Aji Mantra Sang Ratu Khodam

Mantra Sang Ratu Khodam
Assalamualaikum sallam,
Sang ratu bala yeksa
Naga ngelak ngesoring bumi
Malaikat sangka subana dangkaning bumi
gandaruwo sirahing bumi
cicir kemamang wuluning bumi
Danyang titi murti, danyang rut mirut
kang kaceluk wedana dewi
Sira kabeh, gedhe cilik, tuwa anom, lanang wadon
masrupa marang jiwa ragaku
rumeksaa marang badan saliraku
yen ana getihku setetes sing muncrat
wuh…bakal den tempuhake sira
Dhemit abang getihku
Dhemit ireng kulitku
Dhemit putih balung sungsumku
Dhemit kuning jiwa ragaku
Dhemit manca warna nyawaku..

Keterangan:
Mantra ini mantra tua peninggalan leluhur yang digunakan untuk memanggil sang Ratu Jin
Banaspati, dan kita suruh untuk membentengi diri kita, sehingga kita tidak akan pernah bisa
celaka oleh barang halus apapun, santet, jengges, tenung dan barang magis lainnya.
Maharnya: Puasa 3 hari 3 malam dan tidak tidur di dalam rumah. Kalau kita masih ada perasaan
takut pada hal-hal gaib sebaiknya tidak usah dilakukan.



