HATI IKHLAS ADALAH KEKUATAN TAK TERKALAHKAN

Bebukaning Atur

Catatan Misteri Nabi Khidlir AS

 “Ilaa Hadlrati kiram, Balyan Ibn Malkan, Nabiyullah Khidlir Alaihi Salam, al Fatihah …”

 Adalah beliau, termasuk hamba-hamba Allah yang ditangguhkan. Allah memilihnya untuk mandi di telaga kehidupan, dan meminum airnya. Melalui beliau, konon, seseorang secara resmi dilantik menjadi seorang wali. Seperti kisah Imam Abul Hasan Qs, yang ditemui oleh beliau pada saat sholat jum’at, dan tiba-tiba beliau menceritakan pengalaman ruhani yang baru saja dialami Imam Asy Syadzily Qs, yang mendapat uang dari alam ghaib dan membagi-bagikannya kepada faqir miskin.

Saat saya kecil, saya gemar sekali bersalaman di masjid, dan meraba ibu jari tangan setiap orang, yang kalau jempol itu tidak memiliki tulang, maka katanya itulah Nabi Khidlir, AS. Kebetulan ada. Dan saya hanya membatin, tersenyum, beliau pun membalas tersenyum, dan tidak ada yang beliau sampaikan. Belakangan eh, ternyata, orang itu salah satu dari penduduk desa saya yang memang kebetulan ibu jarinya tidak memiliki tulang.

Kerinduan saya untuk bertemu Khidlir AS, belum bisa terpuaskan. Barangkali takkan pernah. Pernah saya mengunjungi sebuah makam berkuncup yang menyendiri di tepi sungai Logawa. Disana tertulis, Makam Ki Ageng Mbilung. Ada seseorang pelaku rialat di makam tersebut mengatakan, bahwa sebenarnya Ki Ageng Mbilung itu nama jawa, yang sebenarnya adalah Nabi Khidlir. Saya hanya mengangguk, tanpa membenarkan maupun menyalahkan. Akhirnya, dalam hati saya hanya bisa berpasrah kepada Allah, biarlah Allah yang menentukkan. Jika memang saya pantas dipertemukan dengan beliau, pasti lah tidak aka nada yang bisa menghalangi karunia tersebut. Namun, meski saya sudah berusaha dengan segala macam laku, jika saya memang belum pantas, maka takkan pernah ada yang menemui saya.

Yang jelas, ditemui maupun tidak, tidak ada kerugian bagi saya. Allah tidak menyuruh kita untuk berusaha mencarinya. Allah hanya memberikan kita tugas pengabdian yang penuh ketekunan, memperdalam keikhlasan, dan memurnikan tauhid kita dari segala macam belenggu. Jika memang ada tugas setelah itu, pastinya itu akan diberikan pada saat kita siap menerimanya. Entah itu melalui perantara Nabi Khidlir AS, atau hamba Allah yang lain, pastinya setelah kita dipandang sanggup untuk melaksanakan suatu maksud. Tidak ada pertemuan yang tanpa maksud, tidak ada maksud tanpa tuntutan sebuah tanggung jawab.

Jika kita hanya ingin ‘keren’, dengan pertemuan semacam itu, takutnya hal itu malah akan semakin menguatkan keakuan kita, dan memperkeruh kemurnian tauhid kita. Bukan kedekatan kepada Allah yang didapatkan, malah kita akan semakin jauh dari Nya.

Ada kisah yang menarik berkaitan dengan Nabi Khidlir AS, diriwayatkan bahwa beliau pernah selama empat puluh hari belajar fiqh kepada Imam Abu Hanifah R.A. Setiap ba’da Shubuh. Dalam renungan saya, ini sungguh sesuatu yang perlu mendapat perhatian. Bahwa seorang yang makrifat dan hakikatnya telah sempurna pun, tetap membutuhkan belajar syariat kepada ulama ahli fiqh. Pengertian ini kemudian saya talikan dengan sabda Nabi SAW, bahwa, andai Musa AS, hidup di zamanku (Nabi SAW), maka pasti ia mengikuti syariat Nabi SAW. Kemudian, sabda Nabi SAW, bahwa ulama’ lah yang menjadi pewaris para Nabi, bukan para wali atau orang-orang yang ahli ‘irfan. Bahkan kedudukan ulama-ulama dalam Islam disetarakan dengan kedudukan Nabi-Nabi bani Israel. Jika demikian, masihkah kita memandang sebelah mata kepada ilmu fiqh? Kepada ulama ahli fiqh? Dimana Khidlir AS (yang kita begitu rindu bertemu dengannya) pun masih membutuhkan ilmu dari Imam Abu Hanifah? Apakah kita akan menganggap sepele kitab-kitab seperti safinah, sulam taufiq, yang tidak menjanjikan keajaiban apapun, kecuali sekedar sah dan tidak sah, dan kita begitu tergetar memegang Mambaul Ushulil Hikmah, dan Khazinatul Asrar? Saya teringat dengan kisah teman saya yang mondok di Ploso, disana katanya tidak boleh mengamalkan amalan hikmah, santri harus fokus mengaji kitab dan menghafal bayt-bayt nadhom. Istiqomah dalam sebuah amalan lebih baik dari seribu karomah, maka istiqomah yang dimaksud adalah istiqomah dalam ngaji. Saya pun terngiang-ngiang ungkapan Abuya Dimyati Banten, yang dengan kerendahan hati mengatakan, “Thariqah saya mah, Ngaji”, (jalan thariqat beliau hanyalah ngaji dan ngaji). Saya juga pernah mendapat kisah tentang seseorang yang memiliki ilmu hikmah tenaga dalam tinggi, ternyata tidak kuat (terpental) menghadapi seorang penghafal matan alfiyah.

