ASMA’ SYEIKH ABDUL QODIR AL- JAELANI R.A

Penulis: Raden Arya Kelana (Ade Hermanto)

 

وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيَاء عِندَ
رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ

Artinya :”, Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki “( Surat Ali Imron 169)

(Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.)

maka dalam kesempatan ini saya terbitkan Asma’ yang selalu di baca oleh Syeikh Abdul Qodir Jaelani, Asma’ ini saya terjemahkan dari kitab ” Tafrih Al-Khotir “, Sebelumnya saya coba ceritakan dulu perjalanan ( Manaqib ) Rajanya para Aulia ( Qutbul Aqtob ) Syeikh Abdul Qodir Jaelani yang saya terjemahkan dari kitab ” Al-Lujaini Ad-Daani ” yang di susun oleh Syeikh Al-Karim Ja’far bin hasan bin abdul karim Al-Barzanji R.A, Mudah-mudahan anda pembaca dan saya mendapatkan Barokah serta Karomahnya amin ya robbal ‘alamin

Nama lengkap Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani adalah Abu Muhammad Abdul qodir bi Abi Sholih Musa Janki Dawsat bin Abdillah Al-Jailani, Beliau di lahirkan pada tanggal 1 Ramadhan 471 H / 1077 M di desa Jiilan Thabaristan yang terletak di sungai Dijlah letaknya dari kota bagdad bisa ditempuh sehari perjalanan, Nasab beliau sampai pada Rosululloh S.A.W , Berikut di bawah ini Nasab dari ayah & Ibunya :

Ayahnya :
Abu Sholih janka dawsat bin Abdulloh bin Yahya Az-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa Ats-Tsani bin Abdulloh Ats-Tsani bin Musa Al-Juun bin Abdulloh Al-Mahdi bin Hasan Al-Mutsanna Bin Sayyidina Hasan R.A bin Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra R.A Binti Rosululloh S.A.W

Ibunya :
Sayyidah Fatimah binti Abdulloh bin Abu Jamaluddin bin Thohir bin Abdulloh bin Kamaluddin Isa bin Muhammad Al-Jawwad Bin Sayyid Ali Ar-Ridha bin Musa Al-Kadzim bin Sayyidina Ja’far Shodiq bin Sayyid Muhammad Al-Baqir Bin Sayyidina Zaenal Abidin Bin Sayyidina Husain R.A Bin Sayyidina Ali Krm Wjhh dan Bin Sayyidatuna Fatimah Az-Zahra r.a Binti Rosululloh S.A.W.

Di riwayatkan oleh Syeikh Rasyid bin Muhammad Al-junaidi dalam kitab Raudhoh An-Nadzir, Pada malam Rosululloh S.A.W Mi’raj, Malaikat Jibril A.S datang menghadap rosululloh S.A.W sambil membawa binatang Buraq, telapak kaki Buraq tsb mengeluarkan cahaya seperti cahaya rembulan, Buraq tsb di berikan kepada nabi Muhammad S.A.W oleh Malaikat Jibril A.S, Seketika juga Buraq tsb tidak mau diam karena sangat senang yang luar biasa sehingga Nabi bersabda : “Wahai Buraq kenapa engkau tidak mau diam ?, Apa karena engkau tidak mau aku tunggangi ? “, Buraq menjawab : ” Wahai Rosululloh S.A.W bukan aku tidak mau Baginda tunggangi, Tetapi aku mempunyai permintaan kepada Baginda wahai kekasih Alloh, Permintaanku adalah nanti di hari Qiamat ketika baginda masuk kedalam Surga agar tidak menunggangi yang lain kecuali aku “, Rosululloh bersabda : ” Wahai Buraq permintaanmu aku kabulkan “, Buraq pun berkata lagi : ” Wahai baginda sudikah kiranya baginda memegang pundak ku agar menjadi ciri di hari qiamah ? “, Kemudian Rasululloh S.AW memegangkan kedua tangannya pada pundak Buraq tsb, Karena Buraq saking gembiranya yang sangat luar biasa, Sehingga badannya tidak muat lagi untuk ditempati Ruhnya, Terpaksa Buraq tsb membesar dan tinggi sampai 40 Hasta,Setelah itu Rasululloh S.A.W berdiri sebentar sambil melihat betapa tingginya Buraq tsb dan berpikir bagaimana caranya untuk naik ke punggungnya sedangkan pada saat itu tidak ada satupun tangga untuk naik, Pada saat itu juga datang ruh nya Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani seraya berkata : ” Silahkan Baginda naik ke Pundak saya”, Kemudian Rosululloh S.A.W Naik kepundaknya ruh Ghautsul ‘Adzom Syeikh abdul Qodir Jaelani, Kemudian Syeikh abdul qodir berdiri sehingga Rosululloh S.A.W dapat naik ke pundaknya Buraq kemudian nabi bersabda : ” Dua telapak kakiku menaiki pundakmu wahai Abdul Qodir, Maka telapak kakimu nanti yang akan menaiki pundak semua para wali -wali Alloh “.

