OLAH MANAH

OLEH: MAS KUMITIR

Senja menggelayut di ufuk barat. Saya,  Camat, Raden Rahmat, Nugraha dan Fadli ditemani dua orang yang baru kami kenal bergegas untuk berangkat memulai perjalanan. Dua orang baru itu adalah: satu orang pendekar suku Badui Banten dan seorang muridnya yang berusia belia. Kami berkemantapan bila malam ini adalah malam melakukan perjalanan olah rasa.

Perjalanan terasa lamban dan dua jam kemudian kami sampai pada sebuah tempat yang asing. Dada terasa sesak di malam yang gelap gulita itu. Langit di atas bertabur bintang tidak mampu menyinari jalan setapak yang sebenarnya hanyalah semak belukar. Jalan tidaklah mendaki, namun menuruni batu-batu tajam yang licin. Tidak sepertu saudara dari Badui yang berjalan lincah tersebut, tapak kami terpeleset-peleset dan mencoba bertahan agar tidak terjatuh.  Energi goib terasa semakin kuat.

Mata kedua sedulur Badui tersebut menyorot tajam ke segala arah. Bak elang yang siaga terhadap semua kejadian, kami tenang berjalan di belakangnya. Hingga sampai ke sebuah sungai kecil berbatu. Air terasa sangat dingin, begitu kaki kami celupkan di dalamnya. Tak kuasa rasanya berlama-lama di tempat itu. Namun panggilan membawa kami pada kesimpulan bahwa kami tetap harus disitu memenuhi niat kami.

Kami terpaku sesaat di sungai. Sesepuh Badui yang kami panggil Abah itu, tiba-tiba mengeluarkan suara adzan dan qomat. Dilanjutkan dengan bertawassul mengirimkan al fatihah ke para penghulu agama dan leluhur-leluhur terdahulu. Kami tercenung karena suara sederhana itu menghentikan jantung kami sesaat.

Setelah pakaian dilepas dan bertelanjang, kami menceburkan diri ke air yang diperkirakan sekitar sepuluh derajat celcius tersebut. Abah mengambil posisi duduk, meramu bunga tujuh warna dan membakar buhur. Satu persatu kami diminta untuk berada di depannya dalam posisi berjongkok. Kepala kami diminta untuk menyelam sejenak dan kemudian kepala kami diguyur air bunga tersebut. Doa-doa kepada Allah SWT dilantunkan dari mulutnya.

Itu adalah pengiajazahan langsung yang baru saja kami terima malam tadi. Abah tidak memberi tahu apapun terkait dengan doa yang baru dilantunkannya, apa faedahnya, bagaimana menggunakannya. Kami dalam hati hanya mengucapkan; “Qobiltu saya terima doa dari abah atas ijin Tuhan Yang Maha Kuasa”.

Abah adalah sosok yang tawadu, meski ilmu kependekarannya sudah sangat mumpuni, sehari-hari dia berpenampilan sangat bersahaja. Hampir semua tingkat ilmu diajarkannya kepada siapapun yang menginginkan mulai ilmu debus, ilmu kanuragan/kejadukan, ilmu-ilmu asihan, ilmu kerezekian dan lain sebagainya. Ilmu-ilmu diajarkannya tanpa pamrih dan hanya ingin bertujuan agar yang diajarinya mau untuk menebarkan kebaikan dan kemanfaatan, amar makruf nahi munkar.

Usianya memang sudah tergolong tua. Namun di Badui, usia seperti Abah masih terbilang belum terlalu tua. Sebab gurunya abah ini masih hidup dan berusia 130 tahun. Hidup dekat dan menyatu dengan alam, hati damai tenang dan tidak banyak keinginan, membuat usia manusia melenggang santai di sana dan tahu-taru berusia seratus tahun bahkan lebih. Abah masih terlihat berusia empat puluhan. Tiada satu keriput pun di kulitnya, giginya masih utuh dan terlihat gagah.

Diijazahi oleh Abah, badan terasa nyaman, sehat dan hati terasa tenang. Ini adalah satu episode perjalanan spiritual yang kami tidak pernah menduga sebelumnya. PANTA RHEI—semua mengalir gemericik sebagaimana aliran sungai menuju ke muara. Kami semua hanya bisa menunggu dengan berkarya sebaik-baiknya sesuai kemampuan dan kapasitas yang diberikan pada kami. Tidak akan kami sia-siakan sisa waktu untuk tidak memaknai apa yang tergelar ini. Hidup adalah tugas untuk meramu arti dan menemukan hakikat.

