MENITI JEJAK ANTARA DZIKIR DAN OLAH RASA

Patramantra

Mungkin bukan kesalahan kita secara mutlak, jika kurang memahami mengenai olah rasa. Walau sebenarnya Dzikir dan Olah Rasa itu sama. Merupakan dua cara/metode dalam tata laku meditasi. Adapun dua metode meditasi itu antara lain :

1. Dengan metode kosentrasi/isi (yg sering digunakan para pelaku olah rasa),
yaitu menggunakan daya cipta/kosentrasi pada obyek tertentu untuk mengisi bathin, dengan harapan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Misalnya seseorang ingin membuka mata bathin/mata ketiga. Mereka berkonsentrasi dengan melihat objek tertentu, kemudian dia membawa gambaran bentuk obyek tersebut ke ruang bathin secara berulang-ulang sampai ia bisa melihat obyek tersebut secara detail sama seperti melihat dengan mata fisik.

2. Dengan cara mengosongkan pikiran (kosong)
yaitu pelaku berusaha mengosongkan pikiran dengan melafalkan doa-doa maupun dzikir tertentu, dengan harapan mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Dua cara yang beda, namun bisa memberi hasil yg sama. Dan juga pemahaman yang berbeda sebagai akibat kita seringnya mendapat keilmuan yg sudah matang dari para kyai, ustadz, kitab2 kuno, maupun buku2 yg dijual di emperan toko. Misalnya baca asma/doa/ayat…..1000x dan puasa selama 7 hari anda bisa kebal terhadap jenis senjata apapun. Dan jarang kyai/ustadz yang mengajarkan suatu keilmuan…..baca asma/doa/ayat……secara ikhlas dan puasa selama 7 hari, agar anda bisa mendapatkan kebal….. dsb .

Dengan kebiasaan menerima keilmuan yg sudah matang ini. Telah membuat kita banyak kehilangan moment pengalaman seperti yang didapat oleh para pelaku Olah Rasa. Karena kita sering kali melakukan dzikir hanya berdasarkan hitungan, tanpa berusaha menghayati maupun melakukan peresapan dlm berdzikir.

Namun dewasa ini para pelaku Olah Rasa dalam melakukan meditasi cenderung memilih obyek pada hal-hal yang bersifat ke-Tuhanan. Mereka mengisi bathin dengan gambaran Tuhan melalui rasa nikmat, rasa syukur, rasa ikhlas, rasa cinta dsb. Semua itu dilakukan baik dalam waktu meditasi maupun aktivitas yang lain (hidup dlm meditasi). Sehingga walau dlm keadaan tidur bathin masih tetap terjaga.

Hal seperti ini bisa juga dilakukan oleh para pelaku dzikir. Dengan cara membaca lafal dzikir tertentu/asma/doa/ayat apa aja yang diucapkan tanpa lisan/dalam hati ditujukan untuk mengingat Allah semata. Dan dilakukan secara terus menerus seperti halnya seorang pelaku olah rasa tsb di atas (hidup dlm meditasi). Maka pelaku dzikir akan memperoleh pengalaman yg sama seperti yang diperoleh para pelaku olah rasa. Seperti penglihatan dan pendengaran ghaib, penyembuhan dll. Kemampuan supranatural ini, diperoleh secara tidak disengaja, tetapi sebagai akibat dari perpindahan kesadaran dari tubuh fisik ke kesadaran jiwa (Rosojati basa jawa).
Terlepas dari mencari pembenaran dan penyalahan dari kedua metode penyampaian amalan ilmu hikmah tsb. Mari kita kaji dan diskusikan agar kita memahami tujuan dibalik pembacaan 1000x (metode kesatu). Juga memahami batasan toleransi pembacaan secara ikhlas (metode kedua). Agar kita bisa mencapai makna dzikir yang hakiki (lebih mudah dalam mencapai khusuk).