Bagi saya, ada kekuatan maha dahsyat yang tidak bisa dilawan dengan kekuatan hikmah apapun, baik itu dari khodam atau apapun. Kekuatan itu adalah hati yang dipenuhi keikhlasan. Karena dalam hati seperti itulah, Allah ‘Azza Wa Jalla, pemilik semua kekuatan, bertahta dengan kokohnya. Siapa berani melawan Allah? Siapa yang berani melawan orang yang hatinya hanya ada Allah? Semoga kita tidak tertipu dengan mengejar sesuatu yang bukan kewajiban kita, sementara kewajiban kita sendiri kita lupakan. Wallahul Musta’an.

 Catatan Memburu Khodam Sakti

 Membahas khodam bagi saya seperti meraba di kegelapan. Saya sendiri tidak pernah tahu seperti apa wujudnya, dan bagaimana mereka berinteraksi dengan manusia. Ya, karena memang kebetulan saya bukan orang sakti. Hanya dari beberapa bacaan, yang saya tahu bahwa setiap manusia memiliki khodam nya masing-masing. Memang istilah khodam, menjadi demikian angker kedengarannya. Terbayang bahwa, yang namanya khodam itu makhluk yang melayani manusia dengan syarat atau imbalan tertentu, yang jika tidak dipenuhi syaratnya, maka bisa ngamuk dan mencelakakan si empunya. Terbayang juga, bahwa nantinya, si empunya khodam akan mengalami kesulitan tatkala sakaratul maut, untuk lepasnya ruh, gara-gara si khodam itu. Jika seperti itu, ngeri rasanya memiliki khodam. Apalagi jika kita berpikir secara gengsi-gengsian, agaknya kesaktian yang dimiliki seseorang karena punya khodam, seperti kesaktian pinjaman, tipu muslihat, artinya yang sebenarnya sakti itu khodamnya, bukan kita. Nah, berpikir seperti itu, lantas timbul keinginan mencari kesaktian yang sejati, yang tanpa khodam, dan tidak berefek bencana, tuntutan ini itu, maupun kesulitan menghadapi sakaratul maut. Jika kita renungkan, sebenarnya manusia itu ya ingin apa-apanya serba mudah, dengan hasil spektakuler, dan tidak ada efek samping.

Saya teringat, dulu saat kecil, di mushola saya, teman-teman pernah lagi hobi-hobinya janturan. Yakni memasukkan indang tertentu, entah macan, kera, kijang, dan sebagainya, lalu ada yang bertugas menyembuhkan. Semakin sulit disembuhkan, semakin asyik permainan itu. Saya sendiri menjauh dari teman-teman, karena merasa itu tidak pas dengan keyaqinan saya. Entah dari mana mereka mendapatkan cara-cara semacam itu, bahkan katanya pake tawasul segala. Mereka berlomba mencari dan mendapatkan indang yang kuat, yang menangan. Ada yang cerita ke makam ini, ke tepi sungai itu, dan lain-lain. Trend semacam itu ternyata meluas, bahkan sampai teman-teman SMP saya, dulu juga hobi pamer indang di sekolah. Saya yang sering disebut kyai oleh teman-teman, juga menjadi referensi, meski sebenarnya saya tidak tahu apa-apa. Ada yang katanya indang miliknya kepengin ikut saya, karena saya rajin sholat. Saya, pokoke wis mbuh, ngga urusan, yang penting saya ngga minta diikuti indang. Mereka merasa keren, jika memiliki indang.

Belakangan, murid-murid halaqoh saya juga cerita, katanya di pondok diajari semacam itu. Gara-gara nya ada seorang santri yang diganggu oleh dukun atau apa gitu, dan tidak bisa ngatasi, maka sama Abah Kyai, disuruhlah seorang ustadz yang jago khodam, untuk membangkitkan khodam masing-masing santri dan melatih cara untuk mengendalikannya. Saya hanya tertegun dan ketika ditanya, apa saya bisa mengajari mereka, saya pun menggeleng.

