KHASIAT DAN TUAH HEWAN SECARA MISTIS 2

Buya arman malin marajo talago batuah

KUCING

Kucing adalah hewan yang dekat dan jinak terhadap manusia,binatang ini di pelihara karena kelucuan sifatnya dan juga digunakan sebagai untuk mengusir tikus di dalam rumah rumah selain untuk di pelihara kucing mempunyai maamfa at secara mistis,bila anda mempunyai kucing berwarna hitam legam maka sering-seringlah menatap matanya, karena di percaya mengandung daya magis untuk menambah kekuatan mistis mata kita Khasiat ke dua untuk pengasihan, ambilah 7 tetes darah telinga kucing ,kemudian di keringkan,..dan berikanlah kepada wanita atau istri yang kita sayangi bila sering di tinggal kerja agak lama,,niscaya wanita atau istri anda tidak akan bisa selingkuh selamanya,

KELELAWAR

Kelelawar adalah hewan malam yang tidurnya bergelantungan seperti kalong,namun kelelawar labih kecil dari kalong,,khasiat dan kegunaanya adalah sebagai pencegah kehamilan, tangkap kelelawar seekor potonglah kepalanya kemudian jemur sampai kering, bungkuslah dengan plastik taruh di bawah bantal .jika mau bersetubuh dengan istri ,maka istri tidak akan hamil ,

BURUNG HANTU

Mata burung hantu bisa di gunakan untuk melihat jin ,caranya tangkaplah burung hantu liar bukan yang di pelihara,kemudian di sembelih,koreklah biji matanya kemudian di peras dan ambil air perasannya teteskan ke mata sambil membaca ‘’ ya alimul ghaibi wasyahadah 3x. Atau dengan cara di telan bulat-bulat maka akan terbuka pandangan kita melihat jin atau mahkluk gaib.tanpa belajar.

BUAYA

Taring buaya yang kanan jika di pakai dan di ikatkan ke pianggang maka ketika bersetubuh akan lama sebelum di lepas sperma tak akan keluar.

KERA

Mata kiri kera di tumbuk sampai halus kemudian di campur dengan minyak misik,di campur sperma sendiri dan ari-ari bayi laki2 yang lahir pada malam anggara kasih yang pertama lahir dari seorang ibu,anak pertama, kemudian di asapi kemenyan putih dan kemudian di tanam di kuburan orang yang baru meninggal hari jum at kliwon, selama 7 hari, setelah tujuh hari di ambil ,kegunaannya untuk bisa lolos badan kita pada lubang yang kecil.

Taring atau giginya bisa di jadikan jimat untuk membuat tubuh kaku atau mati dengan cara di garukkan ke pada orang yang sedang tidur

Tulang kera ampuh untuk mencegah penyakit kulit,dengan cara di haluskan atau di kerik lalu di makan selam 7 hari, satu sendok teh maka tidak akan kena kurap atau gudig selamanya.

Bulunya bila di campur minyak misik atau minyak wangi lainnya dan di bakar di tengah malam bisa mendatangkan segerombolan jin,

GAJAH

Tulang dada gajah di haluskan di campur dengan arak putih diminum selama 40 hari ,maka kalau sudah 40 hari di minum masuklah ke sungai atau kolam di dalam air tersebut tubuh tak akan bisa tenggelam bisa mengapung seperti gabus.

HARIMAU

Kumis harimau memiliki kekuatan gaib sebagai pitunduk istilah dalam suku minang di sebut dengan ‘’piganta’’ kumis harimau ini mesti di pilih ,harimau yang masih liar,dan jika ada harimau mati dengan sendirinya atau di tembak perhatikan sekitar satu meter dari bangkai harimau tersebut,,jika beruntung akan di temukan satu lembar kumis harimau yang mati tersebut lepas dengan sendirinya, warna kumis harimau itupun sedikit berbeda dengan kumpulan kumis lain yang berwarna putih kumis ini berwarna keperakan, jika harimau mati maka kumis berwarna perak ini lepas dengan sendirinya.

