ILMU PANCAWARNA TUNGAL JATI

assalamu alikum warohmatullah waborakatu..

alhmdulillah puji syukur khadirat Allah subhanahu wata’ala,,

sblumnya salam kenal dari saya manwan al fakir,, kpda EYANG SAMAR,, pini sepuh, lan sdulur sdoyo.

ijinkan sya,, mmbagi sdikit pngetahuan tentang ilmu dari warisan,,nenek moyang qta bngsa indonesia tercinta ini..tdk lain hnya ingin mnambah wawasan,pengetahuan,wacana isi,di dalam LASKAR kita ini,, karna begitu bnyak ke ilmuan yg sya blum tau dluar sana,, dengan bergabung di kwa,, sya mendptkn bgtu bnyk masukan2 baru tmpa harus mengeluarkan kocek berjuta2 untuk memaharinya… trimaksih kami ucpkn kpa sluruh sodara2 kwa di nusantara yg telah menyumbangkn berbagai warisan nnek moyang qita,,sehingga terciptalah wadah kwa shingga mnbah persaudara’an untuk berbagi..

awal mula saya medptkn ijazahan ilmu ini,,sya dptkan dari,,,MUHAMMAD IDRIS NAWAWI tajul alam… dan beliau lah yg mnulis cerita ini,, asal mu’asal dari ilmu pancawarna tunggal jati,,, saya hanya mneruskan pnulisan cerita beliau,ke saudar2 kwa agar bisa dnikmati bersama,menjadi bahan pengetahuan qita akan ilmu2 warisan leluhur bangsa indonesia,,,

mhon mv jika ada yg salah dlam penulisan ini,,, ini hanya sarana pengetahuan saja,,, klo mo percaya moggo.. jika tidak juga mnggo…

Kala kehancuran Majapahit telah diboyong oleh Demak Bintoro, dan peradaban Hindu kian menyusut oleh ajaran Islam, seorang resi agung yang dahulunya menjadi panglima kerajaan Majapahit datang menemui Resi Wanayasa Agung Bimantara Cakra Bumi (julukan Mbah Kuwu Cakra Buana, kala itu) beliau adalah mantan panglima besar Damar Wulan.

Setelah sembah sujud dihadapannya, Damar Wulan, langsung menghaturkan maksud dan tujuannya:

“Duhhh…… Rayi…terimalah hamba sebagai muridmu, sesungguhnya jeng Nabi Muhammad SAW, telah mendatangiku untuk memohon Syafaatmu yang membawa kebajikan dunia akherat, berilah hamba setetes ilmumu wahai putra Siliwangi”.

Lalu Mbah Kuwu Cakra Buana, menengadah wajahnya ke atas dan dilihatnya di alamul Lauh Mahfudz, nama Damar Wulan, telah tercatat sebagai Insanul Jannah di akhir hayatnya kelak. Maka beliaupun men-Syahid Damar Wulan, dan diberikannya ilmu ke Ma’rifatan berupa “Pancawarna Tunggal Jati”.

Selang seminggu kemudian Damar Wulan, datang kembali menemui gurunya Mbah Kuwu Cakra Buana: “Wahai Wali Allah,,,sungguh mulia sekali ilmu Pancawarna Tunggal jati, yang kau berikan kepadaku….. Dahulu saya berpikiran bahwa ilmu yang ada padaku sudah kurasa cukup, namun dengan adanya ilmu Pancawarna Tunggal Jati, semuanya tiada berarti sama sekali. Kini aku sudah maujud dengan apa yang ku cari selama ini, semoga pulau Jawa, akan menjadi bagianmu kelak”. Lalu Damar Wulan-pun menghilang dan tidak pernah kembali lagi.

Dikisahkan pula pada abad 14, dimana para WaliSongo, sudah menduduki maqomnya masing-masing, salah satu dari putra Prabu Siliwangi, yang bernama Kian Santang, malah sebaliknya bertolak belakang dengan sifat kakaknya Prabu Walang Sungsang atau Mbah Kuwu Cakra Buana, yang terkenal arif dan bijaksana.

Kian Santang, dengan jiwa mudanya selalu berambisi untuk menjadi orang No-1 dalam ilmu kesaktian, beliau juga tak segan menantang siapapun yang dianggapnya sakti, baik yang berasal dari aliran putih maupun hitam. Bahkan dimana beliau kedapatan kabar, ada salah satu orang sakti di suatu daerah, beliau langsung mendatanginya untuk mengadu ilmu kesaktian.

Tak jarang para resi dan pertapa lainnya menjadi tumbal kesaktiannya juga para jawara maupun pembunuh bayaran yang benci akan ulahnya tak luput kena getahnya pula.

Hingga di suatu hari beliau kedapatan informasi bahwa di daerah Mekkah, ada salah satu jawara pilih tanding yang terkenal akan kesaktiannya. Tanpa buang waktu beliaupun langsung terbang menuju arah yang dimaksud.

Disini Allah SWT, telah menunjukkan jalan terang baginya, karena sesungguhnya yang di cari Kian Santang, adalah Saiyidina Ali RA, Sahabat Nabi Muhammad SAW, yang kurun dan waktunya sudah jauh berbeda.

Namun atas keagungan-Nya… Saiyidina Ali RA, diturunkan kembali ke bumi untuk membuka hidayah baginya menuju jalan yang di ridhoi Allah SWT.

Sesampainya di tanah suci Mekkah, Kian Santang, langsung bertanya kepada seorang kakek pembawa tongkat: “Wahai kisanak,,,,taukah anda dimana tempat tinggalnya Ali, yang katanya mempunyai ilmu kesaktian luar biasa?”

Yang ditanya diam saja dan sambil menancapkan tongkatnya ke tanah, sang kakek tadi langsung meninggalkan Kian Santang, seorang diri.

Dalam hati Kian Santang, berkata!! Pasti orang ini tahu dimana Ali, berada, maka di kejarlah kakek tadi: “Wahai kakek jangan bikin aku gusar,,,,tolong katakan di mana rumah Ali”. Dengan nada kasar.