Manusia selalu berikhtiar untuk mengatasi segala macam problema hidup, dan mencari jalan aman agar kehidupannya bisa terhormat dan sentosa. Kesaktian, barangkali merupakan salah satu yang paling banyak dicari manusia, untuk mewujudkan kehormatan dirinya. Eksistensi selalu menarik untuk dibahas. Dalam kasus apapun, latar belakang untuk menjadi seorang yang eksis selalu ada. Seperti saya ini, memakai nama Ki Ageng, biar kelihatan eksis, to? Orang menulis pun pada dasarnya untuk memberitahu keberadaan dirinya, bahwa ‘aku ada’, dan aku memiliki sesuatu untuk diberikan. Problem eksistensial merupakan problem akut yang menjalari kehidupan manusia dari sejak zaman pra sejarah, bercocok tanam, hingga industri, kemudian yang terbaru adalah zaman media telekomunikasi. Soal perang dan penjajahan, apalagi kalau bukan problem eksistensial? Kapitalisme global, hegemoni, wah apa pula itu, dan seabreg isu-isu internasional, tak pernah lepas dari problem eksistensi. Hal ini, karena manusia menyadari bahwa hidupnya berada di tepi jurang ketiadaan (kematian), maka ia harus memutuskan, bahwa dalam pentas yang singkat itu, ia harus menjadi lakon tanpa tanding, terhormat, dan unggul.

Inilah kenapa, perlunya Allah menekankan iman kepada kehidupan akherat. Dengan meyakini bahwa ada kehidupan setelah kematian, dan mempercayai bahwa dalam kehidupan itu keadilan akan ditegakkan seadil-adilnya, maka manusia diharapkan tidak terlalu ‘bertingkah’, mempertontonkan kecemasan yang mewujud dalam segala macam tindakan ingin mengungguli yang lainnya. Betapa seseorang yang mencari kesaktian itu sebenarnya adalah orang yang cemas bahwa hidupnya banyak terancam. Saya harus sakti, agar jika ada yang mengganggu saya, akan saya kalahkan dengan mudah. Klausa, “agar jika ada yang mengganggu” bukankah bentuk ungkapan kecemasan? Klausa itu bisa diganti yang lain, apa misalnya, “agar bisa menegakkan keadilan, agar bisa menolong yang teraniaya, agar bisa membela kebenaran”, kebenaran kok dibela? Coba ditelisik. Bayangan bahwa dunia dipenuhi ketidakadilan, dipenuhi penganiayaan, dipenuhi keburukan, sedemikian parah menghantui kita. Itulah yang tanpa kita sadari, merupakan kecemasan-kecemasan yang ujungnya bisa menjadi depresi. Ada memang, orang-orang yang selalu melihat sisi gelap dunia, namun saya lebih yaqin, bahwa masih banyak manusia yang mampu melihat terangnya sang surya.

Kecemasan, jika kita memandangnya lebih jauh, pangkalnya adalah ketakutan terhadap kematian. Dan itu tidak disadari. Ketidaksadaran itu setali dengan semakin bertumbuhnya kecintaan kita terhadap dunia. Jika sudah demikian, hendaknya kita melihat lebih dalam tentang makna dan arti menjadi manusia, makna dan arti menjadi hamba. Hamba pasti punya majikan, dan majikan pasti akan selalu melindungi si hamba, selama si hamba patuh dan salalu ta’dhim kepada sang majikan.

Saya kembali teringat, kaidah emas dalam suluk, “tidak ada jalan tercepat menuju Allah selain jalan khidmat”. Khidmat atau melayani dengan penuh ketulusan adalah suluk jalan terabas, yang bisa diterapkan di dalam apapun. Mencuci mobil, menyapu halaman, membalik sandal Abah Kyai, hal-hal kecil itulah yang seharusnya menjadi sumber kesaktian kita. Mari, rame-rame, daripada susah-susah memburu khodam, lebih baik jadikan diri kita khodam bagi keluarga, khodam bagi masyarakat, dan khodam bagi sebanyak-banyak manusia. Ini ceritaku, apa ceritamu, Dam?

 Catatan Tentang Ilmu Pelet Paling Mujarab

 Pelet, pengasihan, dan semacamnya, sampai sekarang masih saya anggap sebuah kekejian, paling tidak semacam tindakan pengecut yang jauh dari terhormat. Apapun cara dan medianya. Ini lebih kepada pertimbangan perasaan daripada pertimbangan hukum syara’. Soal hukum, saya tidak ingin berdebat lebih jauh, apalagi lebih dalam. Namun, rasa-rasanya, pelet, pengasihan, dan semacamnya, bagi saya adalah penghinaan terhadap keagungan cinta. Jujur, saya seorang pemuja cinta. Ah, tidak ada yang lebih indah dari penyatuan sepasang insan yang saling jatuh cinta. Getaran-getaran cinta bagi saya merupakan zikir yang sungguh asyik.

