KH ABBAS DJAMIL BUNTET CIREBON, SANG PENDEKAR SEJATI YANG TAK PERNAH MATI

 

BISMILLAHIRROHMANIRROHIIM. ‘ALA HADZIHINNIYYATI WALIKULLI NIYYATIN SHOLIHAH BIBAROKATI UMMUL QUR’AN,AL-FATIHAH …….

ALLOHUMMA INNI AS ALUKAS SALAMATA WAL ‘AFIATA FIL IJAAZATI WAL KAROMATI WAL ISTIQOMATI, WAASALUKAL LOHUMMAR ROHMATA WAL BAROKATA WAL’INAYATA WALQUWWATA WASSAJAA’ATA FIDDIINI WADDUNYA WAL AKHIROH,TABAARUKAL LIASMAAILLAHI TA’ALA, AL-FATIHAH…….

Alaa Biidznillahi Ta’ala Wabiridhoillahi Wabi Barokatihi Wabi Syafaa’atihi Rosulillahi SAW.Ila Hadrotinnabiyyil Mustofa Sayyidina Muhammadin SAW,Wa ‘ala Aalihi Wa Ashhabihi Wa Azwajihi Wadzurriyyatihi Wa Ahlibaitihil Kirom Syaiun Lillahi Lahumul Fatihah…….

Khususon Ila Ruuh Abiina Adam AS Wa ummina Hawa Wama Tanaasalu Bainahuma Ila Yaumil Qiyaamati,Syaiun Lilahi lahumal fatihah…….

Waila Hadroti Jamii’il Anbiyaai Walmursaliin,Sholawatullohi Wasalaamuhu ‘alaihi Wa’alaihim Ajma’in.Wajami’il Malaaikatil Muqorrobina Warruhaaniyyin Khususon Ila Ruhil Amiin Sayyidina Jibril AS, Wa Sayyidina Mikail AS,Wasayyidina Isrofil AS,Wa Sayyidina Izroil AS,Wa Sayyidina Naubatil Kiroom AS Syaiun Lillahilahumul fatihah …….

Tsumma Ila Hadroti Jamii’is Shohabati Rosulillahi SAW Minal Muhajiriina Wal Anshoriyyiina,Khususon Ila Ruhi Saadzatina Abi Bakrin,Wa ‘Umar,Wa ‘Usman,Wa ‘Ali Rodiyallohu ‘anhum Syaiun Lillahi Lahumul Fatihah …….

Khususon Ila Ruh Nabiyulloh Khidir Balya Bin Malkan AS , Wa Nabiyulloh Ilyas AS Al-fatihah …….

Tsumma Ila Arwahil Arba’atil Aimmatil Mujtahidiina Wamuqollidihim Fiddiin Wal ‘Ulamail ‘Amiliina Wal Fuqohai Wal Muhadditsiin Wal Qurrooi Wal Mufassiriina Wassaadzaati Shufuufiyyatil Muhaqqiqiin Wataabi’ihim Ila Yaumiddiin, Al-fatihah …….

Khususon Ila Hadroti Sulthonil Aulia Sayyidina Syekh Abdul Qodir Jailani RA,Shohibil Karomati Wal ‘Ajiibaah,Wal Ma’unati Wassalaamati Wal Barokah. Wausulihi Wafuruu’ihi Wa Talaamidzihi Innalloha Yu’li Darojaatihi Fil Jannati Waayyu’ida ‘alaina Min Barokatihil Fatihah …….

Wa ila Hadroti Jami’il Aulia Akthob,Wal Anjaab,Wal Autaad,Wal Akhyar Min Masyaariqil Ard Ila Maghoribiha Fi Barriha Wabahriha, Min Yaminiha Ila Simaliha,Khususon Ila Ruh :

ØSYEKH ABU HASAN AS-SADZILI RA,SHOHIBUL KAROMAH WAT THORIIQOH

ØSYEKH IMAM GHOZALI

ØSYEKH IMAM NAWAWI TANARA

ØSYEKH MUHAMMAD HAQQIN NAAZILI

ØSYEKH ABI ABDILLAH MUHAMMAD BIN MUHAMMAD AS SANUSI

ØSYEKH ABU QOSIM JUNAIDI AL BAGHDADI

ØSYEKH AHMAD BAIDOWI

ØSYEKH AHMAD RIFA’I

ØSYEKH AHMAD NABHANI

ØSYEKH AHMAD DAIROBI

ØSYEKH ABU YAZID AL BUSTOMI

ØSYEKH IMAM AHMAD BIN ALI AL BUNI

ØSYEKH IMAM SYAMSUDIN MUHAMMAD BIN ABU BAKAR BIN AYUB AD DAMSUKI

ØSYEKH ALI ABU HAYILLAH AL MARZUQI

ØSYEKH ABU HAMID AL GHOZALI

ØSYEKH ABU ABDULLAH MUHAMMAD BIN YUSUF

Rodiyallohu ‘anhum,Annalloha Yaghfirolahum Wayarhamuhum Wayataghosahum Birrohmati Wal Maghfiroti Wayu’li Darojatihim Fil Jannah,Wayanfa’una Bibarokatihim Waasroorihim Wa Anwarihim Wa’Uluumihim Fiddini Waddunya Walakhiroh,Syaiun Lillahi Lahumul Fatihah…….