Dan dari doa-doa yang terlantun dari hati ikhlasnya Abah, kami terasa mendapatkan kekuatan dan semangat baru untuk menyelami hakikat Rasa. Yang empunya rasa ini ialah jasad/jasmani. Yaitu rasa lelah, lemah dan capai. Kalau Rasa lapar dan haus itu bukan milik jasmani melainkan milik nafsu.

Mengapa jasmani memiliki rasa ini?. Karena sesungguhnya dalam jasmani/jasad ada penguasanya/penunggunya. Orang tentu mengenal nama Qodham atau Alif Lam Alif. Itulah sebabnya maka didalam Al Qur’an, Allah memerintahkan agar kita mau merawat jasad/jasmani. Kalau perlu, kita harus menanyakan kepada orang yang ahli/mengerti. Selain merawatnya agar tidak terkena penyakit jasmani, kita pun harus merawatnya agar tidak menjadi korban karena ulah hawa nafsu maka jasad kedinginan, kepanasan ataupun masuk angin.

Bila soal-soal ini kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, niscaya jasad kita juga tahu terima kasih. Kalau dia kita perlakukan dengan baik, maka kebaikan kita pun akan dibalas dengan kebaikan pula. Karena sesungguhnya jasad itu pakaian sementara untuk hidup sementara dialam fana ini. Kalau selama hidup jasad kita rawat dengan sungguh-sungguh kita bersihkan dengan mandi, sebelum puasa keramas, sebelum sholat berwudhu dulu agar tidak menjadi korban hawa nafsu, serta kita lindungi dari pengaruh alam, maka dikala hendak mati jasad yang sudah suci itu pasti akan mau diajak bersama-sama kembali keasal, untuk kembali ke sang pencipta.

Seperti halnya kita bersama-sama pada waktu lahir kealam fana ini. Mati yang demikian dinamakan mati tilem (tidur) atau mati sempurna. Pandangan yang kita lakukan malah sebaliknya. Mati dengan meninggalkan jasad. Kalau jasad sampai dikubur, maka Qodham atau Alif Lam Alif, akan mengalami siksa kubur. Dan kelak dihari kiamat akan dibangkitkan.

Dalam mencari nafkah baik lahir maupun batin, jangan mengabaikan jasad. Jangan melupakan waktu istirahat. Sebab itu Allah ciptakan waktu 24 jam (8 jam untuk mencari nafkah, 8 jam untuk beribadah, dan 8 jam untuk beristirahat). Juga dalam hal berpuasa, jangan sampai mengabaikan jasad. Sebab itu Allah tidak suka yang berlebih-lebihan. Karena yang suka berlebih-lebihan itu adalah Dzad (angan-angan). Karena dzad mempunyai sifat selalu tidak merasa puas.

Dari mana rasa itu? Apapun yang datangnya dari luar tubuh dan menimbulkan adanya rasa, maka rasa itu dinamakan sejatinya rasa. Jadi sejatinya rasa adalah milik panca indera yaitu mata: Senang karena mata dapat melihat sesuatu yang indah atau tidak senang bila mata melihat hal-hal yang tidak pada tenpatnya. Telinga: Senang karena mendengar suara yang merdu atau tidak senang mendengar isu atau fitnahan orang. Hidung: Senang mencium bebauan wangi/harum atau tidak senang mencium bebauan yang busuk. Kulit: Senang kalau bersinggungan dengan orang yang disayang atau tidak senang bersunggungan dengan orang yang nerpenyakitan. Lidah : Senang makan atau minum yang enak-enak atau tidak senang memakan makanan yang busuk.

Rasa sejati akan timbul bila terdapat rangsangan dari luar, dan dari tubuh kita akan mengeluarkan sesuatu. Pada waktu keluarnya sesuatu dari tubuh kita itu, maka timbul Rasa Sejati. Untuk jelasnya lagi Rasa Sejati timbul pada waktu klimaks/pada waktu melakukan hubungan seksual.

Sementara, Rasa Tunggal Jati sering diperoleh oleh mereka yang sudah dapat melakukan Meraga Sukma (keluar dari jasad) dan Solat Dha’im. Beda antara Meraga Sukma dan Sholat Dha’im ialah : Kalau Meraga Sukma jasad masih ada.batin keluar dan dapat pergi kemana saja. Sementara bila Sholat Dha’im jasad dan batin kembali keujud Nur dan lalu dapat pergi kemana saja yang dikehendaki. Juga dapat kembali dan bepergian ke Alam Lauhul Makhfuz.