LANDAK

Tangkaplah sejenis landak,(hedgehog) ambilah matanya kemudian di campur dengan minyak kenari dan di panaskan dalam wadah tembaga kemudian buatlah untuk celak,maka mata bisa melihat dalam gelap/ malam hari. Jika rambut rontok yang parah,ambilah kulit landak kemudian di bakar lalu di masak dengan minyak zaitun,olesi kepala dengan minyak tersebut selama 8 hari ,maka rambut akan tumbuh subur

KIJANG

Tanduk kijang bermamfaat jika di bakar di dalam rumah dan asapnya memenuhi ruangan bisa mengusir segala binatang berbisa, sedangkan khasiat abunya bisa untuk memutihkan gigi, sedangkan lidahnya bila di jemur atau di keringkan dengan tidak langsung kena matahari dan di berikan pada wanita yang cerewet agar di makannya maka akan menghilangkan sifat cerewetnya,bila cerwet lidahnya akan kelu,empedunya bisa menghilangkan sakit telinga,dengan cara di teteskan ke dalam telinga.

TUPAI

Daging tupai bisa menyembuhkan orang sakit jiwa ringan dengan cara mengkomsumsinya secara rutin,

SAPI

Tanduk sapi di percaya bisa menyembuhkan dan menurunkan dengan cepat seseorang sakit panas. Dan darahnya juga berkhasiat menghentikan tubuh terluka oleh senjata tajam. Jangan sekali-kali mengolesi hidung sapi dengan aroma minyak mawar sapi akan kebingungan,

KAMBING

Hewan kambing siapa yang tak kenal, binatang yang di jadikan ternak oleh manusia sejak dahulu kala,,konon jika kambing yang berwarna putih mulus sepasang tanduknya di tumbuk hingga halus selanjutnya di masukkan dalam bantal maka jika orang yang tidur a bantal yang telah di masukkan bubuk tanduk kambing ini maka tidak akan bangun selama masih belum di ambil bubuk tanduk tersebut

Dan bagi yang mempunyai penyakit sering lupa atau lemah ingatan maka janganlah mengkomsumsi daging kambing karena akan menyebabkan penyakit lupanya bertambah parah

LALAT

Barang siap sakit kepala yang sangat,tangkaplah lalat hidup2 kemudian ikatlah dengan kain hitam di kepala yang sakit sambil membaca solawat nabi 3x,maka sakit kepala akan hilang.

ANJING

Konon menurut sebuah kitab kuno,apa bila ada anjing kawin dan kemudian anjing tersebut lengket maka potonglah ekor yang jantan kemudian tanamlah selama 40 hari,setelah empat puluh hari ambilah setelah di bersihkan kemudian di bungkus dengan kain hitam ,dan di bawa sengganma, dengan mengikatkan di bawah tulang rusuk kiri,maka selama ekor anjing itu belum di lepas maka sperma tak akan keluar.

KURA-KURA

Bila kita tersesat di hutan carilah kura-kura atau bawalah kura-kura kalau mau masuk hutan dan bila kita tak tau arah keluar dari hutan atau tersesat lepaskan kura-kura,,tunggu beberapa saat biarkan kura-kura tersebut berjalan dengan arahnya sendiri maka ikutilah arah yang di tuju kura2 tersebut tersebut pasti akan menemukan jalan keluar, begitulah setiap kali kita akan ke luar dari tersesat di hutan.

KAMBING KIBAS

Kambing jenis ini banyak sekali di jumpai di indonesia, kahsiat dari hewan ini adalah jika biji kemaluannya di panggang dan di makan maka bisa menyembuhkan orang yang biasa mengompol .tanduknya jika di tanam di dekat pohon yang jarang berbuah maka akan berbuah banyak, dan jika bulunya di bawa seorang wanita maka akan menghambat kehamilan, konon jika makan hati kambing jenis ini akan mengurangi kegelisahan atau ke gundahan.

Demikianlah sekilas tentang khasiat dan kegunaan hewn-hewan yang telah kita kenal selama ini.salam dunsanak atau sedulur sekalian, semoga ada mamfaatnya bagi kita,,saran dan kritik yang membangun kami harapkan pada sedulur sekalian..wassalam



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

KHASANAH MISTIK: ILMU KEBAL

Kepercayaan pada kekebalan menyebar di berbagai wilayah Indonesia. ilmu tersebut banyak digunakan tokoh nasional semasa revolusi. dalam islam, kekebalan masih diragukan keberadaannya.