Wa ila Arwahi Jami’il Auliya Wal Ulama Indonesi & Pulau Jawa, Khususon Ila Hadroti

ØSYEKH JAMBU KARANG

ØSYEKH MAULANA MALIK IBROHIM SUNAN GRESIK

ØSYEKH MAULANA RADEN ROHMAT SUNAN AMPEL

ØSYEKH MAULANA RADEN AINUL YAQIN SUNAN GIRI

ØSYEKH MAULANA RADEN QOSIM SYARIFUDIN SUNAN DRAJAT

ØSYEKH MAULANA MAKDUM IBROHIM SUNAN BONANG

ØSYEKH MAULANA JAFAR SHIDIQ SUNAN KUDUS

ØSYEKH MAULANA RADEN SA’ID SUNAN MURIA

ØSYEKH MAULANA RADEN SYAHID SUNAN KALIJOGO

ØSYEKH MAULANA SYARIF HIDAYATULLOH SUNAN GUNUNG JATI CIREBON

ØSYEKH MAULANA RADEN FATAH DEMAK

ØSYEKH MAULANA HASANUDIN BANTEN

ØSYEKH MAULANA MANSYURUDIN BANTEN

ØSYEKH IMAM NAWAWI BANTEN

ØSYEKH AHMAD SALIM BANTEN

ØSYEKH ABDUSSALAM BANTEN

ØSYEKH ALI MANDAYA BANTEN

ØSYEKH MUHAMMAD SYAMSUDIN BANTEN

ØSYEKH ABUYA DIMYATI BANTEN

ØAL HABIB HUSEN AL IDRUS KAROMAH LUAR BATANG JAKARTA

ØRADEN PRABU KIAN SANTANG SUNAN ROHMAT GARUT

ØSYEKH ABDUL MUHYI PAMIJAHAN TASIKMALAYA

ØKI AGENG ANGGAWANA KALISOKA TEGAL

ØRADEN PURBAYA KALISOKA TEGAL

ØSYEKH SARIDIN PATI

ØSYEKH SUBAKIR

ØSYEKH ABDURRAHMAN SAMBU REMBANG

ØSYEKH ASY’ARI TUBAN

ØSYEKH TUNDUNG MUSUH TUBAN

ØSYEKH MAULANA IBROHIM SAMARQONDI TUBAN

ØSYEKH SULAIMAN MOJOKERTO

ØSYEKH ABDUL HAMID PASURUAN

ØSYEH MUHAMMAD KHOLIL BANGKALAN

ØSYEKH AHMAD KHOTIB BIN ABDUL GOFAR SAMBAS

ØSYEKH FATHULLOH HARUN AL MURTADLO

ØSYEKH GIRI WASIAT

ØSYEKH NGADIROSO

ØEYANG SHOLEH AL HAJJ

ØKIYAI SABUK ALU PINAYUNGAN

ØKIYAI SUKMA AJI SEGARA

ØKIYAI GUNTUR HIDAYATULLOH

ØMUHAMMAD FATWA AL FATIH

ØEYANG PRABU SILIWANGI

ØEYANG PRABU GALUH

ØEYANG NAGARAPAGEUH CIAMIS

ØEYANG JAGADITA SAKTI CIAMIS

Rodiyallohu ‘anhum, Annalloha Yaghfirolahum Wayarhamuhum Wayataghosahum Birrohmati Wal Maghfiroti Wayu’li Darojatihim Fil Jannah,Wayanfa’una Bibarokatihim Waasroorihim Wa Anwarihim Wa’Uluumihim Fiddini Waddunya Walakhiroh,Syaiun Lillahi Lahumul Fatihah…….

Wa Khususon Ila Arwahi :

ØHADROTUS SYEKH KH.HASIM ASY’ARI JOMBANG

ØKH.ABDURRAHMAN WAHID JOMBANG

ØGUS MA’SUM LIRBOYO

ØKH.ABDUL HAMID PASURUAN

ØKH.RADEN KHOLIL (AYAH BANJAR) CIAMIS

ØKH.MUHAMMAD ILYAS RUHYAT TASIKMALAYA

ØKH. ABBAS ABDUL JAMIL BUNTET CIREBON

Rodiyallohu ‘anhum ,Annalloha Yaghfirolahum Wayarhamuhum Wayataghosahum Birrohmati Wal Maghfiroti Wayu’li Darojatihim Fil Jannah,Wayanfa’una Bibarokatihim Waasroorihim Wa Anwarihim Wa’Uluumihim Fiddini Waddunya Walakhiroh,Syaiun Lillahi Lahumul Fatihah…….

KHUSUSON ILA ABI WA UMMI LAHUMAL FATIHAH…….