“Wahai anak muda, memang aku tahu di mana Ali, berada, namun tolong ambilkan tongkatku,,,aku lupa membawanya” sambil sang kakek menunjuk tongkatnya yang beliau tancapkan tadi.

Kian Santang, dengan entengnya mendatangi tongkat sang kakek, yang tak lain adalah Saiyidina Ali RA, sendiri,,,, Beliaupun langsung mencabutnya. Namun……….apa yang terjadi…..Jangankan tongkat itu tercabut,,,bergerakpun juga tidak.

Berkali-kali Kian Santang, merapalkan ajian untuk bisa mencabut tongkat itu namun semuanya sia-sia. Tahu siapa yang dihadapinya saat ini,,,, beliaupun langsung sujud di kaki Saiyidina Ali RA.

“Wahai kisanak,,,aku mengaku kalah dan ijinkan aku pulang”

Dengan rasa malu Kian Santang, langsung cabut diri, beliau merapalkan ajian terbangnya. Namun lagi-lagi ilmu yang di milikinya tak bisa membawanya pulang. Bahkan bukanya dia langsung raib seperti biasanya, malah sekarang dirinya seperti katak sedang berjongkok, diam dan masih di tempat semula.

Dengan tersenyum Saiyidina Ali RA, berkata: “Kisanak, bila engkau ingin pulang, ada satu ilmu yang bisa menghantarkanmu sampai ke pulau Jawa”.

Merasa dirinya ada harapan,,,, maka di turutilah ucapan sang kakek tadi dan setelah keduanya singgah di salah satu bangunan tua, Saiyidina Ali RA, yang sudah mengenalkan jati diri kepada Kian Santang, mulai mengajarkan Kalimat Syahadatain dan Hakikat Bismillahirrohmanirrohiim.

Selang beberapa hari kemudian Saiyidina Ali RA, menyudahi pengajarannya:

“Wahai Andika, kini sudah saatnya kau pulang, carilah orang yang tubuhnya bercahaya (Nur ke- Walian) berikanlah sorban dan batu ini (kenanga lonjong) padanya, sesungguhnya dialah bagian dari darah putraku Husen. Mengabdillah padanya”.

Dengan menghaturkan sembah bakti, Kian Santang, langsung terbang menuju pulau Jawa. Siang malam beliau terus mencari orang yang bakal menjadi gurunya kelak, rasa haru dan ingin segera bertemu membuatnya haus akan Islam semakin bertambah.

Berbulan-bulan beliau terus mencari dari satu tempat ke tempat lainnya, namun apa yang dicarinya belum juga di ketemukan. Teringat akan kakandanya yang sudah lebih dulu masuk islam, beliaupun langsung mendatanginya guna minta petunjuk atas ciri dari orang yang selama ini di carinya.

Tepatnya pada malam 10 As-Syura tahun 1421M, dimana masjid Agung Sang Cipta Rasa Cirebon, sedang menggelar Tasyakkur Akbar, atas pergantian tahun Islam, ditengah keramaian umat manusia, seberkas cahaya terang benderang telah menahan kaki Kian Santang, yang akan menuju rumah kakandanya. Ya….Cahaya itu datangnya dari dalam masjid Agung.

Dengan hati berdebar Kian Santang, membelokkan langkahnya menuju pintu dalam masjid, semakin dekat cahaya itu semakin menyilaukan matanya hingga beliau tak sadar kakinya terjatuh atas banyaknya orang yang berlalu lalang di dalam masjid.

Secara spontan Kian Santang, berkata sangat keras!!: “Wahai Nurulloh…..Wahai Waliyulloh….Wahai Ma’rifatulloh…Wahai orang yang mempunyai darah Saiyidina Husen!!!!” Tak ayal ucapannya ini membuat semua orang yang hadir tertuju padanya.

Dengan keadaan masih terduduk karena terjatuh tadi, tiba-tiba Mbah Kuwu Cakra Buana, sudah berada dihadapannya.

Melihat keyakinannya yang begitu matang serta perjalanannya yang cukup lama dalam mencari seorang guru Mursyid, Allah- pun membutakan mata kasarnya dan menggantinya dengan hati Muthmainnah keagungan, sehingga sewaktu melihat apa yang ada di hadapannya saat itu, beliau hanya melihatnya Nur (cahaya ke Walian) yang begitu besar dan agung.

Kian Santang, langsung menubruknya sambil menangis hesteris: “Ya Allah, jadikanlah aku muridnya, dan jadikanlah aku dalam Syafaatnya, sesungguhnya aku tak mampu jauh darinya, Kau sudah menemukan apa yang aku cari selama ini, satukanlah diriku dengan guruku selama-lamanya”.

Dengan perkataan Kian Santang, barusan, semua yang hadir langsung berucap “Asyhadu Anlaa Ilaha Illalloh, Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rosululloh!!” Kalimah inilah yang biasa di pakai para Waliyulloh, dimana ada salah satu orang yang diangkat derajatnya menjadi Waliyulloh A’dzom.

Setelah sorban dan batu Kenanga Derajat, pemberian Saiyidina Ali Ra, diserahkan kepada kakaknya, Kian Santang, mulai mengabdi. Dan sejak itu pula beliau tidak pernah satu kalipun memanggil Mbah Kuwu Cakra Buana, dengan panggilan kakak, melainkan beliau memanggilnya dengan sebutan, Syaikhun Kamil atau Syeikhina Ruhul ‘Adzom.

Lima belas tahun Kian Santang, mengabdi kepada kakandanya, dan selama itu pula beliau tidak pernah berani menanyakkan sesuatu apapun kecuali gurunya sendiri yang meyuruh.

Pada suatu malam Mbah Kuwu Cakra Buana, memanggil adiknya Kian Santang: “Adikku….kau kini boleh pergi,,,kurasa ilmumu sudah cukup, sebarkanlah Islam, sebagaimana Rosululloh SAW, mengajarkan pada umatnya”.