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

KEAJAIBAN SHALAT HAJAT

Oleh : Ki Kolot Paku Alam

“Barangsiapa yang mempunyai kebutuhan (hajat) kepada Allah atau salah seorang manusia dari anak-cucu Adam, maka wudhulah dengan sebaik-baik wudhu. Kemudian shalat dua rakaat (shalat Hajat)….” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

“Seorang laki-laki menempuh perjalanan dari Yaman. Di tengah perjalanan keledainya mati, lalu dia mengambil wudhu kemudian shalat dua rakaat (shalat hajat)…. Maka, keledai itu bangun seketika (hidup kembali), lalu mengibaskan kedua telinganya.”(HR Baihaqi)

“Ada seorang yang buta matanya menemui Nabi saw, lalu ia mengatakan, “Sesungguhnya saya mendapatkan musibah pada mata saya, maka berdoalah kepada Allah (untuk) kesembuhanku.” Maka Nabi saw bersabda, “Pergilah, lalu berwudhu, kemudian shalatlah dua rakaat (shalat hajat). Setelah itu, berdoalah….” Dalam waktu yang singkat, laki-laki itu terlihat kembali seperti ia tidak pernah buta matanya.” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Jika kamu memiliki kebutuhan (hajat), maka lakukanlah seperti itu (shalat hajat).”(HR Tirmidzi)

Setiap manusia memiliki kebutuhan dan keinginan, bahkan bisa dikatakan keinginan tersebut selalu ada dan tidak terbatas. Dari mulai keinginan yang dibutuhkan menyangkut dirinya sampai kepada keinginan yang dibutuhkan menyangkut sebuah negara. Bagi yang beriman, segala kebutuhan, cita-cita, harapan, dan keinginan tersebut, tidak serta merta selalu ditempuh melalui jalan usaha secara praktis belaka. Akan tetapi, ia akan terlebih dahulu mengadukannya kepada Allah SWT, sebab Dia adalah Dzat Yang Mahakaya, yang memiliki langit, bumi, dan seluruh alam semesta, Dzat Yang tidak bakhil dalam memberi kepada yang memohon dan meminta kepada-Nya.

Oleh karena itu, Rasulullah saw setiap kali menghadapi kesulitan beliau selalu mengadukannya kepada Allah SWT melalui shalat. Mengadu dan memohon kepada Tuhan yang tidak pernah sekali pun berada dalam lemah dan miskin. Kenapa? Karena shalat adalah jalan keluar bagi mereka yang memiliki kesulitan dan kebutuhan, juga sebagai media dimana seorang hamba mengadukan segala persoalan hidup yang dihadapinya. Di dalam Al-Qur`an, Allah SWT berfirman,

“Dan mintalah pertolongan kepada Tuhanmu dengan melaksanakan shalat dan dengan sikap sabar.” (QS Al-Baqarah [2]: 45)

Shalat hajat, ditetapkan atau disyariatkan yang secara khusus dikaitkan kepada ibadah bagi yang sedang memiliki kebutuhan atau permasalahan. Dan tentunya, ini lebih spesifik dibandingkan dengan shalat-shalat lain dan memiliki suatu keistimewaan sendiri dari Allah dan Rasulullah saw.

Selain itu, shalat hajat merupakan suatu cara paling tepat dalam mengadukan permasalahan yang sedang dihadapi oleh seorang muslim.

Shalat hajat merupakan salah satu jenis shalat yang disyariatkan di dalam Islam. Dasar hukum shalat hajat terdapat di dalam hadits Rasulullah saw. Para sahabat, ulama salaf, dan para shalihin biasa melakukan shalat hajat, terutama ketika mereka memiliki suatu kebutuhan, baik dalam situasi mendesak maupun dalam situasi biasa. Dari beberapa keterangan yang terdapat di kitab-kitab, baik ulama salaf maupun khalaf (kontemporer), shalat ini telah banyak membuktikan keampuhan atau terkabulnya seluruh permohonan dari kebutuhan yang mereka pinta kepada Allah, sebagaimana yang terdapat pada buku ini.

Shalat hajat juga merupakan bagian dari keringanan dan rahmat dari Allah SWT bagi hamba-Nya. Pada praktiknya shalat hajat ini sangat mudah dan bisa dilakukan pada siang hari atau malam, tidak seperti pada shalat-shalat lainnya secara umum. Misalnya, shalat dhuha hanya bisa dilakukan pada saat matahari terbit sampai datangnya waktu zuhur, atau shalat tahajud yang hanya bisa dilakukan pada malam hari.