TSUMA ILAA JAMII’IL AHLIL KUBUUR MINAL MUSLIMIINA WAL MUSLIMAATI, WALMUMINIINA WAL MUMINAATI MIN MASYAARIQIL ARDI ILA MAGHORIBIHAA, BARRIHAA WA BAHRIHAA KHUSUUSHON ILAA AABAAINA WA UMMAHAATINA WAAJDADINAA WAJADDATINAA WAMASYAAYIKHINA WAMASYAAYIKHI MASYAAYIKHINAA WALIMAN AHSANA ILAINA WALIMAN AHABBA ILAINA WALIMANIJTAMA’NA HAA HUNAA BISABABIHI,LAHUMUL FAATIHAH…………

###

SURABAYA TAHUN 1945.

Syahdan, ia berdiri di atas tempat yang agak tinggi. Mengenakan bakiak yang dibawanya dari Cirebon, ia membaca doa sambil menengadahkan tangannya ke langit. Saat itulah kekuatan karamahnya keluar. Ribuan alu (penumbuk padi) dan lesung melesat dari rumah-rumah penduduk dan menerjang para serdadu musuh, memukul mundur pasukan penjajah. Pihak sekutu kemudian mengirimkan pesawat pengebom Hercules untuk meluluhlantakkan Surabaya. Namun pesawat itu, berkat kekuatan karamah Kyai Abbas, meledak di udara. ALLAHU AKBAR….

Setiap usai salat zuhur atau Asar, tahun 1920-an, sebuah langgar di langgar Buntet, Cirebon, selalu penuh sesak oleh para tamu. Ada yang datang dari daerah sekitar Jawa Barat, Jawa Tengah, bahkan ada yang dari Jawa Timur. Mereka bukan santri yang hendak menuntut ilmu agama, melainkan masyarakat yang hendak belajar ilmu kesaktian kepada sang guru.

Walaupun namanya sudah sangat terkenal di seantero pulau jawa, baik karena kesaktian maupun kealimannya. Kala itu Kiai Abbas (1879-1946) tetap saja hidup sederhana. Dilanggar beratap genteng itu, ada dua kamar dan ruang terbuka cukup lebar dengan hamparan tikar yang terbuat dari pandan. Di ruang terbuka inilah, sejak tahun 1920 hingga 1945 kiai Abbas menerima tamu tak henti-hentinya

Kiai Abbas Djamil Buntet adalah putra sulung Kiai Abdul Djamil, yang dilahirkan pada hari Jumat 24 Zulhijah 1300 H atau 1879 M di desa Pekalangan, Cirebon. Sedangkan KH. Abdul Djamil adalah putra KH. Muta’ad, menantu pendiri Pesantren Buntet, yakni mbah Muqayyim, salah seorang Mufti pada masa pemerintahan Sultan Khairuddin I, kesultanan Cirebon.

Masa kecilnya banyak dihabiskan dengan belajar pada ayahnya sendiri, KH Abdul Djamil. Setelah menguasai dasar-dasar ilmu agama, ia baru pindah ke Pesantren Sukanasari, Pleret, Cirebon, di bawah asuhan Kiai Nasuha. Kemudian pindah lagi ke Pesantren salaf di daerah Jatisari, Pimpinan Kiai Hasan, masih di jawa Barat, lalu ia melanjutkan ke sebuah Pesantren yang diasuh oleh Kiai Ubaidah di Tegal, Jawa Tengah.

Setelah berbagai ilmu keagamaan dikuasai, ia pindah ke Pesantren yang sangat kondang di Jawa Timur, Tebuireng, Jombang, di bawah asuhan Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari, tokoh kharismatik yang kemudian menjadi pendiri NU. Di Pesantren Tebuireng, kematangan dan kepribadian Kiai Abbas mulai terbentuk. Di Pesantren itu ia mulai bertemu dengan para santri lain dan Kiai yang terpandang, seperti KH. Wahab Chasbullah (Tokoh dan sekaligus salah seorang arsitek berdirinya NU), KH Abdul Manaf (pendiri pesantren Lirboyo, Kediri).

Abbas Djamil dikenal juga sebagai santri yang gigih dan giat belajar, walaupun ilmunya sudah sangat dalam, ia tetap berniat memperdalam ilmunya dengan belajar ke Makkah Al-Mukarramah. Beruntunglah ia bisa belajar ke sana. Saat itu di Tanah Mekah itu masih ada ulama Jawa terkenal sebagai guru utamanya, yaitu KH Mahfudz Termas, asal Pacitan Jawa Timur.

Sedangkan rekan santri yang lain adalah KH. Bakir (Yogjakarta), KH Abdillah (Surabaya) dan KH. Wahab Chasbullah (Jombang). Di waktu senggang, Kiai Abbas ditugasi mengajar para Mukimin (orang-orang Indonesia yang tinggal di Mekah). Santrinya antara lain, KH Cholil Balerante (Palimanan), KH Sulaiman Babakan (Ciwaringin).

Sepulang dari Makkah, Kiai Abbas Langsung memimpin Pesantren Buntet dengan penuh kesungguhan. Kiai muda ini, sangat energik, mengajarkan berbagai khasanah kitab kuning. Namun ia juga tidak lupa memperkaya dengan ilmu keislaman modern yang mulai berkembang saat itu. Kitab karya ulama Mesir, seperti Tafsir Tontowi jauhari dan Fahrurrazi, juga diajarkan di Pesantrennya.