“Bila selama kau ikut denganku ada yang musykhil atau kurang paham, katakan saja padaku sehingga hatimu bersih dari sifat Tadbir/hayalan” Dan dengan sifat khiidmat, Kian Santang-pun bertanya secara hati-hati.

“Guruku yang di hormati Allah, memang benar apa yang Syeikh, katakan tadi, sesungguhnya selama ini ada ganjalan yang selalu membebani hatiku. Bila Syeikh berkenan menjawab, saya hanya ingin tahu amalan atau ibadah yang bagaimana sehingga sewaktu pertama kali ku bertemu, tubuh Syeikh sangat bersinar terang. Dan mengapa Saiyidina Ali RA, mengatakan bahwa Syeikh,, bagian dari darah Saiyidina Husen” .

Dengan senyum mengembang, Mbah Kuwu Cakra Buana, menerangkannya: “Adikku, siapapun itu orangnya, bila kita telah diakui oleh alam semesta, niscaya maqomatlah yang menjadi baluran bajunya, dan dimana mereka ditempatkan, maka semuanya tunduk atas karomahnya, tak lain semua itu berawal dari derajatku sendiri, Pancawarna Tunggal Jati”.

“Allah, telah menempatkan Asbabnya masing-masing, dan Allah, tidak pernah melihat hambanya dengan ibadah lahir maupun ilmu kulit, melainkan Allah, akan selalu melihat hambannya dengan cara ketundukkan hamba itu sendiri sebagai Thobaqo Antobaqnya manusia terhadap Tuhannya. Sebagai ahli Jawa, Allah, telah mengutus Malaikat Jibril AS, yang di sampaikan kepada Nabiyulloh Hidir AS, guna menjumpaiku, dengan memberikan ilmu Pancawarna Tunggal Jati. Ilmu ini bagian dari sastra alam semesta, dimana ilmu ini telah menyatu, maka seluruh alam semesta tunduk dalam genggaman tangan (Quthbul Muthlak)”

“Sedangkan mengapa Aku di sebut sebagai titisan darah Saiyidina Husen. Semua tak lain, karena keturunanmu dan keturunanku bukan dari jalurnya melainkan dari Hyang Wisnu dan Batara Brahma. Namun sejak zaman Nabi Adam AS, hingga kini, Allah, telah menempatkanku ditengah jalan keduanya, yaitu menikahkan putriku Pakungwati (dari keturunan Batara) dengan Syarif Hidayatulloh (dari keturunan Islam) sehingga dengan bersatunya kedua aliran ini tidak ada suatu perbedaanpun diantara keduannya untuk menuju Allah SWT.

Disela perpisahannya Mbah Kuwu Cakra Buana, mengijazahkan ilmu “Pancawarna Tunggal Jati” kepada adiknya tercinta Kian Santang. Inilah bunyi ilmu Pancawarna Tunggal Jati.

-Bismillahirrohmanirrohiim.

Pancawarna Tunggal Jati, Angklik Jati Gamparan Gilang Kencana. Kedosan jadi rasa. Wong sejagat buana surem kabeh. Gemebyar……Kaya Lintang Raenaya. Mencorong kaya bulan tanggal empat belas. Nurbuat cahayane para Malaikat. Nur cahya nure Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Nur eka nure para Nabi. Nur asih nure para Wali. Nur sejati neng badan kaula. Yang artinya sebagai berikut:

“Pancawarna Tunggal Jati, jadi wasilah dari segala wasilah yang sangat di muliakan. Apa yang kita harapkan jadi nyata. Orang sedunia tunduk semua. Badanku bersinar terang seperti terangnya bulan tanggal empat belas. Peganganku adalah cahayanya Malaikat. Peganganku adalah cahayanya Kanjeng Rosululloh SAW. Aura yang ada di dalam tubuhku adalah Nur nya para Nabi. Aura pengasihanku adalah Nur nya para Wali. Dan semua Nur yang ada di alam semesta adalah kepunyaanku”.

pnebusan dengan tata cara sebagai berikut:

-Wajib berpuasa sunnah selama 1095 hari atau selama 3 tahun lamanya, mengecualikan hari raya dan Tasyrik.

-Setiap malamnya amalan ini wajib di baca sebanyak 707x.

-Setiap buka dan sahur diharuskan makan tanpa bernyawa.




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

DZIKIR DAN WIRID

AS-SAYYID MUHAMMAD SHADIQ AL-IRAQI R.A

 

Assalamu’alaikum wr, wb…santri KOS yang kami muliakan, diantara beragamnya bacaan untuk memudahkan rezeqi ada baiknya kami tuliskan untukmu satu Dzikir wirid yang termasyhur dikalangan Habaib. Sekedar untuk menambah khasanah ke ilmuan di LASKARKHODAM SAKTI  ini.Tidak ada gunanya mengamalkan amalan yang panjang tetapi hilang tak berbekas, sedikit tetapi menetap dan istiqomah adalah jauh lebih baik untukmu. Wirid ini merupakan Ijazah dari Al-Habib Muhammad bin Ali Syahab, Palembang.Inilah sekelumit riwayat yang menyertai Dzikir wirid tersebut….:

Al-Allamah Mirza Husein An-Nauri menceritakan tentang riwayat dzikir dan wiridnya Sayyidina Muhammad Shodiq ini. Kata beliau saat itu keadaan Sayyid Muhammad Shodiq sangat menyedihkan dan dalam kesulitan yang menghimpit. Sampai kemudian beliau, sayyidina Muhammad shodiq tidur dan bermimpi seolah-olah berada disuatu lembah besar. Disitu terdapat satu bangunan besar berbentuk Gubah. Maka ditanyakan beliau kepada orang-orang yang berada disekitar bangunan tersebut, siapa pemiliknya. Dikatakan pada beliau bangunan itu milik Sayyidina Al-Imam Ibnu Hasan Al-Askari R.a.