Bila kita Meraga Sukma maupun sholat Dha’im, mula pertama dari ujung kaki akan terasa seperti ada “aliran“ yang menuju ke atas kekepala. Pada Meraga sukma, bila “aliran“ itu setibanya didada akan menimbulkan rasa ragu-ragu/khawatir atau was-was. Bila kita ikhlas, maka kejadian selanjutnya kita dapat keluar dari jasad, dan yang keluar itu ternyata masih memiliki jasad. Memang sesungguhnyalah, bahwa setiap manusia itu memiliki 3 buah wadah lagi, selain jasad yang tampak oleh mata lahir ini. Pada bagian lain bab ini akan kita kupas.

Kalau sholat Dha’im bertepatan dengan adanya “Aliran“ dari arah ujung kaki, maka dengan cepat bagian tubuh kita akan “Menghilang“ dan kita akan berubah menjadi seberkas Nur sebesar biji ketumbar dibelah menjadi tujuh bagian. Bercahaya bagai sebutir berlian yang berkilauan. Nah, rasa keluar dari jasad atau rasa berubah menjadi setitik Nur. Nur inilah yang disebut sebagai Rasa Tunggal Jati. Selain itu, baik dalam Meraga Sukma maupun Sholat Dha’im. Bila hendak bepergian kemana-mana kita tinggal meniatkan saja maka sudah sampai.

Rasa ini juga dapat disebut Rasa Tunggal Jati. Sebab dalam bepergian itu kita sudah tidak merasakan haus, lapar, kehausan, kedinginan dan lain sebagainya. Bagi mereka yang berkeinginan untuk dapat melakukan Meraga Sukma dianjurkan untuk sering Tirakat puasa. Jadikanlah puasa itu sebagai suatu kegemaran. Maka di momen Ramadhan yang akan kita jalani ini kita memulai berlatih agar nanti kita sampai pada tujuan azali kesemua itu yaitu menjadi orang yang bertakwa, Dan yang penting juga jangan dilupakan melakukan Dzikir gabungan Nafi-Isbat dan QOLBU. Dalam sehari-hari sudah pada tahapan lillahi ta’ala.

Hal ini berlaku baik mereka yang menghendaki untuk dapat melakukan Sholat Dha’im. Kalau Meraga Sukma mempergunakan Nur Allah, tapi bila Sholat Dha’im sudah mempergunakan Nur Illahi. Karena ada Rasa Sejati, maka Rasa merupakan asal usul segala sesuatu yang ada. Oleh sebab itu bila hendak mendalami ilmu Ma’rifat dianjurkan untuk selalu bertindak berdasarkan rasa. Sehari-hari kita berlatih olah manah (orah rasa) dengan cara jangan membenci, jangan menaruh dendam, jangan iri, jangan sirik, jangan bertindak sembrono, jangan bertindak kasar terhadap sesama manusia.

Sebab dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, kita ini semua sama karena masing-masing memiliki rasa. Rasa merupakan lingkaran penghubung antara etika pergaulan antar manusia, juga sebagai lingkaran penghubung pergaulan umat dengan Penciptanya. Rasa Tunggal jati ini mempunyai arti dan makna yang luas. Karena bagai hidup itu sendiri. Apapun yang hidup mempunyai arti. Dan apapun yang mempunyai arti itu hidup. Sama halnya apapun yang hidup mempunyai Rasa. Dan apapun yang mempunyai Rasa itu Hidup.

Dengan penjelasan ini, maka dapat diambil kesimpilan bahwa yang mendiami Rasa itu adalah Hidup. Dan Hidup itu sendiri ialah berasal dari Sang Pencipta. Padahal kita semua ini umat yang hidup. Jadi sama-sama ada Penciptanya. Oleh sebab itu, umat manusia harus saling menghormati, tidak saling merugikan, dan harus saling tolong menolong karena sesungguhnya kita satu kesatuan dalam keberagaman. Semoga kita mampu untuk menjadi manusia yang wajar seperti ini. Amin.




