KEKUATAN UPACARA ADAT

KI SABDALANGIT

DSC_6019Upacara adat kali ini merupakan sarana mengonsultasikan persoalan perusakan warisan budaya kepada kekuatan jagad raya. Dan tak akan ada yang luput dari mekanisme pengadilan alam. Mari kita lihat dan saksikan bersama. Seperti diketahui, rencana pembangunan pabrik pengecoran baja di Desa Jati Pasar dan Desa Wates Umpak, Trowulan diprotes berbagai elemen masyarakat. Aktivitas pabrik seluas 36.728 meter persegi dan dampak sosial ekonomi setelahnya dikhawatirkan merusak kelestarian situs Majapahit yang tersebar di kawasan Trowulan.

Acara diawali sambutan oleh panpel KI WONGALUS mengenai segenap persoalan industrialisasi di atas situs Majapahit Trowulan dan segenap upaya yang telah dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat. Sambutan dilanjutkan dari KKS dan Ki Camat (Kepala Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kab Sidoarjo) diteruskan untaian kalimat sambutan dari berbagai elemen masyarakat yang tergabung dalam paguyuban Safe Trowulan, Trah Majapahit, Majapahit Wilwatikta, Masyarakat Suku Dalu dari Surabaya, Wakil dari Gunung Kawi, sesepuh adat Majapahit di Trowulan, hadir pula sedulur-sedulur dari paguyuban Sanggar Pakeliran Bojanegara, dan beberapa paguyuban dari Blitar dan Kediri. Sumpah Palapa sang Mahapatih Gajah Mada pun dikumandangkan dengan lantang oleh sedulur yang tergabung di dalam paguyuban Trah Majapahit, Majapahit Wilwatikta. Acara demi acara berlangsung dengan khidmatnya serta berisi ungkapan yang sungguh membuat haru dan menyadarkan kita ini sebagai generasi bangsa yang musti mencintai NKRI, dan bangsa yang berbakti kepada para leluhur perintis Nusantara, di antaranya sikap dan tindakan menghormati situs sejarah sebagai pusaka warisan nenek moyang yang mengandung nilai-nilai adiluhung. Kita semua sepakat, jika kita benar-benar memahami sejatining urip dan tentang sangkan paraning dumadi, maka tak ada satupun alasan  untuk merusak situs sejarah peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia. Kecuali otak sudah dicuci dengan doktrin kapitalisme maupun doktrin agama yang sama-sama berbahaya membuat kehancuran di muka bumi.

Udara malam terasa semakin dingin menusuk tulang, angin semakin kencang, namun rasa persaudaraan di antara semua yang hadir malam itu sungguh telah menciptakan kehangatan dan ketentraman. Kami berhayal seandainya Nusantara ini memiliki suasana yang hangat dan tenteram seperti ini, alangkah indahnya, dan alangkah makmurnya menjadi negeri yang diberkahi oleh alam semesta, sang Jagadnata, Tuhan Yang Mahakuasa. Kami tiada pesimis sedikitpun, suatu saat nanti pasti kan tiba waktunya Nusantara menjadi negeri yang adil makmur, gemah ripah loh jinawi tata titi tentrem kerta raharja. Karena kami melihat tanda-tanda kebenaran prediksi itu tiap hari semakin jelas kejadiannya. Itu semua pelan-pelan terbukti, bukan sekedar hayalan belaka.

Awan BrahuRembulan purnama kian terang benderang memancar di langit sebelah timur, semakin malam rembulan itu semakin ke atas. Dan tampaklah awan putih di angkasa membuat konfigurasi garis lurus semakin lama melebar di samping centrum cahaya rembulan. Pada saat kami semua dari berbagai elemen masyarakat menaiki Candi Brahu untuk menghaturkan uborampe sebagai “oleh-oleh” kepada para sedulur wadag maupun gaib yang menjaga Candi Brahu, saat mata menengadah ke langit, persis di atas candi di ketinggian sana mata kami menatap awan putih lurus dan lebar (tidak sempat memotret dengan kamera) hingga tampak memenuhi sepertiga puncak Candi. Ternyata fenomena itu menandakan kehadiran KRK yang turut hadir pada malam itu.