Beliau langsung bergegas menemui sang Imam. Ketika sampai dihadapannya, beliau langsung mengadukan keadaannya yang buruk, sesusahan dan kesempitannya, dan memohon do’a untuk memecahkan semua kecemasannya itu. Sayyidina Ibnu Hasan meminta dia untuk menemui Sayyid Muhammad Sulthan Abadi Rahimahullah, dan menunjukkan tempatnya. Sayyidina Muhammad Shodiq segera menuju tempat yang dimaksud. Didapatinya Sang Sayyid sedang asyik berdo’a dan membaca Alqur’an. Beliau langsung menyampaikan pesan dari Sayyid ibnu Hasan. Maka Sayyidina Muhammad Sulthan Abadi R.h mengajarkan padanya sebuah do’a yang bisa memecahkan kesempitan dan mendatangkan rezeki.

Tiba-tiba Sayyid Muhammad terbangun dan doa tadi masih diingatnya. Dia pun langsung menuju ketempat Sayyidina Muhammad Sulthan Abadi R.h. Sesampainya dirumah sayyid, benar saja didapatinya ia sedang duduk di mushallanya persis seperti yang dilihatnya didalam mimpi. Beliau mengucapkan salam kepadanya. Dengan senyuman menghiasi wajah, sang sayyid menjawabnya seolah-olah ia sudah tahu keperluannya. Beliaupun meminta apa yang dimintanya dalam mimpi. Benar saja Sayyid Muhammad Sulthan R.h mengajarinya do’a yang sama.Muhammad shodiq segera mengamalkan do’a itu. Tak lama berselang duniapun melimpah ruah kepadanya datang dari segala penjuru. Dzikir yang diajarkan Sayyid Sulthan baik sewaktu dalam mimpi maupun ketika sudah jaga, adalah 3 macam wirid yang diamalkan setelah sholat shubuh.

بسم الله الر حمن الرحيم

يا فتاح

‘ Wahai yang Maha Pembuka ‘ 70 x.

( catatan : Dibaca sambil meletakkan tangan kanan didada )

لاحول ولا قوة الا بالله.توكلت على الحي الذي لايموت.والحمدلله الذي لم يتخذ ولدا.ولم يكن له شريك في الملك.ولم يكن له ولي من الذل وكبره تكبيرا.

Laa Haula walaa Quwwata illa billahi, tawakkaltu ‘alaal hayyil ladzii laa yamuutu, wal hamdulillahil ladzii lam yattakhiz waladan, walam yakun lahu syariikun fiil mulki, walam yakun lahu waliyyun minadz-dzulli wa kabbirhu takbiiron. 3x

Ma’nanya :

“ Tiada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah. Aku bertawakal sepenuhnya kepada Yang Maha Hidup Yang tidak pernah mati. Segala puji bagi Allah yang tidak membuat anak dan tidak mempunyai sekutu didalam kerajaan-NYA, dan tidak pula mempunyai pelindung kerena lemah, Agungkanlah DIA seAgung-agungnya.”

بسم الله,وصلى الله على محمد واله وافوض امري الى الله,ان الله بصير با لعباد,فوقاه الله سيئات مامكروا,لااله الاانت سبحانك انى كنت من الظا لمين,فاستجبنا له ونجيناه من الغم,وكذلك ننجي المومنين.حسبنا الله ونعم الوكيل,فانقلبوا بنعمة من الله وفضل لم يمسسهم سوء,ماشاءالله لاحول ولاقوة الا با الله,ما شاءالله لاماشاء الناس,ما شاء الله وان كره الناس,حسبي الرب من المر بوبين,حسبي الخالق من المخلوقين,حسبي الرازق من المرزوقين,حسبي الله رب العالمين,حسبي من هو حسبي,حسبي من لم يزل حسبي,حسبي من كان منذ كنت لم يزل حسبي,حسبي الله لا اله الا هو عليه تو كلت وهو رب العرش العظيم.

Bismillahi, wa sholallahu ‘alaa Muhammadin wa aalihi wa ufawwidhu amri ilallah, Innallaha bashiruun bil ‘ibaadi, Fawa qoohullahu sayyi’aati maamakaruu, Laa ilaha illa anta subhaanaka inni kuntu minadh-dhoolimiin, Fastajabnaalahu wa najjainaahu minal ghommi, wa kazalika nunjiil mu’miniin, Hasbunallahu wa ni’mal wakiil, Faanqolabuu bini’matin minallahi wa fadhlin lam yamsashum suu’un, Maa-syaa Allahu Laa Haula walaa Quwwata illa billahi, Maa syaa Allahu laa maa-syaa annaasu, Maa-syaa Allahu wa in karihannaasu, Hasbiyar-robbu minal marbuubiina, Hasbiyallahu Robbul ‘alamiin, Hasbii man huwa hasbii, Hasbii man lam yazal hasbii, Hasbii man kaana munzu kuntu lam yazal Hasbii, Hasbiyallahu Laa Ilaha illa Huwa ‘alaihi tawakkaltu wahuwa robbul ‘arsyil ‘adhiim. 3x

Ma’nanya :

Dengan menyebut Nama Allah, semoga Allah mencurahkan Shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya. Aku serahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat hamba-hamba-NYA. Allah menjaganya dari keburukan makar mereka.

Tiada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang dzolim. Kami kabulkan dia dan kami selamatkan dia dari kesulitan. Begitulah kami menyelamatkan kaum mukmin.

Allah-lah yang mencukupkan kami dan DIA adalah sebaik-baiknya Pelindung. Mereka kembali dengan nikmat dan karunia dari Allah, mereka tidak ditimpa keburukan. Apa yang dikehendaki Allah, tiada daya dan kekuatan selain pertolongan Allah. Apa yang dikehendaki Allah bukan dikehendaki manusia. Apa yang dikehendaki Allah meskipun manusia tidak suka. Tuhan-kulah yang mencukupkanku sehingga tidak butuh lagi pada makhluk, Maha Penciptalah yang Mencukupkanku sehingga aku tidak butuh lagi pada makhluk.