Dengan sikapnya itu, nama Kiai Abbas dikenal di seluruh Jawa, sebagai seorang ulama yang alim dan berpikiran progresif. Namun demikian ia tetap saja rendah hati kepada para santrinya.

Walaupun usianya ketika itu sudah 60 tahun, tubuhnya masih kelihatan gagah dan tegap. Rambutnya yang lurus, dan sebagian sudah mulai memutih, selalu di tutupi peci putih yang dilengkapi serban, seperti lazimnya para Kiai. Pada saat itu, tahun 1939, perjuangan kemerdekaan sedang menuju puncaknya. Pengajaran ilmu kenuragan dirasa lebih mendesak untuk mendukung kemerdekaan. Maka Kiai Abbas pun mulai merintis perlawanan, dengan mengajarkan berbagai ilmu kanuragan pada masyarakat luas.

Sudah barang tentu orang-orang yang berguru kepada Kiai Abbas bukan sembarangan atau pesilat pemula, melainkan para pendekar yang ingin meningkatkan ilmunya. Biasanya tamu yang datang langsung di bawa masuk ke dalam kamar pribadinya. Dalam kamar itulah mereka langsung dicoba kemampuannya dengan melakukan duel, sehingga membuat suasana gaduh. Baru setelah diuji kemampuannya, sang Kiai mengijazahkan wirid tertentu sebagai amalan yang diperlukan, sehingga kesaktian dan kekebalan mereka bertambah.

Dengan gerakan itu, Pesantren Buntet dijadikan markas pergerakan kaum Republik, untuk melawan penjajahan. Mulai saat itu, pesantren Buntet menjadi basis perjuangan umat Islam melawan penjajah yang tergabung dalam barisan Hisbullah. Di Pesantren Buntet, organisasi ini di ketuai oleh Abbas dan adiknya, KH Anas, serta dibantu ulama lain, seperti KH. Murtadlo, KH. Sholeh, dan KH. Mujahid. Karena itu muncul tokoh Hisbullah di zaman pergerakan Nasional yang berasal dari Cirebon, seperti KH Hasyim Anwar, dan KH Abdullah Abbas, putra Kiai Abbas.

Ketika melakukan perang gerilya, tentara Hisbullah memusatkan perhatiannya di daerah Legok, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Kuningan, dengan front di perbukitan Cimaneungteung, yang terletak di daerah Walet selatan membentang  ke bukit Cihirup, Kecamatan Ciipancur, Kuningan. Daerah tersebut terus dipertahankan sampai terjadinya perundingan Renville tahun 1947, ketika kemudian pemerintah RI beserta semua tentaranya hijrah ke Yogjakarta pada tahun yang sama.

Semasa perang kemerdekaan, banyak warga pesantren Buntet yang gugur dalam pertempuran. Diantaranya, KH. Mujahid, Kiai Akib, Mawardi, Abdul Jalil, Nawawi, dan lain-lain.

Basis-basis kekuatan laskar yang dibangun oleh Kiai Abbas itu kemudian menjadi pilar penting bagi tercetusnya Revolusi Nofember di Surabaya tahun 1945. Peristiwa itu terbukti setelah KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945. Bung Tomo segera datang berkonsultasi kepada KH. Hasyim Asy’ari guna minta restu dimulainya perlawanan terhadap tentara Inggris. Tetapi KH Hasyim menyarankan agar perlawanan rakyat itu tidak dimulai terlebih dahulu sebelum Kiai Abbas dan laskar andalannya datang ke Surabaya.

Memang setelah dipimpin oleh Kiai Abbas dan adiknya KH. Anas, laskar Pesantren Buntet mempunyai peranan besar dalam perjuangan menentang tentara Inggris yang kemudian dikenal dengan peristiwa 10 November 1945, atas restu KH. Hasyim Asy’ari. Ia terlibat langsung dalam pertempuran di Surabaya tersebut. Selanjutnya juga Kiai Abbas mengirimkan para pemuda yang tergabung dalam tentara Hisbullah ke berbagai daerah pertahanan, untuk melawan penjajah yang hendak menguasai kembali Republik ini, seperti ke Jakarta, Bekasi, Cianjur dan lain-lain.

Di mata KH Hasyim Asy’ari, KH. Abbas memang bukan sekedar santri biasa. Dialah santri yang mempunyai beberapa kelebihan, baik dalam bidang ilmu beladiri maupun ilmu kedigdayaan. Tidak jarang kiai Abbas diminta bantuan khusus yang berkaitan dengan keahliannya itu. Hubungan KH. Hasyim dengan Kiai Abbas memang sudah lama terjalin, terlihat ketika pertama kali KH Hasyim mendirikan Pesantren Tebuireng, Kiai sakti dari Cirebon itu banyak memberikan perlindungan, terutama dari gangguan para penjahat setempat, yang merasa terusik oleh kehadiran Pesantren Tebuireng sekitar tahun 1900.