Sebagai pembuktian atas kebenaran sabda Rasulullah terhadap shalat hajat, tidak terhitung banyaknya orang yang telah mendapatkan keajaiban dan terkabulnya permintaan atau hajat mereka. Bahkan, ada yang mendapatkan keajaiban dengan diturunkan malaikat kepadanya untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya, sebagaimana yang terdapat di dalam bab “Bukti Dan Kisah Nyata Orang-Orang Mendapatkan Keajaiban Shalat Hajat”

SHALAT HAJAT
Shalat hajat ada beberapa macam caranya, antara lain:

Pertama:
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang melakukan shalat pada hari Kamis empat rakaat (dua salam);
Rakaat Pertama setelah Fatihah membaca Surat Al-Ikhlash (11 kali)
Rakaat Kedua setelah Fatihah membaca Surat Al-Ikhlash (21 kali)
Salam

Rakaat Ketiga setelah Fatihah membaca Surat Al-Ikhlash (31 kali)
Rakaat Keempat setelah Fatihah membaca Surat Al-Ikhlash (41 kali)
Salam

Dan sesudah salam membaca Surat Al-Ikhlash (51 kali), kemudian sujud sambil membaca Ya Allah (100 kali), kemudian memohon apa yang diinginkan. Maka, sekiranya orang yang melakukan shalat tersebut memohon kepada Allah untuk memindahkan gunung niscaya gunung itu akan pindah, dan memohon pertolongan niscaya pertolongan itu akan datang; karena antara dia dan Allah tidak ada hijab, dan Allah swt marah kepada orang yang melakukan shalat ini yang tidak memohon hajatnya kepada-Nya.” (kitab Mujarrabat Imamiyah)

Kedua:
Imam Ja’far Ash-Shadiq (a.s) berkata: “Jika kamu ditimpa persoalan yang sulit, maka hendaknya melakukan shalat dua rakaat ketika matahari tergelincir. Rakaat pertama: bacalah Surat Fatihah, dan Surat Al-Fath: 1-3 ( 1 kali), yaitu:

Bismillâhir Rahmânir Rahîm. Innâ fatahnâ laka fat-han mubînâ. Liyaghfira laka mâ taqaddama min dzanbika wamâ ta-akhkhara wa yutimma ni’matahu ‘alayka wa yahdiyaka shirâthan mustaqîmâ. Wa yanshurakallâhu nashran ‘azîzâ.

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata. Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyerpunakan nikmat-Nya atasmu dan membimbing kamu kepada jalan yang lurus. Dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (Al-Fath: 1-3).

Rakaat kedua: sesudah Fatihah bacalah Surat Al-Ikhlash dan Surat Alam Nashrah (1 kali). (Mafâtihul inân, kunci-kunci surga, hlm 230).

SHALAT ISTIGHFAR
Shalat Istighfar adalah semacam shalat taubat. Manfaat shalat ini dapat menghilangkan kegelisahan dan keresahan dalam hati. Selain itu dapat membuka pintu dan peluang rizki yang tak terduga sebelumnya. Telah banyak kaum mukminin yang mempraktekkannya. Kita bisa praktekan shalat ini di tengah-tengah keluarga kita yang tentunya mendambakan kebahagian di dunia dan akhirat. Shalat ini diajarkan oleh Rasulullah saw dan keluarganya yang suci. Shalat ini bisa dilakukan di siang hari atau malam hari. Shalat ini dan caranya saya kutip dari kitab Mafatihul Jinan, kunci-kunci surga. Dalam kitab ini disebutkan:

“Jika Anda merasa sempit dalam kehidupan, dan sulit menemukan solusi dalam persoalan yang Anda hadapi, maka jangan tinggalkan shalat ini.”

Cara shalat ini: Lakukan shalat dua rakaat, dengan niat memohon ampunan Allah swt. Setiap rakaat sesudah surat Fatihah membaca surat Al-Qadar. Sesudah membaca surat Al-Qadar membaca Istighfar (15 kali), yaitu اَسْـتَغْفِرُاللهَ

Astaghfirullâh
Aku mohon ampun kepada Allah

Bacaan Istighfar ini juga dibaca masing-masing (10 kali) pada setiap ruku’ (sesudah membaca tasbih), i’tidal, sujud (sesudah membaca tasbih), duduk di antara dua sujud, dan duduk untuk berdiri. Sehingga dalam dua rakaat jumlahnya 150 istighfar.

Catatan : Bila anda pernah Melakukan Shalat Tasbih, maka cara pelaksanannya juga sama tapi bacaannya diganti dengan istighfar.

Selamat mencobanya, semoga kita dan keluarga kita dibahagiakan oleh Allah swt, dicurahkan karunia dan rahmat-Nya, dan dijaga dari yang tidak kita inginkan. Amin ya Rabbal ‘alamin. @



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262