Maha Pemberi rezkilah yang mencukupkanku sehingga tak butuh lagi pada manusia yang diberi rezki. Allah-lah yang mencukupkan-ku Tuhan semesta Alam.Dzat yang selalu mencukupkanku-lah yang mencukupkanku. Dzat yang sejak aku ada selalu mencukupkanku-lah yang mencukupkanku. Allah-lah yang mencukupkanku, yang Tiada Tuhan selain DIA. Aku bertawakal kepada-NYA, DIA-lah Tuhan Arsy yang Agung.”

Santri KWA yang kami muliakan…Ada baiknya sebagai tambahan untukmu kami sertakan ISMULLAH AL-A’DHOM, dimana didapatkan satu riwayat yang luar biasa. Maka tambahkanlah itu didalam setiap doa yang kau panjatkan. Riwayat itu begini….

Terdapat dalam suatu hadist bahwa Rasulullah SAW ditanya mengenai isim Allah Al-A’dhom, maka beliau berkata kepada yang bertanya itu , ” Wajibkanlah dirimu membaca akhir surat Al-Hasyer. ” ( Beliau mengatakan itu berulang-ulang ). Hadist ini diriwatkan As-Tsa’libi dan disalin oleh Al-Habasyi di kitabnya Al-Barakah. Al-Imam An-Nawawi berkata, kami dapatkan dikitab Ibnu Suni satu riwayat berasal dari Anas R.A, bahwa Rasulullah SAW mewasiatkan kepada seorang laki-laki, jika dia akan tidur agar membaca surat Al-Hasyer. Kemudian beliau mengatakan kepada orang itu,” Apabila hal itu kau lakukan, jika engkau mati maka matimu adalah syahid.” Ada yang meriwayatkan kalimat akhir hadist ini : “Engkau menjadi ahli surga !”

Begitupun dengan Shohibur Ratib Al-Attas ( Azizul Manal Wa Fathu Babil Wisal ), Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas mengatakan mengenai adanya penambahan Ayat Al-Hasyer ini dalam Ratib beliau. Dijelaskan bahwa penambahan itu disebabkan adanya suatu petunjuk Ghaibiyah agar ditambahkan dan ditempatkan sebagaimana Ratib itu dibaca sekarang. Berikut ini sebuah doa mustajab yang diriwayatkan sebagian Ulama dan dikatakan Barang siapa yang mau berdoa kepada Allah dengan Nama-NYA AL-A’DHOM, maka bacalah enam ayat dari awal surat Al-Hadid dan Ayat terakhir dari surat Al-Hasyer, yaitu :

بسم الله الرحمن الرحيم

سبح لله ما في السموات والارض وهو العزيز الحكيم. له ملك السموات والارض يحيي ويميت وهو على كل شيء قدير. هو الاول والاخر والظاهر زالباطن وهو بكل شيء عليم. هو الذي خلق السموات والارض في ستة ايام ثم استوى على العرش يعلم ما يلج في الارض يعلم ما يلج في الارض وما يخرج منها وما ينزل من السماء وما يعرج فيها وهو معكم اين ما كنتم والله بما تعملون بصير. له ملك السموات والاض والى الله ترجع الامور. يولج الليل في النهار ويولج النهار في الليل وهو عليم بذات الصدور.

“ Dia-lah Allah Yang Tiada Tuhan ( Yang berhak disembah ) selain Dia, Yang Mengetahui Yang Ghoib dan Yang Nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah Yang Tiada Tuhan ( Yang berhak disembah ) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengarungi akan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala KeAgungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-NYA apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lahi Maha Bijaksana. “ ( QS. Al-Hasyer : 22-24 )

هوالله الذى لا اله الا هو عالم الغيب والشهادة هو الرحمن الرحيم هو الله الذى لااله الا هو الملك القدوس السلام المومن المهيمن العزيز الجبار المتكبر سبحان الله عما يشر كون هو الله الخالق البارئ المصور له الاسماء الحسنى يسبح له مافى السموات والارض وهو العزيز الحكيم.

“ Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah ( menyatakan kebesaran Allah ). Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kepunyaan-NYA lah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia-lah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Dhohir dan Yang Batin, Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dialah Yang Menciptakan langit dan bumi dalam enam hari ; kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia Mengetahui apa yang masuk kedalam bumi dan apa yang keluar dari padanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Kepunyaan-NYA lah Kerajaan langit dan bumi. Dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. Dialah yang memasukkan malam kedalam siang dan memasukkan siang kedalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati. ” ( QS. Al-Hadid : 1-6 )

Sesudah itu ucapkanlah doa ini :

اللهم يا من هو هكذا ولا يزال هكذا وليس هكذا احد غيره اسالك ان تفعل لي……(كذا وكذا)……..

Allahumma Yaa man Huwa hakadza walaa yazillu Hakadza wa laisa Hakadza ihdi ghoiruhu as-aluka an taf’ala lii….( kadza wa kadza )

“ Ya Allah ! Wahai siapa yang keadaannya demikian ( yang disebut diayat ini ) dan dia selamanya keadaannya demikian dan tidak ada seorang pun yang keadaannya demikian ( yaitu yang bernama dan mempunyai shifat-shifat seperti disebut dalam ayat diatas ) Aku meminta kepada-MU agar Engkau melakukan untukku ….(ini-ini/sebut hajatmu)”

( Untuk surah-surahnya bisa dilihat di dalam Al-Qur’an )

Ketahuilah ! Walaupun seandainya yang dimintanya itu agar mayat hidup kembali, niscaya permintaan itu akan dipenuhi. Di jelaskan bahwa berita ini bersumber dari Al-Barra’ bin ‘Azib, dan beliau dari Imam Ali bin Abi Tholib dan beliau dari An-Nabi Shalla Allahu ‘Alaihi Wa Alihi Wa Sallam.