Saat hati begitu terliput oleh cinta, semuanya menjadi baik, rasa sakit berganti nikmat, rasa susah berganti senang. Semua orang tidak ada yang jahat, semuanya dimaafkan, ketika hati begitu terliput oleh cinta. Pernikahan sepasang kekasih yang saling mencintai adalah peristiwa agung nan bersejarah. Allah menyebutnya dengan “perjanjian yang berat”. Karena bukan aku yang dicintai dan kau yang mencintai, melainkan Dia yang mencintai DiriNya sendiri, lewat aku dan kau.

Kok, tiba-tiba dirusak oleh pelet, pengasihan, dan semacamnya, sungguh tidak beradab, dan sangat tidak sopan.

Kenapa tidak kita biarkan seseorang mencintai kita apa adanya, dan kita mencintainya dengan tulus. Oh, ini pasti soal kedewasaan dalam memahami cinta. Pelet, pengasihan, dan semacamnya, berasal dari kaidah bahwa cinta harus berbalas, baik suka rela maupun terpaksa. Ini kaidah cinta yang usang dan kekanak-kanakan. Orang-orang yang menggunakan kaidah ini, mereka pasti tidak memiliki cinta sebagaimana ‘cinta’, tidak ada ketulusan cinta, dan mereka tak mengerti apa itu cinta dan bagaimana caranya mencintai. Telak bukan?

Mencintai adalah proses yang seutuhnya keluar, terus menerus, tanpa ada proses pengembalian. Karena cinta adalah cahaya, maka tugasnya hanya memancar, bukan mengumpulkan. Cinta hanyalah memberi, tak pernah mengharap kembali, apalagi memiliki. Engkau mencintai karena engkau berharap orang yang kau cintai memberimu cinta, betapa itu penuh syarat? Betapa itu mirip jual beli, bukan cinta! Kenalilah cara Allah mencintai hamba-hambaNya, belajarlah untuk mencintai sebagaimana caraNya mencintai kita.

Jika sudah seperti itu, masih butuhkah pelet, pengasihan, dan semacamnya? Pengasihan terampuh, adalah cinta yang ikhlas. Justru, tatkala engkau membiarkan, ia akan mendekat, dan semakin dekat. Inilah asal mula kaidah, “semakin dikejar, semakin jauh ia berlari, semakin keras usahamu, semakin kuat daya tolaknya, namun ketika hatimu ikhlas dan melepasnya, ia tiba-tiba lengket ke peraduan.” Saya sudah membuktikan, dan saya tantang Njenengan untuk membuktikan kaidah itu. Rahayu!

Khatimah

 Demikian, barangkali semua itu merupakan celotehan saya yang tidak berilmu. Tidak ada maksud apapun, melainkan sekedar berbagi unek-unek, mengajak untuk melihat ke kedalaman jagad batin kita, untuk kesejatian yang benar-benar sejati. Lepas dari itu semua, lakukanlah apa yang merasa harus Njenengan lakukan, tidak perlu merisaukan kata-kata saya jika Njenengan tidak yaqin akan kebenarannya, akan tetapi sedikit saya hanya berpesan, “Jangan pernah menghindar atau melawan dari bisikan nurani dan akal sehat, karena dari situlah titik awal pemberangkatan kamanungsan kita melintasi kasunyatan dalam nggayuh kasampurnan.”

Untuk siapapun yang Allah persiapkan memimpin bangsa Indonesia yang Spiritual, Jaya, dan Sejahtera, ataupun bagi mereka yang hanya sekedar ingin memimpin dirinya sendiri, saya persembahkan rapal aji kasatrian berikut ini:

 “Ingsun amatek ajiku, si aji kasatrian, aji sejati, sejatining aji. Aji jati satria, hamengku buwana, satria rahsa, satria budhi, satria mijil, yun prakerti. Yo satria mukti, yo satria wahyu, ya iku ingsun, satria kang mandhita, jati-jatining satria.”

 @




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

PERAN GURU DALAM USAHA MEMILIKI ILMU BATIN

DUCATI

ass…yang saya hormati serta kepada seluruh mahasiswa KOS yang mulia…Kepada seluruh pembaca KOS saya turut prihatin atas comment2 yang menyudut kan keilmuan rajeh,,, terutama bagi para pemula….memang lebih baiknya jika belajar ilmu-ilmu bathin itu harus dibimbing. Karena dikhawatirkan akan timbul beberapa akibat dari setiap sebab mengamalkan keilmuan bathin tanpa guru yang membimbing. Biasanya akan timbul beberapa tanda pada seseorang yang belajar tanpa guru seperti:
Kurangnya keyakinan sehingga mudah putus asa, Tidak mendalami pengetahuan mengenai ilmu yang diamalkan, Bisa stress karena ilmu yang diamalkan tidak bisa di tajrib sebab belum menyatu dengan tubuh, bisa stress/gila karena terbukanya hijab mata bathin namun sipengamal ilmu belum siap melihat alam ghoib. Bisa stress/gila karena sipengamal belum punya pagar badan (ghoib) sehingga khodam atau jin masuk ketubuhnya. Akhirnya dia kesurupan dan sulit disembuhkan. Ini pernah terjadi dengan teman saya..