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

JAUHI SIHIR DAN SANTET

Pengetahuan yang baik dan benar apalagi disertai dengan kebijaksanaan akan memancarkan kedamaian dan mendatangkan manfaat. Sebaliknya, mempraktekkan pengetahuan yang diperoleh secara sepotong-sepotong apalagi dilakukan ceroboh dan tidak disinari dengan cahaya kebijaksanaan pasti akan menjerumuskan diri sendiri, dan bisa jadi melukai orang lain.

DSCN7391

Pernyataan di atas terasa penting karena pada kesempatan kali ini akan dibahas tentang praktek SIHIR atau tenung. Kita akan memaparkan sesuatu yang berbahaya agar pengetahuan kita tidak sepotong-sepotong yang justeru membuat penasaran dan malah mempraktikkannya. Padahal kita tahu, mempraktikkan SIHIR ada resiko yang sangat berat. Selain siksa di neraka, juga siksa di dunia akibat bermain-main dengan makhluk jahat.

Praktek SIHIR sudah dikenal luas oleh masyarakat dan peradaban manapun di dunia. Sejarah praktek SIHIR yang paling terkenal konon telah dikenal sejak era Nabi Musa empat ribu tahun sebelum Masehi, bahkan saat Nabi Sulaiman. Di era Musa A.S., SIHIR menjadi bagian tidak terpisahkan dari kekuasaan. Untuk menguatkan legitimasinya di masyarakat Mesir, Fir’aun yang mengaku Raja di Raja di Bumi ini memiliki komunitas ahli SIHIR.

Konon, sebelumnya ilmu SIHIR juga telah dipraktekkan semasa Nabi Sulaiman. Setidaknya ada dua ayat di kitab suci yang menguas tentang bagaimana kesaktian IFRIT, jin yang mampu untuk memindahkan istana dalam waktu sangat cepat sehingga Ratu Balqis mengakui kehebatan Sulaiman (King Solomon). Sebagaimana yang tertera dalam kitab Suci: “Berkata IFRIT (yang cerdik) dari golongan jin: “Aku akan datang kepadamu (Sulaiman) dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya” (QS An Naml 39).

Namun tawaran IFRIT ini ditandingi oleh seseorang yang lebih tinggi kesaktiannya yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (QSAn Naml 40)

IFRIT adalah jenis jin yang memiliki kesaktian tinggi, suka menggoda dan jahil. Bahkan seorang nabi terakhir pun, Muhammad Rasulullah SAW pernah diganggu jin ini. Sebagaimana sabdanya: “Kemarin jin IFRIT menggoda dalam salatku supaya aku lalai. Akan tetapi Allah berkenan membantuku berlindung darinya sehingga aku dapat mencekiknya. Aku ingin mengikatnya di sebuah dinding mesjid hingga kalian dapat melihatnya, kemudian aku ingat doa saudaraku, nabi Sulaiman as.: Tuhanku, ampunilah aku. Berikanlah aku suatu kekuasaan yang tidak layak bagi seorang pun sesudahku. Sehingga Allah mengusirnya dalam keadaan rugi.” (Shahih Muslim No.842)

Bagaimana asal muasal SIHIR dalam peradaban dunia? Marilah kita telusuri dalam Kitab Suci. Dalam Surat Al Baqarah ayat 102, telah tertera di sana: ….”Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan SIHIR), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan SIHIR), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan SIHIR).

Mereka mengajarkan SIHIR kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu HARUT DAN MARUT, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”.

MAKA MEREKA MEMPELAJARI DARI KEDUA MALAIKAT ITU APA YANG DENGAN SIHIR ITU, MEREKA DAPAT MENCERAIKAN ANTARA SEORANG (SUAMI) DENGAN ISTRINYA. Dan mereka itu (ahli SIHIR) tidak memberi mudarat dengan SIHIRnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudarat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan SIHIR itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan SIHIR, kalau mereka mengetahui.

Jelaslah awal muasalnya, bahwa ada sekelompok manusia yang mempelajari SIHIR dari kedua malaikat di negeri Babil yaitu HARUT DAN MARUT. Padahal, dua malaikat ini memiliki SIHIR untuk tujuan baik yang disertai dengan kebijaksanaan.

Sekarang bagaimana praktek SIHIR dalam peradaban modern? Tidak bisa dipungkiri bahwa sekarang masih banyak kaum yang memiliki, menyimpan dan mempraktekkan SIHIR untuk berbagai keperluan. SIHIR memiliki banyak bentuk variasi dan nama. Jenis yang paling ganas ada tiga yaitu TENUNG, JENGGES dan SANTET.

