanlah wafaq tersebut pada botol kecil, lalu setelah itu botol tersebut di pendam pada 4 penjuru rumah.




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262