Jadi, alangkah baiknya jika untuk pemula lebih bagus memiliki guru/mursyid/kyiai yang dapat membimbing dirinya untuk mengamalkan suatu ilmu. Karena biasanya sang guru bisa menilai ilmu apakah yang pantas untuk kita. Apakah bisa seseorang belajar ilmu ghoib dengan tanpa guru/menerima ijazahan hanya sebatas lewat surat/email/internet?

Saya pernah membahas dengan salah seorang guru saya bahwa ijazahan ilmu dengan lewat surat , email dan internet karena memanfaatkan technology tidaklah mengapa, namun itu hanya besifat ‘ammiyah bukan khusussiyyah (bersifat umum bukan khusus) yakni untuk orang banyak bukan untuk perorangan. Dan biasanya bagi para pemula umum akan merasakan hasil yang berbeda dengan pemula yang belajar khusus. Ibarat orang yang belajar disekolah namun salah satunya juga ikut privat khusus. Jadi walau satu sekolah satu LASKAR namun tetap berbeda hasilnya. Saran saya buat para pemula seperti saya hendaknya memiliki minimal benteng ghoib untuk protect dari segala macam ilmu yang kita amalkan….

Mungkin sudah terlalu banyak murid2 dkwa memberikan testimony nya mengenai asr dan ilmu rajeh lainnya,,,termasuk saya pribadi dan jujur suka gemes membaca comment2 dari para pemula yang kecewa mengamalkan asr…namun tidaklah mengapa mungkin karena kurang pengetahuan dari para mahasiswa kwa mengenai ilmu rajeh..

Mungkin ada beberapa sesepuh juga yang kurang suka dengan ilmu rajeh dan maksud mereka mungkin juga baik untuk meluruskan akidah padahal menurut saya ilmu rajeh Juga termasuk ilmu Allah tapi ya sudahlah hanya sekedar unek2 saja. lagi pula beda pendapat itu sah2 aza…..

Oleh karena itu alangkah baiknya jika anda yang pemula belajar ilmu ghoib memiliki guru,, sehingga tidak menyalahkan ilmu asr/rdr/alr yang anda amalkan namun tidak dapat anda rasakan khasiatnya. Karena kunci keberhasilan terletak pada diri anda (si pengamal ilmu) bukan pada amalannya.. amalan ibarat pedang tergantung siapa yang pegang dan seberapa hebat dia menggunakan pedang tsb. Mohon maaf jika ada salah kata,, maklum saya juga baru belajar,,,,

Sekedar berbagi pengalaman, saya ingin share beberapa pengalaman saya mengenai hizib lathif kubro (bukan ilmu Rajeh,,) coz sya sendiri sudah bosan menerangkan keistimewaan ilmu rajeh sama orang yang kurang percaya. klo ga salah hizib ini juga pernah dimuat disalah satu majalah oleh Gus Idris Nawawi tja dan memiliki berbagai macam variasi jadi ga heran jika ada perbedaan lafadz dengan yang sedulur2 punya.. mungkin juga pernah di share oleh kwa???

Salah satu pengalaman hizb lathif….Setelah tiga malam lebih saya mengamalkan hizib lathif kubro,,,dimalam ketiga sekitar pukul 02.00 saya terbangun karena ada sesosok mahluk yang menarik tangan kanan saya entah mengapa mata saya tetap terpejam karena didalam hati saya tidak mau ganggu sesosok mahluk berjubah putih yang menarik tangan saya dan kemudian dari telapak tangan kanan saya mengalir sebuah aliran setrum yang merambat terus ke lengan dan terus masuk keperut saya. Saya sempet mual karena terasa seluruh organ perut saya seperti kejang karena menahan aliran setrum tersebut. Kejadian itu cukup lama kira-kira 10 menitan. Setelah itu sosok berjubah putih itu pergi dan tubuh saya pun lemas. Kemudian saya bangun dari tempat tidur dan ber wudhu.

Inilah Hizib Lathif Kubro

Wa’as aluka min ridhoillah yaa nabiyawloh yaa habibabawloh yaa syafa aturrosul Muhammad sollawlohu ‘alaihi wassalam, wa ahli asbabil jannah syaidina hasan wa husein bin ali bin abu tholib wa khususson min jami’il hadzal ijazah hijib lathif ma’al khodamus syarifah syaiul lillahumul fatihah (4x)

Ya Lathif 129x

Allahu lathifum bi’ibadihi yarzuqu may yasa, wahuwal qowiyyul ‘aziz, allahummaltusbi taisiri kullu amrin ‘Asirin fainna taisiro wal mu’afata fiddini wad dunya wal akhiroh 1x.