Untuk melakukan SIHIR tenung, seorang dukun sebelumnya harus melakukan sebuah RITUAL yang merupakan slametan bohong-bohongan. Dukun duduk mengucapkan matra di tengah sajen-sajen yang membentuk setengah lingkaran. Sajen ini untuk makanan makhluk halus yang jahat—disertai permohonan untuk menghancurkan korban.

Sajen terdiri dari sebongkah kemenyan yang utuh dan candu, disertakan cermin (benda kesukaan makluk halus). Kalau orang bermaksud membunuh korban dan tidak sekedar membuatnya sakit, maka kemenyan itu diremukkan menjadi butiran-butiran kecil yang lalu dibungkus dengan kain mori putih, diikat di tiga tempat seolah-olah itu adalah mayat. Dukun membacakan doa-doa ritual yang biasanya dilakukan saat upacara pemakaman mayat.

Dalam JENGGES dan SANTET upacaya seperti itu dilakukan juga. Tetapi dalam upacara harus disertakan juga paku, rambut, pecahan kaca, kawat panjang, potongan-potongan besi, serta jarum di tengah sajen tadi. Dukum mengucapkan mantra dan memusatkan perhatian pada maksud jahatnya. Membujuk makhluk halus agar memasukkan benda-benda berbahaya itu ke perut korban. Korban maupun orang sekeliling korban akan menengar suara letusan mendadak dan kemudian si korban jatuh sakit parah.

Namun, spesifik untuk SANTET dukun itu sendiri yang harus mendatangi korban secara sembunyi-sembunyi dan melakukan praktek dengan meraba biji-bijian di tangannya sambil berkali kali membaca mantra dalam hati tanpa bersuara. Si Korban akan terkena sakit yang tidak bisa diobati.

TENUNG, JENGGES dan SANTET intinya adalah mengubah energi menjadi benda serta benda menjadi energi, energi inilah yang dipakai untuk melukai korban dengan keterlibatan makhluk halus.

Ada berbagai macam proses atau teknik untuk melancarkan tiga jenis SIHIR ini namun semuanya memilki tujuan yang sama yaitu membuat lawan takluk atau sakit. Seorang dukun pernah berceritera saat dia ingin menyantet korban: “Carilah photo, atau pakaian bekas korban, atau pernah dipakainya. Buat upacara slametan untuk makhluk halus dengan meletakkan foto dan pakaian itu. Upacara dilakukan pada malam hari……. tepat di hari weton korban. Janga lupa bakarlah kemenyan agar para mahluk jahat datang membantu, setelah itu bacalah mantra santet dan setelah selesai tulisilah rajah gaib di photo atau pakain korban dengan darah ayam dan bakarlah ke api.

Sambil membakar sampaikan keinginan kepada mahluk halus. Apabila makhluk halus mau membantu maka dalam beberapa hari akan kelihatan hasilnya, korban akan jatuh sakit, atau apabila guna-guna pelet agar di cintai maka sasaran akan takluk dan tergila-gila.

Pada saat itu juga dicurahkan kekuatan batin dengan kekuatan VISUALISASI (pembayangan) yang kuat dari pelaku. Misalnya santet dengan menggunakan media bambu apus yang ketika hendak digunakan terlebih dahulu dibacakan mantera-mantera tertentu, setelah itu PELAKU SANTET MEMUSATKAN KONSENTRASI, VISUALISASI DAN BERNIAT MENYAKITI SI KORBAN.

Ada lagi jenis SANTET yang sangat dikenal di masyarakat sekitar Banyuwangi, Jawa Timur tepatnya di wilayah yang dihuni subkultur Osing. Yaitu santet jenis SABUK MANGIR DAN JARAN GOYANG. Kedua jenis santet ini yang paling disukai dan sering diinternalisasikan masyarakat suku ini dalam aktivitas sehari-hari.

Kedua jenis Santet ini, sama-sama memiliki daya kekuatan untuk mempengaruhi objek yang disantet, tetapi dalam proses dan hasil keduanya berbeda. SABUK MANGIR terkesan halus, pelan dan membutuhkan beberapa hari untuk menuai tujuan penyantet. Dari sifatnya yang lambat nan pasti itu, resiko terdeteksinya penyantet oleh keluarga korban Santet, lebih kecil dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk membongkar sindikat intervensi terselubung tersebut.