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

ILMU LIPAT BUMI , ILMU KIDANG KUNING , ILMU SAIFI ANGIN , ASMA GUNTING


~Ilmu Melipat Bumi~
Dalam khasanah ilmu-ilmu gaib tanah Jawa dikenal berbagai jenis ilmu kedigdayaan penakluk jarak dan waktu. Salah satunya adalah Ajian Saipi Angin. Ajian ini ada tiga jenis, dua lainnya dinamakan Ajian Kidang Kuning dan Asma Gunting.
Ketiga ajian tersebut fungsinya sama, untuk peringan tubuh atau untuk menempuh perjalanan jauh dengan singkat tanpa merasa susah payah.
Konon, menurut cerita Ajian Saipi Angin hanya bisa dimiliki oleh para pertapa atau pendekar kelas tinggi. Ajian ini selain sangat langka yang memilikinya, persyaratannya sangat berat.
Aji Saipi Angin menggunakan lelaku, salah satunya berpuasa hanya memakan daun-daun mentah saja tanpa diberi garam. Minumnya juga air tawar, tetapi dapat juga direbus. Puasanya dimulai hari Selasa Kliwon.
Ajian Kidang Kuning juga tak kalah hebatnya. Bagi yang sudah menguasainya dapat berlari dengan cepat hingga kakinya bagai tak menginjak bumi. Syarat untuk menguasai ajian ini salah satunya yaitu berpuasa dengan cara berpuasa ‘Ngidang’, puasa yang hanya memakan daun-daun mentah yang berada dibawah, minumnya pun air mentah, boleh direbus asal jangan memakai garam. Adapun syarat lainnya bila sudah menguasai Ajian ini, bila berjalan dengan orang lain haruslah berada di depan sendirian.
Sementara itu, Esmu atau Asma Gunting adalah ilmu untuk memotong perjalanan jauh menjadi dekat. Hanya dengan menyilangkan tangan di depan dada. Syarat untuk menguasainya ialah dengan membaca tiga kali mantra ajian ketika kita akan makan dan sesudahnya, tidak boleh mencuci tangan sehabis makan dan bila digunakan ajian ini dibaca tiga kali:
“Tut Jati Lub, Mongso Allah Mongso Rasulullah.”
Kedengarannya sungguh aneh syarat untuk menguasai Esmu Gunting. Tetapi begitulah nenek moyang kita memberikan petunjuknya, tinggal kita meyakini dan melestarikannya.
Di luar ketiga ilmu penakluk jarak dan waktu tersebut, ternyata masih ada satu ilmu serupa. Namanya Ilmu Lipat Bumi. Amalan tentang ilmu langka ini di dapatkan dari paranormal terkemuka saat ini, Saipudin.
“Berkat ketekunan para ulama di zaman dahulu dan seiring perkembangan Islam ditanah air, banyak ulama atau kiai yang mendapatkan ilmu laduni atau ilmu langsung dari Allah. Mereka mendapat petunjuk atau ilham untuk menguasai satu ilmu yang bersumber dari Al Qur’an. Salah satunya adalah Ilmu Lipat Bumi ini,” ungkap Saipudin ketika ditemui di tempat praktiknya di Kampung Pangkalan No. 63 RT 001 RW 02 Semanan, Kalideres, Jakarta Barat 11850.
Dia juga menuturkan, dirinya mendapatkan ilmu tersebut dari seorang kiai sepuh yang mendirikan sebuah pondok pesantren di Cirebon, Jawa Barat. “Ilmu Lipat Bumi ini sudah sangat langka. Karena itu saya bertekad melestarikannya dengan mewedarkannya,” tegas Saipudin.
Menurutnya, para wali di tanah Jawa dahulu juga mempergunakan Ilmu Lipat Bumi ini untuk memenuhi undangan Sunan Bonang, ketika mereka akan berkumpul untuk mengadakan rapat. Ketika itu, Sunan Bonang menggunakan bedug untuk memanggil para wali yang menyebar di berbagai tempat di tanah Jawa. Ketika mendengar bedug yang ditabuh Sunan Bonang, para wali menggunakan Ilmu Lipat Bumi untuk segera memenuhi panggilan Sunan Bonang.
Petunjuk dan amalan Ilmu Lipat Bumi adalah sebagai berikut:
“WA LAMMAA TAWAJJAHA TILQOO’A MADYANA QOOLA ASAA ROBBII AYYAHDIYANII SAWAA’AS SABIILI WA LAMMAA WARODA MAA’A MADYANA WAJADA ALAIHI UMMATAM MINANNAASI YASQUUNA WA WAJADA MIN DUUNIHIM RO’ATAINI TADZUUDAANI QOOLA MAA KHOTBUKUMAA QOOLATAA LAA NASQII HATTAA YUSDIRORRI’AA’U WA ABUUNAA SYAIKHUN KABIIRUN.
FASAQOO LAHUMAA TSUMMA TAWALLAAIL ADZILLI” (QS. Al Qashash 22-24)
– Puasa 40 hari. Selama berpuasa tidak boleh mengkonsumsi makanan yang bernyawa dan apa yang keluar darinya, seperti telur dan susu. Puasa dimulai pada hari Kamis.
– Pada hari pertama berpuasa, tepatnya pada malam Jum’at tepat pukul 01:00 dini hari, pahat/ukir/tulislah ayat tersebut di atas pada sebatang Kayu Badam.
– Lalu, mulai keesokan harinya (Jum’at) sampai genap 40 hari, amalkan ayat di atas sebanyak 100 kali setiap usai menunaikan salat 5 waktu. Sewaktu membaca amalannya, batang Kayu Badam harus diletakkan di depan Anda.
– Apabila Anda sudah melihat batang Kayu Badam itu bergerak sendiri, maka itu artinya ritual yang Anda lakukan sudah mencapai taraf keberhasilan.
Lalu, bagaimana cara menggunakannya jika ritual Ilmu Lipat Bumi sudah berhasil? “Apabila Anda ingin pergi ke suatu tempat yang jauh, maka peganglah batang Kayu Badam itu di tangan kanan Anda, sambil membayangkan tempat yang akan Anda tuju. Kemudian bacalah ayatnya, lalu pejamkan kedua mata Anda. Setelah itu segeralah Anda melangkah perlahan, kemudian bukalah mata Anda kembali. Dengan izin Allah, Anda akan sampai di tempat tujuan. Subhanallah!” urai Saipudin