Bismillahirohmanirrohim.

Allahummaj ‘al afdholassolawati wa anmal barokat. Wa ‘ajkattahiyat. Fijami ‘il auqoot ‘ala asyrofil mahluqoot. Sayyidina wa maulana muhammadin akmali ahlil ardhi wassamawaat. Wassalam ‘alaihi yaa robbana azkattahiyyat. Fijami ‘il khothoroti wallahadzoot. Allahumma yaa man lutfuhu bikholqihi syamil. Wa khoiruhu li ‘abdihi waasil. Wasitrohu ‘ala ibadihi saabil. Laatuhk rijuna an dairotil althoof. Wa ‘ammanna min kulli ma nakhoof. Wakunlana biluthfikal khofiad dzhohir. Ya bathinu ya dzhohiru ya lathifu nas aluka wiqoyatalluthfi fil qodho‘i. wattaslima ma ‘as salamati ‘inda nuzulihi warrodho. Allahumma innaka antal alimu bima sabaqo fil azal. Fa khuffana biluthfika fima nazal. Yaa lathifa lam yazal. Waj ‘alna fi khirzin minattahassuni bika ya awwal. Yaa man ilaihil ‘iltija ‘u wa ‘alaihil muawwal. Allahumma yaman alqo kholqohu fi bahri qodo i. wahakama ‘alaihim bihukmi qohrihi wabtilaih. Ij ‘alna mimman humila fisafinatinnajah. Wawukia min jami ‘il aafatthuli hayat. Ilahana innahu man roathu ‘ainu inayatika kana maltufam bihi fitakdiir. Mahfudzon ma khudzon niri ‘ayatika ya qodiir. Yaa sami ‘u yaa bashiir. Yaa Qoribu yaa mujibud doa’. Irghona biaini roayatika yaa khoiru min roaa. Ilahi luthfukal khofiyyu althofa min anyuro. Wa antallathifulladzi lathofta bijami ‘il waroo. Qod hajabta saroyana sirroka fi akwaan. Fala yasyhudu illa ahlul ma’rifati wal ‘iyani falamma syahadu sirro hadzal luthfil waqii’. Hamuu madama luthfukaddaimil baqii. Ilahuna hukmu mas atika fil abiid. Latarudduhu himmatu arifiw wala muriid. Lakin fatahta lana abwabal althoofil khofiyyah. Al mani ‘ati khusunuha min kulli baliyyah. Fadkholna biluthfika tilkal khusuun. Yaman yaqulu lisyai i qun fayaquun. Ilahana antal lathifu bi ‘ibadik. Fabiahlil mahabbati walwidad. Hussona bilathoifil luthfi yaa jawadu. Ilahuna luthfu son atuka wal athofu kholquka watanfidu lasiama biahli mahabbatika wawidadika hukmika fikholqika haqoq. Wa ‘arofatu luthfika bil mahlukiin. Yamna ‘ustikso ‘a haqqoka fil ‘alamina ilahana lathofta bina qobla kaunina wanahnu liluthfi idzaka ghoiru muhtajiin. Aftamna ‘unaa minhu ma ‘al hajati lahu wa anta arhamurrohimiin. Hasya luthfukal kaafi. Waluthfakal wafi anyumna’ ‘anna wa antassyafi. Ilahana luthfuka hua hifduka idza roaita wahifduka luthfuka idza waqoita faadhilna surodikoti luthfik. Wadhrib ‘alaina astaro hifduk. Yaa lathifu nas alukal luthfa abada. Yaa hafidzu qinassu ‘a wassyarol ‘ida. Yaa Lathif 3x Man liabdikal ‘ajizil khoifid dzo ‘if. Allahumma kama lathoftabii qobla suali wakauni. Kunli la ‘alayya yaa aminu yaa mughni. Fa anta hauli wa kuwwati wa auni. Allahu lathifun bi ‘ibadihi yarzuqu mayyasa ‘u. wahuwal qowiyyul ‘aziz. Anisni biluthfika yaa lathif. Anisnil khoifa fi halil makhif. Ta anastu biluthfika yaa lathif wukitu biluthfikar roda fil makhif. Wahktajabtu bi luthfika minal ‘ida yaa lathif. Wawlohu miwwaro ihim muhith. Bal huwa qur anum majiid. Fi lauhimmahfudz. Najautu min kulli hatbin jasiim. Bikauli robba wala ya uduhu hifdzuhuma wahuwal ‘aliyyul ‘adziim. Salimtu min kulli syaithonniw wahasid. Bikauli robba wahifdom min kulli syaithonim mariid. Kufitu kullu hamma fikulli sabiil. Bikauli hasbiyawlohu wani’mal wakiil. Allahulaa ilaha illa huwal hayyul qoyyum. Lata-huduhu sinatu wala naum. Lahuma fissamawati wama fil ardh. Mandzalladzi yasyfa’u ‘indahu illa biidznih. Ya’lamuma baina aidihim wama kholfahum. Wala yuhituna bisyaiim min ‘ilmihi illa bimassyaa. Wasia kursiyyuhussamawati wal ardho wala yauduhu hifdzuhuma whuwl ‘aliyyul ‘adzhim. Laqod jaa akum rosulum min anfusikum ‘azizun ‘alaihi maa anittum harisun ‘alaikum bil mu-minina roufurrohiim. Fa intawallaw fakul hasbiyawlohu laailaha illa hu. ‘alaihi tawakkaltu wahuwa robbul ‘arsyil ‘adzhiim. Li ila fi quroisyin. Ilaafihim rihk latasyita I wassoiif. Fal ya’ budu robbahadzal baitil ladzi ath amahum min juuiwwa amanahum min khouf. Iktafaitu Kaaaf Ha Ya ‘Aiin Sood. Wahtaimubi Ha Miim ‘Aiin Syiin Qoof. Qouluhul hakku walahul mulku salamun qoula mir robbi rohiim. Ahuna qoofa adumma hamma haaun amiin. Allahumma bihakki haadzihil asma i wal asror. Qinassaro wal asroor. Wakullama anta kholiquhu minal akdar. Qul man yak lukum billaili wannahar. Bihakki kala atin rohmaniyatika ak Alana wala takilna ila ghoiriiha thotik. Robba hadza dzulla suali bibabik. Lahaula wala quwwata illa bik. Awlohumma solli wassalim wabarik ‘ala man arsaltahu rohmatan lil ‘alamin.