Walaupun revolusi November 1945 di Surabaya dimenangkan oleh laskar-laskar pesantren dengan gemilang, hal itu tidak membuat mereka terlena. Belanda dengan segala kelicikannya akan selalu mencari celah menikam Republiki ini. Karena itu kiai Abbas selalu mengikuti perkembangan politik, baik di lapangan maupun di meja perundingan.

Di tengah gigihnya perlawanan rakyat terhadap penjajah, misi diplomasi juga dijalankan. Semua tidak terlepas dari perhatian para ulama. Maka betapa kecewanya para pejuang, termasuk para ulama yang memimpin perang itu, ketika sikap para diplomat kita sangat lemah, banyak mengalah pada keinginan Belanda dalam perjanjian Linggarjati pada tahun 1946, yang hasilnya banyak mengecewakan tentara RI.

Mendengar isi perjanjian seperti itu, Kiai Abbas sangat terpukul, merasa perjuangannya dikhianati. Ia jatuh sakit, dan akhirnya kiai yang sangat disegani sebagai pemimpin gerilya itu wafat pada Hari Ahad, Subuh, 1 Rabiulawal 1365 atau tahun 1946 M. Beliau dimakamkan di komplek Pesantren Buntet. Mutiara dari Pesantren Buntet itu telah menyumbangkan sesuatu yang sangat berarti bagi nusa dan bangsa. Meskipun dia sudah tiada, namun semangat kepahlawanannya tidak pernah luntur dan menjadi inspirasi para pejuang muslim di seluruh nusantara



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

SYARH NADHAM ZAINIYAH

Muhammad Zainur Rakhman
(Ki Ageng Mantyasih)

Nadham ini terdiri dari 40 bait yang terbagi atas beberapa bagian. Nadham ini disusun dengan sedemikian rupa untuk dilagukan dengan nada khas tertentu. Lantunan nada yang digunakan dalam Nadham ini merupakan nada jiwa yang terilhamkan ke dalam rasa jiwa penyusun. Penyebutan Nadham Zainiyah dimaksudkan dalam makna yang lebih luas yakni, “bait-bait syair pengikut kebagusan”. Nadham Zainiyah dibagi menjadi beberapa bagian yakni:

Pembukaan

Pembagian Kehendak

Perbandingan Keuntungan

Rumusan Masalah

Rumusan Penyelesaian

Asas

Munajat

Thariqah

Fikroh

Penutup

Berikut Penjelasannya:

Pembukaan

Bismillah ku mulai kalam untuk mengunduh berkah/ Kuhirup nafas dedalam ku panjatkan hamdallah/ Rahmat keagungan dan juga keselamatan/ Moga terlimpah curah pada Nabi kecintaan

Bagian pembukan terdiri tiga hal yang digunakan sebagai kunci sebuah amalan ataupun doa, yakni: Basmallah, Tahmid, dan Sholawat serta Salam. Basmallah digunakan sebagai pengundang keberkahan, yakni bertambahnya kebaikan dengan kebaikan, atau berlipat-lipatnya kebaikan. Di dalam basmallah terhadap rahasia dan kunci alam semesta. Basmallah bagaikan tombol yang berfungsi sebagai copy sekaligus paste yang bekerja secara otomatis. Di dalamnya, ada ismul a’dhom, dan dua asmaul husna yang paling utama. Segala macam kekuatan merusak akan menjadi tawar dengannya, segala sesuatu yang menjadi penghalang akan hilang, semua jenis tutup akan terbuka.

Berikutnya adalah tahmid. Tahmid merupakan ungkapan rasa syukur sekaligus legalitas atas suatu amalan. Pembacaan yang diiringi dengan hirupan nafas, akan menyatukan seluruh jiwa, dan merefresh jiwa semesta, sehingga segala goncangan akan diseimbangkan, dan energi kebaikan akan melimpah sempurna beriringnya prasangka baik dari sang pemuji. Setiap nafas yang diiringi pujian kepada Pemelihara Alam, akan meredam setiap gejolak keburukan, penyimpangan, dan munculnya benda-benda yang menghalangi cahaya sehingga timbul bayang-bayang. Semakin kuatnya penghayatan dalam pujian, maka semakin kuat pula gelombang yang akan dipancarkan untuk menetralkan setiap energi negatif yang muncul dari hawa nafsu, dan memberikan nuansa kedamaian yang bisa dirasakan dalam jiwa maupun nuansa yang bisa dirasakan pada alam dan kehidupan. Aroma kedamaian akan merasuk, orgasme spiritual akan mencapai puncaknya. Nah, saat itulah, kekuatan sholawat dan salam, sebagai wasilah adanya pelimpahan Nur Muhammad, akan berguna sebagai pengekalan energi-energi kebaikan yang telah ada, dan melipatgandakan menjadi berkali-kali lipat.