Di kisahkan oleh Imam Ibnu Qutaibah, konon ada seorang laki-laki dari kalangan kaum shaleh yang mendengar bahwa Asma Allah tidak mempan oleh Api. Maka dia kumpulkan seluruh ayat-ayat Alqur’an , kemudian dia tulis satu persatu ayat disetiap lembar kertas . Lalu mulai membakarnya lembar demi lembar kertas berisi ayat Alqur’an itu. Ia terkaget ketika mendapati satu lembar kertas yang saat ia masukkan kedalam api langsung terbang melayang dan tak mempan oleh api. Ia ambil kertas itu dan ternyata didalamnya tertulis ayat … ( seperti diatas). Tahulah ia bahwa ini adalah asma Allah Yang Agung didalam Alqur’an.

Selanjutnya beliau R.A mengisahkan lagi. Ada seorang laki-laki yang dikenal sebagai penjual minyak dan penduduknya menduga bahwa dia memakai sabuk berajah yang bertuliskan bermacam-macam huruf, dengan khasiat ia bisa masuk kampung dari arah mana saja yang ia suka tanpa terlihat. Ketika orang itu mendekati ajalnya, sabuk itupun diambil. Ternyata, di dalamnya terdapat serakan-serakan huruf yang saat dihimpun menjadi satu ternyata berbunyi : Tiga ayat terakhir surah Al-Hasyer dan ayat terakhir surah At-Taubah.

Ini lafadz terakhir surah At-Taubah : 129 :

حسبي الله لا اله الا هو عليه تو كلت وهو رب العرش العظيم.

Hasbiyallahu Laa Ilaha illa Huwa ‘alaihi tawakkaltu wahuwa robbul ‘arsyil ‘adhiim.

=== Tamat Ijazah ===

Semoga tulisan ini bermanfaat untukmu. Permintaan kami sederhana, sertakanlah kami didalam setiap doamu, dan semoga Allah SWT memudahkan jalan keluar bagimu. Amiin.Barakallohu fikuum



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

KISAH BUJU’ BATU AMPAR, MADURA

Dari Catatan
Al-Mukarom KH. Ach.Fauzy Damanhuri
( Shohibu Batu Ampar, Madura )

Sejarah singkat Pesarean Buju’ Batu Ampar
Inilah kisah yang meluruskan tentang animo masyarakat akan kebenaran silsilah keturunan Auliya’ / Pemuka agama dilingkungan Buju’ Batu ampar. Semata-mata untuk mengembalikan kesadaran kita tentang nilai kebesaran Allah SWT. Seperti yang terdapat di Pesarean Buju’ Batu ampar ini adalah kekasih-kekasih Allah yang telah mendapatkan karomah atas kemurahan rahmat dan hidayah-NYA. Kisah ini semoga menjadi teladan serta penuntun bagi kaum muslimin dan muslimat dalam sebuah perjalanan menuju cita-cita mulia, guna menjadi INSAN KAMIL yang memegang teguh, menjaga serta memelihara kemurnian islam hingga hari yang dijanjikan ( kiamat ). Wallahu a’lam Bisshawab. KH.Ach.Fauzy Damanhuri.

Silsilah Auliya’ Batu Ampar, Madura

§ Sayyid Husein, berputra :

a. Syekh Abdul Manan / Buju’ Kosambi
b. Syekh Abdul Rohim / Buju’ Bire

§ Syekh Abdul manan / Buju’ Kosambi, berputra…

§ Syekh Basyaniah / Buju’ Tumpeng, berputra…

§ Syekh Abu Syamsudin ( Su’adi ) / Buju’ Latthong, berputra 3 :
a. Syekh Husein, berputra : ( ket. Dibawah )
b. Syekh Lukman berputra : Syekh Muhammad Yasin
c. Syekh Syamsudin, berputra : Syekh Buddih

§ Syekh Husein, berputra…

§ Syekh Muhammad Ramly, berputra..

§ KH. Damanhuri, berputra / putri 10 :

1. KH. Amar Fadli
2. KH. Mukhlis
3. KH. Romli
4. KH. Mahalli
5. KH. Kholil
6. KH. Abdul Qodir
7. KH.Ach. Fauzy Damanhuri
8. KH. Ainul Yaqin
9. Nyai Hasanah
10. Nyai Zubaidah

Sayyid Husein

Disuatu desa diwilayah Bangkalan, tersebutlah seorang pemuka agama Islam yang bernama Sayyid Husein. Beliau mempunyai banyak pengikut karena ketinggian ilmu Agamanya. Selain akhlaknya yang berbudi luhur, beliau juga memiliki banyak karomah karena kedekatannya dengan sang Kholiq.Beliau sangat dihormati pengikutnya dan semua penduduk disekitar bangkalan.Namun bukan berarti beliau lepas dari orang yang membencinya. Disebabkan karena mereka iri dengan kedudukan beliau dimata masyarakat saat itu.Hingga suatu hari ada seseorang penduduk yang iri dengki dan berniat buruk mencelakai dan menghancurkan kedudukan Sayyid Husein. Orang itu merekayasa cerita fitnah, bahwa Sayyid Husein bersama pengikutnya telah merencanakan pemberontakan dan ingin menggulingkan kekuasaan raja Madura. Alhasil cerita fitnah ini sampai ditelinga sang Raja. Mendengar kabar itu Raja kalang-kabut dan tanpa pikir panjang mengutus panglima perang bersama pasukan untuk menuju kediaman Sayyid Husein.Sayyid Husein yang saat itu sedang beristirahat langsung dikepung dan dibunuh secara kejam oleh prajurit kerajaan.Mereka melakukan hal itu tanpa pikir panjang dan disertai bukti yang kuat. Akhirnya Sayyid Husein yang tidak bersalah itu wafat seketika itu juga dan konon jenazahnya dikebumikan diperkampungan tersebut.