Peristiwa Mbah Suro tahun 1967 di Nginggil dan peristiwa Lampung adalah dua peristiwa nasional tentang kekebalan. Benarkah ada manusia tak mempan ditembak, dibacok, atau dibakar? Guru kekebalan mensyratkan dikubur hidup-hidup 3 hari untuk menjadi manusia super. Toh ia rontok kalau disabet daun kelor atau digores padi.

Sungguh fantastis. Meski peluru petugas memberondong, para perusuh itu malah maju, dan maju dan sangat dekat. Beberapa orang di antara mereka malahan berteriak, “Ayo, tembak lagi.” sambil menunjukkan peluru yang tak menembusi tubuhnya. Pertempuran berlangsung makin seru dan aneh. Akhirnya, gelap malam melilit kawasan yang rawan itu. Dalam kesunyian, beberapa orang tampak terkapar, tewas. Mereka adalah sebagian dari orang-orang yang kabarnya: tak mempan peluru. Yang lain telah mundur, menyusup ke hutan Gunung Balak. “Kebal”, kata itu kemudian melompat dari mulut ke mulut, penduduk Lampung. Apa sebenarnya yang telah terjadi? Berapa sebenarnya jumlah korban? Bentrok tentara dengan sekelompok orang — oleh pemerintah disebut “GPK Warsidi” —  memang mengagetkan. Bisa membikin orang tersedak.

Peristiwa itu telah menjadi pembicaraan hangat. Khusus persoalan “kekebalan”, Pangdam Sriwijaya Mayor Jenderal Sunardi berkata, “Ah, kebal apa. Buktinya mereka ditembak, ya, mati.” Pernyataan Pak Mayor Jenderal itu benar. Tetapi masyarakat masih meyakini bahwa Warsidi dan sejumlah anak buahnya memang mempunyai ilmu kebal. Dengar saja penuturan Bambang Saputro, tukang ojek di Way Jepara, Lampung. Ia mengaku menyaksikan dengan “mata kepala” sendiri keanehan tersebut. Dialah orangnya yang mengantar petugas ke sana. Di Talangsari, ia melihat bagaimana Kapten Sutiman, Danramil Way Jepara, menembak langsung orang-orang itu, namun, kata Bambang, “Mereka yang ditembak tidak apa-apa.” Malah kemudian Sutiman yang tewas, terhunjam anak panah.

Suprapto, Kepala SMA Muhammadiyah Sidorejo di Lampung, percaya soal kekebalan dalam kasus GPK Warsidi itu. Ia mendengarkan kisah semacam dari sejumlah saksi mata: bahwa Jamjuri (ini juga anggota GPK Warsidi) tak terlukai peluru. Padahal, Serma. Sudargo telah menembaki Jamjuri hingga peluru habis. Hasilnya hanya luka tak berarti pada kaki Jamjuri, sedang nyawa Sudargo sendiri melayang lantaran dikeroyok. Benarkah ada orang kebal? Dalam sejarah Indonesia, bertaburan kisah kekebalan. Pada perlawanan “Barisan Bambu Runcing” atau “Barisan Muslimin Temanggung” terhadap tentara NICA dan Sekutu, misalnya. Siapa pun yang terlibat pada masa itu pasti mengenal nama Kiai Subkhi.

Seorang kiai yang — menurut K.H. Muhaiminan Gunardho dari Parakan, Jawa Tengah “selalu berada di depan jika menyerang musuh.” Ketika itu, seruan takbir sahut-menyahut. Rakyat bergelombang-gelombang menyerang Belanda yang bersenjata lengkap, cuma dengan senjata bambu runcing. Tetapi toh mereka maju terus. Termasuk Kiai Subkhi yang menjadi pucuk pasukan. Kendati demikian, kiai asal Parakan, Temanggung, itu selamat.

Menurut Muhaiminan, bukan hanya Kiai Subkhi yang tidak apa-apa. Semua orang yang memegang bambu runcing — seperti Pak Kiai — memang kebal. Tentu saja senjata itu bukan sembarang bambu yang diruncingkan lalu dibawa maju perang. Melainkan bambu runcing yang sudah “diisi” atau istilah lainnya “disepuh”. Yang bertugas menyepuh adalah Kiai R. Sumomihardho, ayah Muhaiminan. Namun, sebelum bambu runcing yang bakal dipakai untuk melawan penjajah itu disepuh, pembawanya harus menghadap tiga kiai lain. Yakni K.H. Abdur Rohman, Kiai Ali, dan K.H. Subkhi. Kiai Abdur Rohman akan memberi nasi manis — nasi yang ditaburi gula putih — pada para prajurit amatiran itu. Ini bukan nasi buat mengenyangkan perut, tapi sebuah asma, yang kadang juga disebut isim. Semacam jimat yang dalam hal ini untuk kekebalan. Kiai Ali memberi asma air wani (wani = berani), yang membikin orang-orang itu menjadi berani dan tak capek-capek. Sedang Kiai Subkhi mengajarkan hafalan doa.