Kami semua berkumul, sedulur-sedulur dari KKS, AAK, KWA, Ki Camat. Dan dari berbagai elemen masyarakat seperti paguyuban Save Trowulan, Trah Majapahit, Majapahit Wilwatikta, Masyarakat Suku Dalu dari Surabaya, Wakil dari Gunung Kawi, abdi dalem dan juru kunci Candi Brahu serta sesepuh adat Majapahit di Trowulan. Bahkan sedulur titah alus lebih banyak hadir dibanding jumlah kami. Kami semua, titah wadag maupun halus berkumpul di areal Candi Brahu dengan satu tujuan yang sama. Yakni : selamatkan situs Trowulan, Selamatkan Majapahit, Selamatkan Nusantara ! Kami yakin setelah mengkalkulasi secara generalisir melalui berbagai media, masyarakat yang masih peduli dengan nasib situs Majapahit jumlahnya jutaan orang. Biarlah kami berkumpul tidak sampai puluhan ribu pada malam itu, tapi kami haturkan untuk mewakili generasi bangsa yang masih peduli dan tidak rela jika situs Trowulan dirusak dan diinjak-injak untuk sekedar alasan sepele, yakni industrialisasi yang tak jelas untuk memakmurkan siapa.

Malam semakin larut, bau harum dan beraneka aroma tercium di lubang hidung. Saat upacara adat dimulai, bau harum semakin menyengat, udara dingin semakin menusuk tulang, angin semakin kencang bertiup. Hingga tiba-tiba datang kabut putih dan tebal sekali, suasana berubah menjadi lengang, angin berhenti dan berubah menjadi keheingan yang sunyi senyap, pada saat acara ritual telah selesai. Tampak berbagai wujud, mungkin jumlahnya ribuan hadir bersama dalam acara itu. Mereka adalah saudara kita sesama titah Gusti Sang Jagadnata. Sudah selayaknya kita saling menghormati dan menghargai, saling berbagi rasa welas asih. Buang rasa permusuhan dan kebencian, sirnakan prasangka dan stigma buruk  bahwa mereka adalah mahluk jahat. Yang jahat bukanlah mereka, melainkan apa yang ada dalam prasangka buruk bangsa manusia sendiri.

Pada malam itu, secara spontan panpel menerima telepon langsung dari Ketua Bupati Seluruh Indonesia (APKASI) Ir. H. Isran Noor M.Si yang berkenan menyatakan sikapnya sbb : Kepada seluruh elemen masyarakat yang hadir, kami sangat apresiet atas segala daya upaya untuk melindungi situs sejarah Majapahit yang mengandung nilai adiluhung itu. Kami akan membantu perjuangan saudara-saudara sekalian melalui upaya konstitusional kepada Menteri terkait dan Bapak Presiden agar mengambil kebijaksanaan untuk melindungi situs Majapahit dan semua situs sejarah, bahkan  tidak hanya di Trowulan tetapi juga situs-situs baru yang baru diketemukan yang tersebar diseluruh Indonesia baru-baru ini. Jika ingin menjadi bangsa besar, mulai sekarang kita harus menghargai hasil karya para pendahulu kita, salah satu wujud sikap menghargai itu adalah melindungi situs sejarah bangsa. Seperti kalimat Bung Karno, jasmerah! Jangan sekali-kali melupakan sejarah! Demikia Isran Noor menyampaikan supportnya kepada perjuangan ini.

Apapun alasannya industrialisasi yang dibangun tepat di atas situs Majapahit sebagai cara pandang yang terbalik dalam menempatkan prioritas kepentingan. Apakah industrialisasi itu layak disebut sebagai upaya membangun ekonomi rakyat, menciptakan lapangan kerja, memajukan kesejahteraan masyarakat. Terkesan alasan itu hanya sekedar bulshit yang dicari-cari saja. Atau mungkin para industrialis dan pejabat setempat  malah sudah kerasukan pola pikir sempit dan picik berdasarkan anggapan bahwa semua yang berbau situs sejarah dinilai sumber kemusyrikan, lantas menjadi sah dan halal jika digilas dengan penghancuran maupun industrialisasi kapitalisme yang kenyataannya lebih berhala ketimbang menyembah batu hitam.  Saya pun sah-sah saja menuduh para industrialis dan pejabat setempat sebagai tindakan haram karena telah menginjak-injak martabat dan nilai sejarah yang adiluhung para perintis bangsa, para leluhur yang mewariskan tanah perdikan yang sampai hari ini mereka tinggali sebagai tempat mencari makan. Tidur, berak, makan, cari uang pun kenyataannya masih di wilayah pusaka warisan leluhur bangsa, tapi mereka menghina dan menginjak-injak simbol harga diri dan warisan nolai luhur sang pewaris. Itu yang dinamakan generasi durhaka. Lihat saja, tak ada orang yang selamat jika mendurhakai orang tua dan para leluhurnya sendiri. Apalagi bagi mereka yang hanya menumpang hidup di Nusantara, jelas-jelas sebagai tamu, tapi bertingkah mbagekake (mempersilahkan) yang punya rumah. Nasib apa yang akan mereka alami ?