Berbeda dengan JARAN GOYANG, hasil dan tujuan penyantet terhadap korban santet lebih cepat bereaksi tanpa membutuhkan waktu yang cukup lama hingga berhari-hari. Tetapi, jenis ini yang tergolong kasar, sehingga lebih besar kemungkinan penyantet dapat segera terdeteksi. Pasalnya, selain para keluarga korban santet cenderung cepat menaruh kecurigaan terhadap tingkah laku korban yang tiba-tiba berubah dari kebiasaannya sehari-hari, korban penyantetan berkemauan kuat untuk segera mencari dan ingin bersanding selamanya dengan penyantet.

Apabila korban tidak sanggup mencari atau menemukan penyantet dirinya, korban akan selalu terlihat murung dan menyebut-nyebut nama penyantet, bahkan dalam kondisi yang paling parah korban tidak segan-segan mencari dan menanyakan nama penyantet diiringi pernyataan cinta, menyesal dengan suara-suara yang keras dan teriak-teriak.

Dari perbedaan efek yang ditimbulkan kedua jenis mantra SABUK MANGIR DAN JARAN GOYANG tersebut, dipengaruhi oleh potensi kekuatan magi yang berbeda-beda pula. Magi adalah sesuatu yang diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib dan dapat menguasai alam sekitar, termasuk alam pikiran dan tingkah laku manusia.

Yang perlu diketahui dalam khasanah SIHIR ini adalah soal MANTRA. Mantra sesungguhnya adalah untaian doa yang ditujukan kepada Tuhan Semesta Alam. Namun dalam praktik dunia hitam, kata ini mengalami penyempitan makna menjadi : “perkataan atau ucapan yang dapat mendatangkan daya ghaib, atau susunan kata berunsurkan puisi yang dianggap mengandung kekuatan ghaib yang biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang.” Untuk mempraktekkan SIHIR, diperlukan mantra yang tepat sehingga mampu membujuk makhluk halus untuk bergotong royong membunuh atau menyakiti korban.

REFLEKSI
Ada beragam saran untuk mengobati santet, yaitu pergi ke ahlinya (kyai, pendeta, paranormal, dukun, dll) bila kita belum mampu menyembuhkan sendiri. Banyak-banyaklah mengingat Tuhan dalam waktu apapun baik saat posisi duduk, berdiri maupun berbaring. Hanya Tuhan sumber segala sumber kekuatan. Bukankah setiap saat kita memang diwajibkan untuk memohon pertolonganNya dalam segala situasi?

Bagi yang sudah mampu untuk menyembuhkan diri atau menolak santet dengan kekuatan spiritual sendiri diperlukan sifat andap asor dan OJO DUMEH, kita perlu menetapkan kesabaran dan tidak perlu untuk membalas perlakuan yang sama. Sebab membalas dendam adalah LOGIKA SETAN. Ini yang membedakan kita dengan makhluk jahat yaitu memiliki KESADARAN, AKAL BUDI DAN KEBIJAKSANAAN.

Niat jahat apalagi bila disertai dengan perilaku jahat hasilnya juga sebuah kejahatan. SIHIR dengan berbagai variannya sudah sejak lama berakar urat dalam peradaban manusia, tidak terkecuali Indonesia. Di satu sisi penggunaan SIHIR jenis santet, tenung, jengges adalah juga salah satu kekayaan tradisi spiritual di nusantara. Namun, apakah membunuh dan menyakiti korban dengan cara dari dunia hitam seperti ini dibenarkan? Kembali ke HATI NURANI MASING-MASING.

Dunia ini terlalu sempit dan buruk bila diisi dengan NAFSU, KESERAKAHAN, KEDURJANAAN, KEANGKARAMURKAAN. Dunia akan terasa luas indah bila kita semua hidup dengan SALING KASIH SAYANG, TOLONG MENOLONG dan TANPA PAMRIH.

Selain itu, ada pesan khusus bagi umat Muslim sebagaimana disabdakan Rasulullah saw dalam hadits: Jauhilah TUJUH HAL yang merusak. Yaitu: MENYEKUTUKAN ALLAH, SIHIR, MEMBUNUH MANUSIA, MAKAN HARTA ANAK YATIM, MAKAN RIBA, LARI DARI MEDAN PERTEMPURAN DAN MENUDUH BERZINA KAUM WANITA.

Artikel Kiriman dari:

Ki Senggol Modot



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262