Allahumma Shalli ‘ala Nuril Anwar, wa Sirril Asror, wa Tiryaqil Aghyar, wa Miftahiba bil Yasar, Sayyidina wa Maulana Muhammadinil Mukhtar, wa Aalihil Athhar, wa Ashhabihil Ahyar, ‘adada ni’amillahhi wa ifdhalih. Jika Njenengan berkehendak memiliki putra sembilan anak laki-laki, dua yang terakhir kembar, maka berilah mereka nama:

Anak pertama : Muhammad Nuril Anwar (Nuril)

Anak kedua : Muhammad Sirrul Asrar (Asrar)

Anak ketiga : Muhammad Tiryaqil Aghyar (Tiryaq)

Anak keempat : Muhammad Miftahul Yasar (Yasar)

Anak kelima : Maulana Muhammad Mukhtar (Mukhtar)

Anak keenam : Muhammad Aali Athhar (Athhar)

Anak ketujuh : Muhammad Shohibul Ahyar (Ahyar)

Anak kedelapan (kembar) : Muhammad Ni’am (Ni’am)

Anak kesembilan (kembar) : Muhammad Fadhil (Fadhil)

Tentunya, kesembilan anak tersebut akan sangat membuat Anda sibuk. Hm…

Pembagian Kehendak

Dalam kehendak manusia terbagi dua/ Yang pertama sungguh menginginkan dunia/ Yang kedua gemar merindukan akhiratnya/ Kawan duhai kawan pilihlah yang kedua

Segala yang manusia lakukan berangkat dari dua kecenderungan tersebut, duniawi atau ukhrawi. Meskipun pada bentuk lahiriahnya, tidak bisa ditentukan mana-mana aktifitas yang bernilai dunia, dan mana-mana yang bernilai akherat. Amalan dunia yang diniati untuk meraih keridhaan Allah, bernilai akherat. Sebaliknya, sholat yang merupakan amalan akherat, bisa menjadi bernilai dunia, jika niatnya adalah untuk selain Allah. Riya dan tidaknya suatu amalan, ikhlas dan tidaknya sebuah ibadah, tergantung fokusnya kepada siapa, Allah atau selain Allah. Jika Njenengan kepengin dianggap rendah hati oleh orang-orang, berarti Njenengan sombong. Jika Njenangan mengakui bahwa Njenengan sombong, tidak terluka jika ada orang yang mengatakan Njenengan orangnya sombong suka pamer, berarti Njenengan rendah hati.

Perbandingan Keuntungan

Dunia dan akhirat bagai debu dan sahara/ Terlampau jauh dalam hal perbedaannya/ Begitu pula dalam hal keuntungannya/ Namun banyak manusia tertipu tak berdaya/ Cinta dunia pangkal segala bencana/ Cinta akhirat permulaan yang mulia/ Dunia tempat singgah yang penuh dengan godaan/ Akhirat tempat kembali sungguh penuh kenikmatan/ Nikmat akhirat dilimput keabadian/Tak lekang oleh ruang tak lapuk oleh zaman/ Sebagai balasan atas semua perbuatan/ Kecil ataupun besar semua tak terlewatkan

Dunia itu debu, sedangkan akherat padang pasirnya, bisa dibayangkan betapa jauh perbandingan antara debu dan padang pasir. Setiap niatan kecenderungan yang bernilai dunia, akan membebani seseorang sehingga meluncur menuju kehinaan, jauh dari Allah. Sebaliknya, niatan yang bernilai dan berorientasi akherat, adalah sebuah permulaan untuk menuju sebuah kemuliaan. Dunia dan akherat yang dimaksud disini adalah niat kecenderungannya, bukan bentuk lahiriah amalannya. Kita sering tertipu dengan kesan akherat, padahal sebenarnya dunia, juga kesan dunia sebenarnya akherat. Bukan mengejar kesan, siapapun yang mengejar kesan, pandangannya masih diliputi makhluq, tidak akan pernah mencapai hakikat kesejatian. Untuk itulah diperlukan asma dan ajian. Yakni, Asma’ Ndableg Rajeh, dan Ajian Ndablong Saketi. Asma’ Ndableg Rajeh, bisa Njenengan kuasai ketika Njenengan tidak lagi sakit hati terhadap celaan dan penghinaan dari manusia, tidak mengharap dihargai, tidak mengharap dipuji, tidak mengharap apa-apa, hati Njenengan begitu diliput oleh Allah, sehingga apapun yang diperbuat makhluq terhadap Njenengan, baik itu yang berupa keadilan atau kezaliman, Njenengan terima dengan ikhlas. Ikhlas menerima pujian itu lebih susah dari ikhlas menerima celaan lho. Kemudian untuk Ajian Ndablong Saketi, akan Njenengan kuasai ketika Njenengan bisa berbuat dengan penuh kebebasan, tanpa tendensi, tanpa melihat makhluq, pokoknya nggak takut malu, dipermalukan, bebas, tidak terbelenggu pekewuh, ngga mikir sopan atau tidak, soalnya setiap saat berhadapan dengan sang khaliq, bergerak atas dasar kata hati.