Bismillahi bi aunillah. Allahu ya khafidhu. Allahu Akbar. Masing-masing dibaca tiga kali, lalu menyandang bambu runcingnya. Dengan bimbingan para kiai itu, rakyat bertempur habis-habisan. Ini nampaknya peristiwa sepele. Sebab, tak tercantum dalam buku sejarah — yang memang hampir tak pernah menulis gerakan rakyat. Tetapi banyak tokoh nasional yang telah memanfaatkan jasa para kiai itu: agar memperoleh kekebalan dan keberanian dalam masa revolusi.

Tak kurang dari Jenderal Soedirman, menurut Muhaiminan, pernah datang ke Parakan guna menyepuhkan bambu runcing untuk “Palagan Ambarawa” — pertempuran di Ambarawa. Selain itu, masih ada sederetan nama lain. Misalnya Wongsonegoro (dulu Gubernur Jawa Tengah), Roeslan Abdul Gani, K.H. Wahid Hasyim, Moch. Roem, juga Kasman Singodimedjo. Kiai Muhaiminan, yang menikahi cucu Kiai Subkhi, amat berkesan dengan kekebalan cara Parakan yang banyak menyumbang jasa bagi berdirinya republik ini.

Maka, Pak Kiai pun menamai pesantren yang kini diasuhnya dengan sebutan Pondok Pesantren “Kiai Parak Bambu Runcing.” Cerita kekebalan juga memerciki peristiwa G30SPKI. Dalam kisah ini, bukan para kiai yang jadi peran utama, tapi justru dari kalangan kaum abangan PKI. Mereka yang ditumpas. Seorang yang dulu santri di pesantren daerah Kediri berkisah. Ia sempat menjadi anggota Banser Barisan Serba Guna, yang banyak membantai PKI. Satu saat ia dan kawan-kawannya berhadapan dengan orang-orang PKI yang dijejerkan untuk dieksekusi. “Saya yang mendorong orang-orang itu satu per satu,” paparnya.

Setiap orang PKI yang didorong langsung disambut dengan tebasan pedang algojo. Potongan kepala dan tubuh mereka pun mengotori aliran Sungai Brantas, menggemukkan ikan-ikan di sana. Tiba-tiba para anak muda yang tengah “menumpas” itu menjumpai keganjilan: salah seorang PKI tak mempan dibacok. “Bunyinya trang …, seperti besi yang beradu,” kata santri itu mengenang. Algojo jadi kebingungan. Sesaat kemudian ia meletakkan pedangnya. Lalu menerkam leher korban dan menggiyit tenggorokannya hingga putus. Cerita kekebalan di sekitar peristiwa 1965 terasa semakin hebat lantaran bumbu pengisahannya.

Di Bali, ada yang terpaksa dimintai baik-baik untuk melepaskan nyawanya, karena tak mempan dieksekusi. Memang ajaib. Begitu juga pada eksekusi Mbah Kahar di Pulung, Ponorogo, Jawa Timur. Daerah yang terkenal karena reog serta warok — jagoan setempat. Atau pada mitos Mbah Suro dari Nginggil, desa tepian Bengawan Solo di perbatasan Jawa Timur-Jawa Tengah. Banyak beredar bumbu yang membaurkan antara mimpi, dongeng, dan kenyataan yang konkret. “Mbah Kahar tidak mempan ditembak maupun dipenggal kepalanya,” kata Mislan, yang mengaku menjadi algojo Kahar. Petugas pun bingung. Lalu menyerahkan tugas itu pada Mislan. Sebab, ia juga kebal setelah “bertapa di sebuah gua”. Dengan pedangnya, ia menetak leher Mbah Kahar yang duduk bersila. Dell…, kepala putus, menggelinding sekitar lima meter. Namun, kata Mislan, ajaib. “Pelan-pelan kepala itu menyatu kembali dengan tubuhnya.”