Pada Zaman Sayyidina Syeikh hasan Basri tidak ada seorang ulama yang tidak mengenal Syeikh abdul Qodir Jaelani jadi nama Syeikh abdul Qodir Al-Jaelani sudah terkenal 300 tahun sebelum kelahirannya.

berikut di bawah ini kisah Asma’ yang selalu di baca oleh Syeikh Abdul Qodir Al-jaelani R.A
Telah berkata Syeikh Abu Abdillah bin Abdul Fattah Al-Harawi ” Saya menjadi pembantu beliau selama 40 tahun, Selama itu apabila beliau Sholat Shubuh masih menggunakan Wudhu Sholat Isya, Kalau berhadast beliau segera memperbaharui Wudhunya, Kemudian mengerjakan Shalat Sunnat 2 Raka’at Syukrul Wudhu, Syeikh Abdul Qodir apabila selesai Shalat Isya beliau masuk ke kamar Kholwatnya tidak dapat seorangpun dapat masuk dan membukanya,Tidak akan keluar sebelum terbit Fajar, berulang kali Khalifah dari baghdad datang dimalam hari untuk menemui Syeikh Abdul Qodir tidak juga bisa bertemu.
Syeikh Ibnu Abdul Fattah berkata : ” Pernah saya bermalam pada suatu malam di rumah Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani, Maka saya melihat beliau Shalat sunat sebentar pada permulaan malam kemudian berzdikir kepada Alloh S.W.T sampai melewati sepertiga dari permulaan malam, Kemudian beliau Membaca 9 Asma’ Al-‘Adzom yaitu :

AR- RABBU, ASY-SYAHIDU, AL-HASIBU, AL-FA’AALU, AL-KHALAAQU, AL-KHAALIQU, AL-BAARI-U, AL-MUSHAWWIRU.

Ketika beliau membaca 9 Asma’ Al-‘Adzom badan beliau naik ke angkasa dan hilang dari pandanganku, setelah kembalilagi ke kamarnya kemudian beliau berdiri Shalat serta membaca Al-Qur’an ( di dalam shalat ) sampai habis waktu sepertiga malam yang ke dua, beliau sangat memanjangkan sujudnya, kemudian duduk Muraqqabah kepada Alloh sehingga terbit fajar kemudian memohon dengan berdo’a kepada Alloh S.W.T di sertai sifat rendah dan hina sehingga tubuh beliau tertutuppenuh oleh cahaya terang yang menyilaukan pandangan mata samapbeliau tidak terlihat karena tertutupoleh cahaya tsb, Kemudian aku mendengar di sampingnya ada yang mengucapkan salam “, Salamun ‘Alaikum Syeikh Abdul Qodir menjawab : “, Wa ‘Alaikum Salam”, demikian secara bergantian setiap satu ucapan salam selalu beliau jawab, Keadaan yang demikian itu terjadi sampai beliau mengerjakan Shalat Shubuh.