Rumusan Masalah

Godaan dunia sungguh beraneka warna/ Membuat manusia lupa asal muasalnya/ Mencemar jiwa hilanglah kemurniannya/ Mengeruh wajah musnahlah cahayanya/ Godaan terbesar pria adalah para wanita/ Godaan terbesar wanita yakni cinta akan harta

Yang dimaksdud godaan digambarkan sebagai berikut: saat Njenengan sibuk memandang Allah, nah tiba-tiba Njenengan melirik atau memalingkan pandangan kepada selain Allah, itu namanya Njenengan tergoda. Secara umum, godaan laki-laki itu wanita, dan godaan wanita itu harta. Kalau ada laki-laki yang tergoda dengan harta melebihi ketergodaan terhadap wanita, itu berarti memiliki sisi feminin. Kalau wanita tergoda dengan kegantengan laki-laki melebihi ketergodaan terhadap harta, itu berarti memiliki sisi maskulin. Setiap bentuk palingan akan mengurangi kejernihan wajah dan terhalangnya cahaya ilahi. Setiap bentuk godaan yang dituruti akan menimbun kemurnian, sehingga kepalsuan-kepalsuan akan mendominasi, dan hidup tak lebih dari kepura-puraan, jauh dari ‘sejatining urip’.

Rumusan Penyelesaian

Perhatikan niatmu kawan teliti setiap keinginan/ Adakah Allah disana sebagai maksud dan tujuan/ Banyak niat tersembunyi yang tiada kau sadari/ Muncul ke permukaan hati saat sesuatu terjadi/ Cepat-cepatlah ingat tuluskan semua niat/ Jadikan keterjadian agar kau bertambah dekat

Setiap saat, godaan akan datang, ujian bertambah berat seiring bertambahnya tingkatan, oleh karena itu, yang paling penting adalah kedekatan dengan Allah, itu yang harus menjadi orientasi dan bingkai segalanya. ‘Dalam rangka mendekat’ adalah kaidah untuk setiap aktifitas dan gerak kita. Jatuh bangun tak masalah, jika terus berlari mendekat kepada Nya.

Asas

Gerak mendekat padaNya sebuah penyucian/ Menjauh dariNya bertumbuhnya kekotoran/ Hilangkan dirimu, tegaskan Dia adanya/ Benamkan dirimu dalam lautan cintaNya/ Tiada daya dan tiada kekuatan/ Cukuplah Dia kokoh sebagai tambatan/ Hati yang rindu akan sebuah perjumpaan/ Mengalir air mata betapa ingin menatapNya

Inilah asas atau pondasi dalam setiap aktifitas. Pokoke sing penting iku, Allah. Kita berharap sebuah perjumpaan agung, nanti pada saatnya. Maka, barangsiapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya, hendaklah ia melakukan amal shaleh, dan tidak menyekutukan Tuhan dengan sesuatupun (al Kahfi, ayat terakhir).

Munajat

“Allah puji bagiMu puji yang sederhana/ Mengalun dari jiwa hamba yang penuh dosa/ Tarik hamba genggam hamba jangan Engkau lepaskan/ Hancur lebur diri hamba tatkala Kau tinggalkan// Allah puji bagiMu puji dalam rahmatMu/ Segala kesempurnaan sungguh hanya milikMu/ Hamba fakir, hamba fana, hanyut dalam WujudMu/ Baqa hamba, wujud hamba, tergantung kuasaMu// Allah puji bagiMu ku bersyukur padaMu/ Atas sgala sempurna yang kau titipkan padaku/ Ku rela Kau perlakukan sesuai kehendakMu/ Sungguh Engkau Tahu, benarlah aku tak tahu// Apapun yang Kau beri, apapun yang terjadi/ Selalu lah yang terbaik, meski meremas hati/ Kuatkan aku Allah, untukMu aku bersabar/ Dekatkan aku Allah, meski diri ini terbakar// Ku lemah tak berdaya, tatkala tanggung derita/ Berkat cintaMu sungguh aku kuat menerima/ Berserah sepenuhnya, cukuplah Engkau pelita/ Selain Mu duhai Allah, ku tak ingin apa-apa// Akhirnya ku memuji puji Alhamdulillah/ Shalawat dan salam pada Rasul syafa’ah/ Munajatku hanya munajat yang sungguh tiada pantas/ Berharap ku berharap diri lekas terbebas”

Munajat ini dibaca pada pagi dan sore. Isi munajat ini akan dipahami dengan sendirinya oleh yang mendawamkan. Dan secara bertahap, seseorang akan dipandu menuju Allah.

Thariqah

Duhai kawan jagalah jiwa slalu berserah/ Berlomba-lomba dalam ikhlas beribadah/ Yang terutama shalat, jangan sampai terlambat/ Daraslah Quran Mulia, sepenuh rasa menghayat/ Zikir seiring nafas penghancur nafsu yang keras/ Angkat Laa dari pusar hingga kepala teratas/ Hantamkan ilaha pada lambung yang kanan/ Ke kiri tepat jantung, illallah kuat kau hunjamkan

Dalam berjalan menuju Allah, caranya adalah dengan berpasrah, dan berusaha dalam keikhlasan. Ada tiga amalan utama sebagai kendaraan dalam jalan menuju Allah, yakni: Sholat wajib di awal waktu dan shalat tahajud serta dhuha yang didawamkan, lalu mendaras al Qur’an dengan penuh kekhusyukkan dalam rangka dialog dengan Allah, meskipun tidak tahu maknanya. Terakhir, adalah zikir dengan metode nafas, yakni bertujuan untuk memberikan kekuatan kepada Akal sehat, agar bisa mengalahkan nafsu lawwamah yang letaknya di lambung kanan, dan juga nafsu amarah yang letaknya pada jantung. Dengan tiga komponen amalan tersebut, diharapkan bisa menjadi kendaraan yang canggih dan tahan banting menuju Allah.