Selang beberapa hari dari wafatnya Sayyid Husein, Raja mendapat berita yang mengejutkan dan sungguh mengecewakan, serta menyesali keputusannya yang sama sekali tidak didasari bukti-bukti yang kuat. Berita tadi mengabarkan bahwa sebenarnya Sayyid Husein tidak bersalah, karena sesungguhnya beliau telah difitnah.Karena sangat menyesali perbuatannya, Raja Bangkalan memberikan gelar kepada beliau dengan sebutan Buju’ Banyu Sangkah ( Buyut Banyu Sangkah ). Dan tempat peristirahatan beliau terletak dikawasan Tanjung Bumi, Bangkalan.

Sayyid Husein wafat dengan meninggalkan dua orang putra. Yang pertama bernama Abdul Manan dan yang kedua bernama Abdul Rohiim. Kedua putra beliau ini sepakat untuk pergi menghindari keadaan dikampung tersebut. Syekh Abdul Rohim lari menuju Desa Bire ( Kabupaten Bangkalan ), dan menetap disana sampai akhir hayat beliau. Dan akhirnya beliau terkenal sebagai Buju’ Bire ( Buyut Bire ).
Wallahu a’lam

Syekh Abdul Manan ( Buju’ Kosambi )

Lain halnya dengan Syekh Abdul Manan. Beliau pergi mengasingkan diri dan menjauh dari kekuasaan Raja Bangkalan. Hari demi hari dilaluinya dengan sengsara dan penuh penderitaan. Beliau sangat terpukul sekali kehilangan orang yang sangat dikasihinya.Hingga akhirnya beliau sampai disebuah hutan lebat ditengah perbukitan diwilayah Batu ampar ( Kabupaten Pamekasan ). Dihutan inilah akhirnya beliau bertapa / bertirakat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.Dalam melaksanakan hajatnya beliau memilih tempat dibawah Pohon Kosambi. Syahdan tapa beliau ini berlangsung selama 41 tahun. Saat memulai tapa itu beliau berumur 21 tahun. Hingga akhirnya beliau ditemukan anak seorang penduduk desa ( Wanita ) yang sedang mencari kayu dihutan.

Singkat cerita akhirnya Syekh abdul Manan dibawa kerumahnya. Dari hubungan tersebut, timbullah kesepakan antara orang tua si anak tersebut untuk menjodohkan Syekh abdul Manan dengan salah seorang putrinya. Sebagai tanda terima kasih, beliau memilih si sulung sebagai istrinya, walaupun dalam kenyataannya sisulung menderita penyakit kulit. Anehnya terjadi keajaiban di hari ke 41 pernikahan mereka.Saat itu juga sang istri yang semula menderita penyakit kulit tiba-tiba sembuh seketika. Dan bukan hanya itu kulitnya bertambah putih bersih dan cantik jelita, sampai-sampai kecantikannya tersiar kemana-mana.Dan konon kabarnya pula bahwa Raja Sumenep mengagumi dan tertarik akan kecantikan istri Syekh Abdul manan ini.

Dari pernikahan ini, beliau dikarunia seorang putra yang bernama Taqihul Muqadam, setelah itu menyusul pula puta kedua yang diberi nama Basyaniah. Setelah bertahun-tahun menjalankan tugasnya sebagai Khalifah, akhirnya beliau wafat dengan meninggalkan dua orang putra. Jenazahnya dimaqamkan di Batu Ampar dan terkenal dengan julukan Buju’ Kosambi. Dan putra pertama beliau juga saat wafat jenazahnya dikebumikan didekat pusaranya. Wallahu a’lam

Syekh Basyaniah ( Buju’ Tumpeng )

Putra kedua Syekh Abdul manan yang bernama Basyaniah inilah yang mengikuti jejak ayahanda. Beliau senang bertapa dan cenderung menjauhkan diri dari pergaulan dengan masyarakat. Dan beliau juga selalu menutupi karomahnya.Ketertutupan beliau ini semata-mata bertujuan untuk menjaga keturunannya kelak dikemudian hari agar menjadi insan kamil atau manusia sempurna dan sholeh melebihi diri beliau serta menjadi khalifah yang arif dimuka bumi.

Dalam menjalani hajatnya beliau bertapa dan memilih tempat disuatu perbukitan yang terkenal dengan nama Gunung Tompeng yakni suatu bukit sepi dan sunyi yang penuh dengan tanda-tanda kebesaran Illahi. Bukit tersebut terletak kurang lebih 500 m arah barat daya ( antara Barat-Selatan ) dari Desa batu Ampar.

Saat wafatnya beliau meninggalkan seorang putra yang bernama Su’adi atau terkenal dengan sebutan Syekh Abu Syamsudin dan mendapat julukan Buju’ Latthong. Sedang jenazah Syekh Basyaniah dikebumikan berdekatan dengan pusara Ayahanda. Beliau akhirnya mendapat julukan Buju’ Tumpeng. Wallahu a’lam

Syekh Abu Syamsudin ( Buju’ Latthong )

Kisah hidup putra tunggal Syekh Basyaniah ini tidak berbeda dengan perjalanan hidup yang pernah ditempuh oleh ayahanda dan buyutnya yakni gemar bertapa dan selalu menyendiri bertirakat serta selalu berpindah-pindah dalam melakukan tapanya.Misalnya salah satu tempat pertapaanya yang ditemukan didekat kampung Aeng Nyono’. Wilayah tempat tersebut ada ditengah hutan yang lebat. Karena seringnya tempat tersebut dipergunakan sebagai lokasi tirakat / bertapa, oleh penduduk setempat dinamakan Kampung Pertapaan.

Begitu juga bukit yang ada dikampung Aeng Nyono’ yang menjadi tempat bertapanya Syekh Syamsudin. Disana terdapat sebuah kebesaran Allah yang diperlihatkan kepada manusia sampai sekarang. Tepat disebelah barat tempat beliau bertapa terdapat sumber mata air yang mengalir ke atas Bukit Pertapaan. Konon Syekh Syamsudin mencelupkan tongkatnya sampai akhirnya mengalir ke atas bukit hingga kini. Masya Allah…sungguh merupakan karunia yang besar dan jauh diluar akal manusia. Atas dasar keajaiban itulah yang menjadi asal-usul nama kampung Aeng Nyono’ ( Bahasa Madura ) artinya air yang menyelinap/mengalir ke atas. Dan konon dengan air inilah beliau berwudhu dan bersuci.