Menurut para Ulama’ Khos 9 Asma’ Al-‘Adzom di atas harus di baca 2683 x , Ba’da Shalat hajat 2 raka’at tengah malam selama 7 malam berturut turut disertai puasa biasa pada siang harinya, Khasiat dan fadilahnya La Tuhsa’ ( tidak dapat di hitung ) Wa la tu’addau ( tidak dapat di bilang ), dan berikut di bawah ini tata caranya :

1. Sholat sunat hajat 2 raka’at dengan membaca pada tiap- tiap raka’at setelah Alfatihah Surat Al-Ikhlas 11 x , Sholawat 11 x
2. Setelah salam langsung sujud membaca Munajat di bawah ini :

YA SYAIKHA TSAQOLAINI YA QUTBA AR RABBANI YA GHAUTSA AS SAMADHANI YA MAHBUBA AS SUBHANI YA MUHYIYA AD DINI ABA MUHAMMADIN AS SAYYIDI ABDIL QODIR AL JAILANI AGITSNII WA AMIDNIIFI QODO-I HAJATII HADZIHI ………( titik titik di isi apa yg menjadi hajatnya ) kemudian berdiri dan melangkah 11 langkah ke arah Iraq yaitu kalau dari pulau Jawa hampir arah keselatan bumi antara barat dan selatan, di tiap langkahnya harus membaca Munajat di bawah ini 1 x :

YA SYAIKHA TSAQOLAINI YA QUTBA AR ARBBANI YA GHAUTSA AS SAMADANI YA MAHBUBA AS SUBHANI ABA MUHAMMADIN AS SAYYIDI ABDIL QODIR JAILANI.

Kemudian duduk menghadap Qiblat Muraqqabah membaca 9 Asma’ Al-‘Adzom 2683 x, setelah selesai langsung sujud sambil membaca Munajat di bawah ini :

YA RUUHA AL-QUDUSI WA YA JUNUDA ALLOHI WA YA ‘IBADA ALLOHI AGHITSUNII WA AMIDDUUNII FI QODO-I HAJATI HADZIHI ……… ( titik titik di isi hajatnya apa ) YA QODIYAL HAJATI AMIN AMIN.

Sebelum mengamalkan amalan ini semuanya paling utama membakar Bukhur apa saja atau memakai minyak wangi yang baik dan tidak di tentukan jenisnya, demikian tat cara 9Asma’ Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani ini mudah mudahan sangat bermanfa’at bagi para pecinta ilmu Allah SWT.



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

Sunan Bonang

Raden Maulana Makdum Ibrahim, atau yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Bonang, adalah seorang putera dari Sunan Ampel.

Berbicara tentang Sunan Bonang yang namanya didepannya tercantum kata-kata Maulana Makdum, mengingatkan kita kembali kepada cerita di dalam sejarah Melayu. Konon kabarnya dalam sejarah Melayu pun dahulu ada pula tersebut tentang cendekiawan islam yang memakai gelar Makdum, yaitu gelar yang lazim dipakai di India. kata atau gelar Makdum ini merupakan sinonim kata Maula atau Malauy gelar kepada orang besar agama berasal dari kata Khodama Yakhdamu dan infinitifnya (masdarnya) khidmat.

dan maf’ulnya dikatakan makhdum artinya orang yang harus dikhidmati atau dihormati karena kedudukannya dalam agama atau pemerintahan Islam di waktu itu.

Salam seorang besar yang mengepalai suatu departemen ketika terjadi pembentukan adat yang berdasarkan Islam, tatkala agama Islam memasuki lingkungan Minangkabau, berpangkat Makdum pula.Rupanya Makhdum atau Mubaligh Islam yang berpangkat atau bergelar Makhdum itu data ke Malaka dalam abad ke XV, ketika Malaka mencapai puncak kejayaannya. kembali mengenai diri Sunan Bonang disamping beliau adalah putera Sunan Ampel juga menjadi muridnya pula. adapun daerah operasinya semasa hidupnya adalah terutama Jawa Timur. Disanalah beliau mulai berjuang menyebarkan agama Islam.