Pernah juga ketika mondok di banten saya dikasih amalan isim tunggal hizb Rifa’I,,,dari Kiyai pondok tsb…setelah sempurna saya amalkan selama 7malam dengan puasa bila ruh (ga makan yang bernyawa) dimalam terakhir saya bermimpi ketemu dengan Kiyai atau guru saya ketika saya nyantren di Tangerang. Beliau memakai baju serba hijau duduk didepan saya kemudian tersenyum kepada saya setelah itu pergi tanpa bicara sedikit pun. Kiyai atau guru saya yang ditangerang tsb memang terkenal dengan ceramahnya bahkan sekarang beliau sudah sering mengisi ceramah di tv. Saya tidak tahu apa makna mimpi itu sampai saya pulang dari banten,, dirumah, saya dikasih tugas mengisi ceramah pada pernikahan kaka saya entah kenapa yang sebelumnya saya ceramah badan saya gemetar, gugup karena melihat orang banyak, maklum karena saya belum bisa ceramah, namun aneh ketika memegang microphone semua perasaan tsb hilang secara tiba-tiba bahkan saya berceramah dengan lancar sehingga banyak yang terkesan terutama pengajian ibu-ibu yang turut hadir disitu. Sehingga banyak tawaran ceramah sering diajukan kesaya namun saya menolaknya dengan halus karena saya merasa belum pantas. Setelah saya pikir2 mungkinkah ini berkah dari mimpi tersebut ketika dibanten???wawlohu a’lam

Asma Birhatihiin (pernah dishare namun berbeda sedikit)

Walaya-uduhu hifdzuhuma wahuwal ‘aliyyul ‘adziem. Wa hifdzhom ming kulli syaithonim marid. Wahifdzong dzalika taqdiyrul ‘adzhiy-dzhiyl ‘aliim. Wa hafidzhna haa ming kulli syaithonir rojiim. Inna nahnu nazzalna dzikro wa inna lahu lahaa fidzhuwn. Lahu mu’aqibaatum mim baini yadayhi wa min kholfihi yahfadzhuw nahu min amrillah. Allahu hafidzhum ‘alaihim wama anta ‘alaihim biwakiil. Ingkullu nafsil lamma ‘alaiha hafidzh. Bal huwa qur-anummajiid fi lauhim mahfuwdzh. Faing tawallau faqul hasbiyaulohu laa ilaha illa huwa ‘alaihi tawakkaltu. Wahuwa robbul ‘arsyil ‘adzhiem…

Ya Hafidzh 3x

Ya hafidzhu ihfadzhna. Allahumma ahrusna bi’aiynikallati laa tanam waknufna bikanafikal ladzi laa yuroom. Ya allah3x, yaa Robbul ‘alamiyn Birhatiyhin 2x, kariyrin 2x, tatliyahin 2x, thuwroonin 2x, mazjalin 2x, Bazjalin 2x, Tarqobin 2x, Barhasyin 2x, Gholmasyin 2x, khuwdzhiyrin 2x, qolnahuwdin 2x, barsyanin 2x, Kadzhohiyrin 2x, ghowussalakhin 2x, barhayuwla 2x, Baskaylakhin 2x, qozmarin 2x, An-gholaliythin 2x, qobarootin 2x, Ghoyahaa 2x, kaydahuwlaa 2x, syamkhookhirin 2x, Syamkhoo-khiirin 2x, Syam haa-hiirin 2x, bikahthohawnayhin 2x, Bisyarisyin 2x, thuwnasyin 2x, Syamkho baaruwhin 2x,