Ketiganya, yang dipentingkan adalah penghayatan, bukan seberapa banyaknya. Saat sholat di awal waktu, pemahamannya adalah untuk memposisikan diri dalam siklus ilahi, sehingga segala sesuatu yang ada diantara satu sholat dengan sholat yang lain, akan berada dalam pengurusan dan penjagaan terbaik dari Allah. Selain itu, adalah sebagai penghargaan dan bukti kuatnya rasa cinta, untuk terus menerus cari perhatian (caper) sama Allah, menunjukkan kesungguhan dan rasa kangen, dalam setiap mikraj pertemuan dengan Allah, salik selalu sudah berada ditempat sebelum dipanggil melalui adzan. Ini menunjukkan sebuah totalitas penyembahan, totalitas pengabdian, dan dengan ini segala pintu-pintu syirik akan ditutup, semua pintu kemunafikan, akan dikunci. Kemudian, untuk tahajud dan dhuha, adalah sebagai ibadah tambahan, yang dalam hal ini, sekali lagi adalah sebagai bukti, bahwa dalam waktu-waktu yang tak diwajibkan pun, salik ingin selalu menghadap, ingin bertemu, ingin melepas rindu, ingin mikraj, apapun imbalan yang diberikan, itu tak jadi soal, karena yang terpenting adalah Allah sendiri, bukan yang lain. Dalam hal mendaras KalamNya pun, bukan berapa lembar yang menjadi perhitungan, akan tetapi seberapa trenyuh hati tatkala membaca kata-kata dari Allah, seberapa hangat hati tatkala membunyikan satu per satu ayat, hingga air mata pun tak bisa dibendung. Terakhir untuk zikir, maka ketepatan nafas dan konsentrasi alir-alur agar diperhatikan, mulai dari pusar ke atas pucuk kepala, untuk menutup segala bisikan dari syetan, kemudian dihantamkan secara mental konsentratif ke lambung kanan, dan dengan kekuatan total ke arah jantung. Maka pada saat ke atas, adalah saat penarikan nafas, saat ke kanan adalah penahanan nafas, dan pada saat ke kiri adalah penghembusan nafas.

Fikroh

Segala dalam Islam, hanya empat tujuan/ Pertama kesucian, kedua kedermawanan/ Ketiga keadilan, keempat kerendahan hati/ Islam dalam satu makna, adalah ikhlas mengabdi

Penyusun memahami Islam dalam kerangka tujuan empat hal tersebut. Wujud Islam yang penyusun yakini, adalah memuat empat hal tersebut. Maka mewujudkan empat hal tersebut dalam diri, dalam keluarga, dalam masyarakat, komunitas, dan kehidupan berbangsa dan bernegara, itulah yang disebut dakwah. Dan jika ditanya, apa itu Islam, maka jawaban yang memuat segala tentang Islam, adalah keikhlasan (al Bayyinah). Karena hanya ‘mukhlisin’ yang tidak bisa disesatkan oleh iblis. Inilah fikrah penyusun, tentang Islam. Wallahu a’lam.

Kesucian : Hati menampung Allah semata.

Kedermawanan : Hati memancarkan cinta kasih yang diwujudkan dalam amal perbuatan.

Keadilan : Hati memandang segala sesuatu sesuai dengan proporsinya, apa adanya.

Kerendahan hati : Hati mengetahui betul posisi diri yang bukan siapa-siapa.

Penutup

Inilah akhir kalam yang penuh keterbatasan/ Dari hamba al fakir, Muhammad Zainur Rakhman/ Moga jadi amalan, moga mendapat ampunan/ Berikut ayah bunda, serta istri kesayangan

Bagaimanapun juga, empat puluh bait ini sungguh-sungguh terbatas. Ditulis oleh seorang abdi yang sangat membutuhkan Tuhannya, bernama Muhammad Zainur Rakhman, lahir malam Sabtu Kliwon, pada tanggal 9 Oktober. Harapannya adalah agar empatpuluh bait sederhana ini bisa menjadi amal shaleh, jariyah, sekaligus ilmu yang bermanfaat bagi para pembaca. Dan mudah-mudahan segala pahalanya mengalir untuk kedua orang tua dan sang istri tersayang.

.Bagi yang mendapat ijazah khusus, insyaAllah, akan saya doakan secara khusus pula, siapa tahu, ada manfaatnya. Mohon maaf, saya tidak bisa menjanjikan fadhilah dan manfaat apa-apa, jika hati Njenengan tergerak, silahkan saja, mudah-mudahan Allah akan melimpahkan kebaikan yang banyak kepada Njenengan sekeluarga.
Salam Pamuji Rahayu.



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262