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

KH Abdurahman Mustafa, Mendakwahkan Ahlussunnah wal Jama’ah di NTT

KH Abdurahman Mustafa, Mendakwahkan Ahlussunnah wal Jama’ah di NTT

Lahir di Kota Provinsi Kupang Nusa Tenggara Timur pada 7 Juli 1938, Abdurahman Mustafa berasal dari perkampungan Islam tertua Islam, kampung Air Mata di Kecamatan Kota Raja Kota Kupang. Ia adalah seorang tokoh ulama pejuang sejak masa orde lama menyebarkan ahlusunah wal jama’ah di kota Kupang maupun di beberapa kabupaten kota di wilayah pulau Flores, wilayah Pulau Timor dan wilayah pulau Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur. <>

Selaku imam kelima masjid tertua NTT Masjid Baitul Kodim Airmata Kota Kupang, tetap mempertahan ahlusunah wal jama’ah menjadi prinsip dasar islam, merasa kegembiraan teramat sangat mendalam. Karena telah melewati beban begitu berat lahir dari keluarga tokoh yang memperjuangkan Islam di kota Kupang.

Sejak kecil sudah dikenalkan dengan prinsip-prinsip ke-NU-an oleh seluruh rumpun keluarga. Ia menjalankan amanah dengan meneruskan syiar Islam semasa muda melalui berbagai kegiatan organisasi kepemudaan melaksanakan mengaji, beberapa TPA khusus masjid di wilayah kota Kupang, melaksanakan yasinanan bergilir, mengajar kunut pada kelompok-kelompok pengajian. Tak hanya disitu perjuangan, berbagai misi demi menegambangkan Aswaja melalui kelompok masyarakat kecil dari kampung ke kampung dan tetap menjaga kemejemukan antara umat beragama di wilayah kota kupang dan sekitarnya.

Berjuangan mendakwahkan Islam NU dari kampung ke kampung pada orde lama tentu banyak tantangan walaupun sedikit keberhasilan yang diraih. Ketika berbincang bersma NU Online di Kupang Nusa Tenggara Timur, ia mengatakan keberhasilan atas perjuangan tersebut bisa mengislamkan 15 ribu Warga Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS) dari kelompok Kafir hingga masuk islam pada tahun 1960-1972.

Melalui berbagai cara, perjuang lewat pendidikan, pengajian sehingga masyarakat perkampungan dapat mengenal Islam dan memilih organisasi keagamaan adalah Nadhlatul Ulama (NU). Perjuangan pada masa itu, beberapa tokoh-tokoh muda dari kampung di kirim ke sekolah pesentren di Jawa. Agar mereka lebih mehamai NU lebih luas dan tidak menghilangkan cirri khas para pejuang pendiri NU.

Sebagai pendiri serta mantan Sekretaris Pertama NU Nusa Tenggara Timur (NTT)  pada tahun 1964, bermimpi akan terus menyebarkan ahlusunah waljama’ah kapanpun dan dimanapun. Walaupun hari ini dibilang usia yang cukup tua, tetapi perjuangan masih tetap terlihat melalui berbagai mimpar keagamaan.

Mantan Anggota DPR RI dari Fraksi NU pada tahun 1966-1970, KH. Abdurahman Mustafa, tetap mengontrol perkembangan NU melalui gedung senayan Jakarta. Tak merasa mewah berada di kursi empuk sebagai utusan NU Nusa Tenggara Timur, ketika turun ke NTT tetap mengunjungi basis-basis NU yang ada di beberapa kabupaten daratan timor, Sumba Maupun Flores.

Misi perjuangan sebagai tokoh syiar agama tetap patri perjuangan Islam, semasa lepas dari kursi senayan, mampu mendirikan beberapa Cabang Nadhlatul Ulama (NU) di seluruh pelosok Nusa Tenggara Timur.

Ia yang mendapat amanah sebagai Rais Suriah PWNU NTT berbagi pesan moral kepada seluruh kaum Nahdiyin di NTT agar tetap menjaga ahlusunnah sebagai landasan dasar Islam final dan Islam adalah agama yang rahmatan lilalamin. NU tetap menjaga nilai-nilai toleran sesama umat maupun sesama kelompok pemeluk agama lainnya.




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262