Allahumma bihaqqi kahkahiyjin yagthosyin balthisghosguwiylin amwiylin, jalda mahjama halmajin warudiyatin mahghoyajin, bi ‘izzatika illa maa a-khodztu sam’ahum wa abshorohum subhanamal laysa kamitslihi syaiuw wahuwas samiy’ul bashiiir

Walau pernah dishare ada perbedaan dari asma birhatihin ini. Asma ini sangat bagus bagi para sedulur yang mau membuktikan kehidupan para wali Allah di bumi nusantara. Saya mendapatkan pelengkap mengenai asma ini dari jawa tengah. Jadi silahkan aja yang mau amalkan sapa tau cocok…….

Pengalaman saya hari pertama mengamalkan asma ini bermimpi ketemu Syekh Siti Jenar,, namun saya tidak langsung percaya akhirnya terjadi berbagai macam dialog sama beliau termasuk beliau menjelaskan mengenai rahasia ketuhanan yang pernah ditutupi oleh para wali songo pada awal penyebaran islam dari masyarakat awam.

Namun saya tetap tidak percaya bahwa beliau itu Syekh Siti Jenar karena khawatir jin yang menyamar,, akhirnya beliau menantang saya apa yang harus saya lakukan untuk membuktikan bahwa saya ini Siti jenar?? Akhirnya saya meminta kepada beliau untuk mengambilkan apel dari alam ghoib yang pernah dilakukan oleh Syekh Abdul Qodiir. Kemudian Syekh Siti menjulurkan tangannya didepan saya dan ditutup dengan telapak tangan satunya,,dan ajaib muncul sebuah apel yang berwarna hijau namun yang membuat saya takjub apel tersebut memancarkan cahaya.. belum sempat saya memegang apel itu eh Syekh Siti menutup dengan telapak tangan lagi dan apel tersebut berubah menjadi semangka. Semangka itu dia belah dengan ujung jari telunjuknya mengeluarkan cahaya kunig ke emasan tanpa menyentuh kulit semangka dan saya disuruh mencicipi buah semangka yang telah dibelah itu dan ternyata rasanya manis sekali berbeda dengan semangka yang selama ini saya makan didunia nyata. Dan entah tiba2 saya kaget terbangun,, saya masih bingung tadi mimpi tapi seperti nyata dan “kres” gigi saya ga sengaja menggigit ternyata ada sisa semangka dimulut saya yang tadi saya makan didalam mimpi sya gigit lagi dan benar manis……Aneeeh tapi nyata???? Padahal saya makan semangkanya didalam mimpi tapi kenapa pas bangun masih ada sisa semangkanya??? Akhirnya saya lari kekamar mandi karena saya lupa lagi puasa dan buru2 deh kumur2,,hehehe

Di hari ke 7 bermimpi diajak berpetualang dengan seorang waliullah,, dan dia menasehati hendaknya setiap mengamalkan sesuatu selalu memberi salam kepada para wali, insya Allah salam kalian akan didengar dan dijawab oleh para wali.

Pengalaman ini pernah saya ceritakan dkwa lewat comment,,klo ga salah sebelum romadhon,,,

oya jika ada yang bisa diantara sesepuh yang bisa bertemu langsung dengan sulthonul auliya Syekh Abdul Qodir Jaelani tolong ditanyakan kepada beliau,, apa benar yang waktu hadir di Amerika itu beliau?? Karena pernah suatu saat saya diajak jalan2 oleh sesosok mahluk entah itu khodam atau jin yang jelas dia berbentuk manusia namun saya tidak dapat mnatap wajahnya karena ditutupi cahaya atau mungkin mata saya masih suka maksiat ,hehehe saya diajak ziarah ke Amerika ternyata disana ada makam Wali Allah,,, khodam tsb berdo’a diatas makam kemudian dia nangis akhirnya saya juga ikut nangis,,setelah selesai keluar dari makam saya melihat sosok jubah hijau berdiri memancarkan cahaya emas kehijauan dari seluruh tubuhnya namun setelah saya dekati ternyata beliau Syekh Abdul Qodir beliau tersenyum kepada saya dan kemudian menghilang….maaf bukan maksud pamer atau riya,,karma pernah saya baca di comment katanya ada sesepuh yang bisa datang ke majlisnya Syekh Abdul Qodir dialam ghoib??

Tolong tnyakan kepada beliau (jika bertemu) apakah benar itu beliau??? bersediakah beliau mengajarkan saya yang masih bejat ini untuk berma’rifat kepada Gusti Allah???????terima kasih wass




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262