Asal usul sebutan Buju’ Latthong

§ Keramat itu muncul karena disebabkan keluarnya sinar dari dada beliau. Apabila sinar itu dilihat oleh orang yang berdosa dan belum bertaubat, maka orang tersebut akan pingsan atau tewas.

§ Kisah lain menceritakan karena seorang yang berjuluk Buju’ Sarabe yang bertabiat buruk berniat menghabisi beliau. Banyak penduduk desa yang dibunuhnya. Tetapi ketika akan menghabisi Syekh Syamsudin, ketika Buju’ Sarabe dan anak buahnya mencabut senjata, mendadak senjata itu lenyap dan tinggal warangkannya.Setelah mengaku kalah dan memohon agar senjatanya dikembalikan, Syekh Syamsudin menunjukkan letak senjata tersebut yang berada dalam Latthong ( Bahasa madura yang berarti kotoran sapi ).

Sebab itulah karena khawatir tentang hal itu, maka beliau menutupi dadanya dengan cara mengoleskan Latthong disekitar dada beliau. Banyak sekali kisah kekeramatan beliau. Setelah cukup menjalani darma baktinya sebagai Khalifah, akhirnya beliau wafat dengan meninggalkan tiga orang putra. Dan dikebumikan di Batu ampar, madura. Wallahu a’lam

Syekh Husein

Sepeerti halnya pendahulunya, syekh Husein inipun senang menjalani laku tirakat. Selain itu beliau ini terkenal akan kecerdasan pikirannya. Beliau hapal Kitab Ihya Ulumuddin Imam Ghozaly. Bahkan hapalannya sedemikian akurat sampai titik dan baris dikitab itu beliau mengetahuinya. Masa bertapa Syekh Husein ini tidaklah selama pendahulunya. Disebabkan perobahan zaman, maka tempat tinggal dan daerah sekitar telah menjadi ramai oleh pendatang. Beliau banyak bergaul dan menjadi pemuka masyarakat dan tokoh agama yang disegani. Dan beliau adalah keturunan terakhir dari Sayyid Husein yang mempunyai kegemaran bertapa dan menjalankan laku tirakat. Keturunan sesudahnya cenderung untuk merantau dan mencari guru untuk menuntut ilmu. Wallahu a’lam

Syekh Muhammad Ramly

Putera tunggal Syekh Husein ini sejak kecil senang sekali menuntut ilmu. Hingga menjelang dewasannya beliau pergi menuntut ilmu dan menuju Kabupaten bangkalan. Disana beliau berguru dan menuntut ilmu kepada seorang Waliyullah yang bernama Syaikhona Kholil, Bangkalan. Setelah cukup menimba ilmu dengan sang Waliyullah, beliau menuju ke Saudi Arabia. Dan menetap disana selama 10 tahun.

Setelah cukup 10 tahun, akhirnya beliau kembali dan menetap ditanah asal, batu ampar. Beliau menjadi panutan masyarakat dalam kehidupan beragama. Setelah berkeluarga, beliau dikaruniai seorang putra yang diberi nama Damanhuri. Sayang sekali kehidupan beliau sangat singkat. Saat puteranya masih membutuhkan kaih sayangnya, beliau akhirnya wafat dan dimaqamkan dipesarean Batu ampar. Wallahu a’lam

Syekh Damanhuri

Semasa hidupnya Syekh Damanhuri tidak banyak mendapatkan belaian kasih sayang dari Ayahandanya. Hingga akhirnya beliau di asuh sendiri oleh sang kakek ( Syekh Husein ).Beliau mendapatkan bimbingan dan tuntunan beragama secara langsung dari Syekh Husein. Akhirnya setelah cukup umur, beliau pergi menuntut ilmu ditempat Ayahandanya dahulu belajar. Yaitu ditempat Syaikhona Kholil, Bangkalan.

Singkat cerita setelah cukup menimba ilmu di pesantren Syaikhona Kholil, beliau akhirnya kembali ke kampung halaman.Seperti halnya para pendahulu, beliaupun menjadi Tokoh masyarakat di batu Ampar. Syekh Damanhuri mempunyai 2 orang istri. Dari istri pertamanya dikaruniai 2 orang anak ( KH.Umar Fadli dan Nyai Hasanah ) dan bersama istri yang kedua dikaruniai 8 orang putra/putri ( KH.Romli, KH.Mahalli, KH.Ach.Fauzy, KH.Mukhlis, Nyai Zubaidah, KH.Kholil, KH. Abdul Qodir dan KH.’Ainul Yaqin )

Dan diantara putranya yang masih ada itulah, yang menjadi generasi penerusnya. Sebagai panutan dan pembimbing serta kholifah dimuka bumi ini demi terpeliharanya kesucian dan kemurnian Islam untuk masa yang kita tidak ketahui batasnya.

Demikianlah sekilas kisah Para Buju’ Batu Ampar. Semoga kisah ini bermanfaat bagi pembaca dan pewaris Ilmu-ilmu Raje. Jadikanlah beliau diatas sebagai teladan dan hikmah. Wallahu a’lam. Wassalamu’alaikum, wr.wb. Jazakumullah bi ahsanal jaza.

Footnote :

Salam Ta’dzim Al-Faqir untuk :

Al-Mukarom KH.Kholil,Al-Mukarom KH.Abdul Qodir,KH. Zamahsry, KH. Achmad Khoiri, KH. Ahmad Fauzan, KH. Amalul Yaqin dan semua dzuriat serta keturunan Sayyid Husein di Batu Ampar…mohon ridho atas semua Ijazah yang tuan guru wariskan kepada hamba yang dhoif.

“ Ya Allah, golongkanlah dan masukkanlah kami bersama kelompok orang-orang yang KAU Ridhoi “ Amiin.



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262