Suasana kacau. Sebab, tak ada lagi orang setempat yang dianggap melebihi “ilmu” Mislan. Algojo itu kemudian mencoba lagi. Begitu kepala korban putus, Mislan membawa kepala itu menyeberangi sungai. Kedengarannya seperti cerita komik. Kalau cerita Mislan benar, Mbah Kahar (juga Mislan) jelas lebih hebat ketimbang Mbah Suro. Tahun 1967, Mbah Suro mencoba membangkitkan PKI. Konon, dukun itu dan pasukannya tak mempan tembakan dan bacokan, asal memakai piandel barang yang diandalkan. Yakni pakaian hitam-hitam, kolor (ikat pinggang Jawa), dan kenthes (pentungan). Setelah geger PKI, ribuan orang berdatangan ke rumah Mbah Suro, mengharap keselamatan. Maka, daerah hutan jati yang kering dan minus itu menjadi semarak. Setiap pendatang pasti membeli tiga piandel, dan minum air dari Gentong Kemiri, agar tak mempan peluru bedil.

Padahal, menurut Mbah Sumi — adik kandung Mbah Suro, semua itu akal-akalan bisnis penduduk setempat. Mbah Suro sebenarnya “hanya dukun biasa”. Kepentingan bisnis dan kepercayaan bercampur baur. Ketika ribuan orang PKI telah dibantai, para pengikut Mbah Suro masih berteriak gagah, “hidup PKI!” Anak-anak, yang berharap agar diberi uang, menjawab, “hidup!” Dengan hanya bersenjatakan kenthes, pasukan hitam-hitam itu berani menghadapi petugas yang menggerebeknya. Pertempuran pecah. Lalu Mbah Suro menyerah. Untuk keperluan eksekusi, dukun itu harus menanggalkan pakaian hitamnya dan mengganti dengan sarung hijau.

Sejenak setelah kematian Mbah Suro, cerita tentang orang kebal pun surut. Namun, rupanya mustahil pupus sama sekali. Pada kenyataannya, kisah kekebalan juga sering menjadi catatan kaki riwayat para tokoh sejarah. Masuk dalam perbincangan, tak soal, apa benar atau sekadar musik pengiring. Tak kurang dari tokoh Teuku Umar, misalnya. Masyarakat Aceh meyakini, tokoh itu tak mungkin ditembus peluru. Begitu kental keyakinan itu. Maka, konon, Belanda sampai merasa perlu membuat peluru emas buat membunuhnya. Eros Djarot juga tak menyingkirkan cerita “peluru emas” itu untuk filmnya, Tjoet Nja’ Dhien. Bung Karno, di mata pengagum fanatiknya, juga kebal. Berulangkali ia menghadapi percobaan pembunuhan, dan… lolos.

Misalnya dalam peristiwa Cikini, atau sewaktu ditembak saat sembahyang Idhul Adha. Lima puluh tahun lagi, siapa tahu cerita di sekitar percobaan pembunuhan itu tumbuh terus, berbunga-bunga. Nama lain yang dianggap memiliki keistimewaan demikian adalah Kahar Muzakar dan Supriadi. Hingga kini, sejumlah penduduk pedesaan Sulawesi Selatan sulit percaya bahwa Kahar sudah lama tewas ditembak. Mereka mengganggap, Kahar masih berkelana entah di hutan sebelah mana. Sedang Supriadi, tokoh pemberontakan Peta di Blitar, bukan hanya dianggap kebal, tapi juga bisa menghilang, raib, tanpa kembali lagi. Manusia Indonesia di masa lalu agaknya sangat akrab dengan soal kekebalan. Di Indragiri Hulu, Riau, Haji Bustami — sebelum bertobat dan menunaikan ibadah haji — mengaku pernah kebal, bisa menundukkan harimau, dan punya tenaga yang mampu untuk mengangkat seekor kerbau. “Ilmu itu saya peroleh dari orang Sakai,” ujarnya.