Berbagai elemen masyarakat telah berusaha mengentikan rencana industrialisasi di atas situs Majapahit, tapi mereka tetap tak bergeming, teguh dalam membutakan hati, mata, dan telinga, bahkan tampak tiang pancang bangunan pabrik baja mulai didirikan. Oke…kalau begitu, kami lakukan ritual upacara adat sebagai bentuk local wisdom untuk memberikan jawaban terakhir jika segala daya upaya untuk menyadarkan suatu kenekadan dan tindakan yang salah,  ternyata tidak juga membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Kami hanya mewakili generasi penerus bangsa yang masih merasakan manfaat situs Majapahit, generasi bangsa yang masih menghormati para leluhurnya. Kami mewakili generasi bangsa untuk mengadu dan memohon, agar para leluhur dan kekuatan alam semesta ini yang akan menyelesaikan konflik dan persoalan industrialisasi di atas situs Majapahit di Trowulan. Boleh saja mereka ketawa dan kacak pinggang melihat apa yang kami lakukan. Tapi kita semua akan menjadi saksi, lihat apa yang akan terjadi !!

Rasakan dan terimalah rasa welas asih kami, sebagai sesama bangsa Indonesia kami masih menyayangi kalian para pejabat dan industrialis di situs Majapahit. Kami mohon dengan sangat, dengarkan semua aspirasi berbagai elemen masyarakat. Perhatikan Perda, dan UU tentang perlindungan situs sejarah. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1984, tentang Industri; Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2010, tentang Cagar Budaya; Peraturan Presiden RI Nomor 28 Tahun 2012, tentang Rencana Ruang Pulau Jawa-Bali; Peraturan Menteri Kebudayaan dan Kebudayaan RI Nomor PM.105/UM.001/MKP/2010, tentang Perubahan pertama atas Rencana Strategis Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Tahun 2010-2014; Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI Tahun 2010-2014; Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2012, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031; RAPERDA Kabupaten Mojokerto Nomor xxx Tahun xxx, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mojokerto Tahun 2011-2031. Silahkan mau mengembangkan industrialisasi, kami dukung jika memang bisa meningkatkan kemakmuran bangsa, dan masyarakat setempat. Tetapi pertanyaan kami apakah sudah tidak ada lagi lahan lainnya selain lahan situs penting Majapahit ? Jika tetap ngotot bisa saja orang mulai berfikir, jangan-jangan tidak sekedar mendirikan pabrik baja, tetapi di dalamnya areal tanah terdapat harta warisan Majapahit ? Semua tidak menutup kemungkinan apalagi daerah situs Trowulan memang selalu diselimuti halimun.

Dengarkan kata-kata bijak kami dan aspirasi semua elemen masyarakat. Jika tidak…..ya sudah. Nas..tali pati ! Mumpung masih ada waktu 7 sampai 35 hari. Sekali lagi wahai para industrialis dan pejabat semua yang terkait industrialisasi di atas situs Majapahit di Trowulan, gunakan sisa waktu itu untuk berfikir ulang dan memperhatikan aspirasi masyarakat. Jika tidak, penyesalan di kemudian hari sudah tak berguna lagi. Bukan kekuatan kami yang akan memberikan keadilan, melainkan kekuatan hukum alam, hukum tata keseimbangan kosmos yang akan mengadili semua secara proporsional dan seadil-adilnya. Hukum alam tak pernah menyisakan secuilpun ketidak adilan. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung.

Kami ucapkan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada sedulur-sedulur yang sudah datang ke lokasi jauh-jauh dari Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Jateng, Surabaya, Sidoarjo, Kediri, Blitar, Bojanegara, Gresik, Lumajang dan berbagai tempat lainnya. Alam semesta, para leluhur dan titah alus, mencatat semua amal kebaikan panjenengan semua. Amal kebaikan panjenengan semua itu akan menjadi pagar gaib yang membenti Anda dari segala macam kekuatan jahat. Dan alam semesta akan selalu berpihak pada rencana dan usaha Anda yang positif dan berguna untuk orang banyak. Mari lakukan sesuatu yang bermanfaat utuk generasi yang akan datang., anak cucu kita, darah daging kita sendiri. Asah Asih Asuh. Jayalah Nusantara.



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262