Beliau adalah putera dari Sunan Ampel dalam perkawinannya dengan Nyai Ageng Manila, seorang putera dari Arya Teja, salam seorang Tumenggung dari kerajaan Majapahit yang berkuasa di Tuban. menurut dugaan Sunan Bonang dilahirkan dalam tahun 1465 M, serta wafat pada tahun 1525 M.
Maulana Makhdum Ibrahim, semasa hidupnya dengan gigih giat sekali menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Timur, terutama di daerah Tuban dan sekitarnya. sebagaimana halnya ayahnya, maka Sunan Bonang pun mendirikan pondok pesantran di daerah Tuban untuk mendidik serta menggembleng kader-kader Islamyang akan ikut menyiarkan agama Islam ke seluruh tanah Jawa. konon beliaulah yang menciptakan gending Dharma serta berusaha mengganti nama-nama hari nahas/sial menurut kepercayaan Hindu, dan nama-nama dewa Hindu diganti dengan nama-nama malaikat serta nabi-nabi. Hal mana dimaksudkan untuk lebih mendekati hari rakyat guna diajak masuk agama Islam.

Di masa hidupnya, beliau juga termasuk penyokong dari kerajaan Islam Demak. serta ikut pula membantu mendirikan Masjid Agung di kota Bintoro Demak.

Adapun mengenai filsafat Ketuhanannya, adalah :
“Adapun pendirian saya adalah, bahwa imam tauhid dan makrifat itu terdiri dari pengetahuan yang sempurna, sekiranya orang hanya mengenal makrifat saja, maka belumlah cukup, sebab ia masih insaf akan itu. Maksud saya adalah bahwa kesempurnaan barulah akan tercapai hanya dengan terus menerus mengabdi kepada Tuhan. Seseorang itu tiada mempunyai gerakan sendiri, begitu pula tidak mempunyai kemauan sendiri. dan seseorang itu adalah seumpama buta, tuli dan bisu. Segala gerakannya itu datang dari Allah.”

Ada kitab yang disebut Suluk Sunan Bonang yang berbahasa prosa Jawa Tengah-an, tetapi isinya mengenai hal-hal agama islam. di mana kalimatnya agak terpengaruh oleh bahasa Arab. Besar kemungkinan kita ini adalah berisi kumpulan atau himpunan catatan dari pelajaran-pelajaran yang pernah diberikan oleh Sunan Bonang semasa hidupnya kepada murid-muridnya. Di dalam dongeng-dongeng diceritakan,.bahwa pada suatu ketika pernah ada seorang pendita hindu yang datang untuk mengajak berdebat dengan sunan bonang, bahkan kemudian pendeta hindu itupun akhirnya bertaubat serta menyatakan dirinya masuk ke dalam agama Islam.

Pada masa hidupnya dikatakan bahwa Sunan Bonang itu pernah belajar ke Pasai. Sekembalinya dari Pasai, Sunan Bonang memasukkan pengaruh Islam ke dalam kalangan bangsawan dari keraton Majapahit, serta mempergunakan Demak sebagai tempat berkumpul bagi para murid-muridnya.

Sunan Bonang perjuangannya diarahkan kepada menanamkan pengaruh ke dalam. Siasat dari Sunan Bonang adalah memberikan didikan Islam kepada Raden Patah putera dari Brawijaya V, dari kerajaan Majapahit, dan menyediakan Demak sebagai tempat untuk mendirikan negara Islam. adalah tampak bersifat politis dan Sunan Bonang rupanya berhasil cita-citanya mendirikan kerajaan Islam di Demak.
Hanya sayang sekali harapan beliau agar supaya Demak dapat menjadi pusat agama Islam untuk selama-selamanya kiranya tidak berhasil




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262