Sakai adalah suku terasing di Sumatera. Di Kalimantan, suku Dayak sering dibayangkan sebagai orang yang menakutkan. Bukan saja lantaran sumpit beracunnya. Tetapi juga karena ilmu-nya. Masyarakat Kajang yang bermukim di kaki Pulau Sulawesi juga dianggap mempunyai ilmu yang lebih dari sekadar kebal. Di Bali ilmu kekebalan — di sana disebut ilmu kanuragan — juga masih diperdalam. Basisnya tentu saja ajaran Hindu, dengan latihan yoga. Ketika seseorang telah mencapai puncak pemusatan, pengekangan, dan pengaturan pikiran — menurut Anak Agung Putu Suwela, 65 tahun, dari Perkumpulan Raja Yoga Kumala Bhuana, Denpasar — “semua pancaindria akan mati. Tak ada sakit, tak ada panas, tak ada dingin.” Pada tingkat itu, orang luar akan melihat ahli yoga yang demikian ini kebal senjata tajam dan api.

Mencapai tingkat itu tidak gampang. Suwela sendiri baru merasa mantap dengan yoga setelah belajar selama 24 tahun. Ketika seseorang mencapai kesempurnaan, dalam ilmu kebal versi yoga, orang bukan saja tak mempan senjata dan api, juga mampu melihat sesuatu yang bakal terjadi. Plus bisa mengobati orang sakit. Persoalannya adalah, siapa yang tahan bertahun-tahun belajar yoga? Di Bali ada pertunjukan Barong vs Rangda yang diakhiri dengan menikam Rangda bertubi-tubi, dilanjutkan dengan orang mencoba menusukkan keris ke tubuhnya. Namun, dada tak tembus, perut tak sobek. Darah tak mengalir. Lihat juga para penari “Sangyang Jaran” yang kesurupan itu. Bara api pun diinjak-injak dengan kaki telanjang sehingga butir merah memercik-mercik. Sampai sekarang masih bisa dinikmati.

Bagaimana menjelaskan semua itu? Suwela mengatakan, Barong Keris itu bisa dimainkan oleh siapa pun yang kemudian trance dan dikendalikan orang lain yang berilmu. Serupa ini adalah Kuda Lumping dari daerah sekitar Jawa Tengah dan Cirebor. Atau debus dari daerah Banten dan Minangkabau. Inilah satu sisi lain ilmu kebal: seni. Ilmu kebal juga dikejar oleh para peminat seni bela diri. Hampir semua aliran pencak silat di Indonesia meletakkan ilmu kebal atau tenaga dalam di puncak latihannya. Saat ini, sebagian besar peminat ilmu kebal adalah anggota ABRI. Ini diakui oleh para guru seperti halnya Kiai Salik di Banten atau Zen di Jepara. Mislan malah mengaku ikut menyiapkan satu batalyon marinir yang hendak bertempur di Timor Timur (lihat Bisnis Ilmu Kebal). Kepercayaan pada kekebalan menyebar di berbagai wilayah Indonesia, pada berbagai latar belakang etnis maupun agama. Ada ilmu kebal yang ber-setting sangat Jawa, ada yang sangat Dayak.

Ada yang berwajah Islam, Hindu, atau bahkan ada juga Katolik — misalnya pada anggapan bahwa Slamet Riyadi kebal karena membawa rosario (tasbih). Di Jawa, wesi kuning atau kol buntet adalah nama-nama ajimat yang sangat dicari untuk kekebalan pemiliknya. Sedang pada kalangan hitam, para maling dan perampok, aji poncosuno bumi laku keras seperti halnya aji welut putih yang bermanfaat untuk “menghilang”. Konon, bila seseorang punya poncosuno bumi, kalau dibunuh ia akan hidup lagi pada saat tubuhnya menyentuh tanah. Selain itu, cara kebal yang lebih berbau agama banyak disebut dalam berbagai buku mujarobat yang dijual di kaki-kaki lima.

Yang disebut buku-buku itu, antara lain, sepenggal ayat Quran (Surat An-Naml) yang dituliskan pada kulit kijang, lalu dibungkus dengan kulit lembu, dan dipakai untuk ikat pinggang. Para kiai juga sering memberi berbagai bentuk isim, yang semata berbahasa Arab atau campuran bahasa Jawa. Yang agak jauh dari kesan perdukunan adalah yang dipakai anggota GPK Warsidi. Seorang anggota GPK Warsidi mengungkapkan: mereka memperoleh kekebalan setelah menjalani sejumlah amalan. Di antaranya dengan i’tikaf di masjid selama 40 hari terus-menerus. Pada saat itu mereka hanya boleh makan nasi putih sepiring kecil setiap hari. Juga selalu bersalat tahajud di penghujung malam, serta membaca wirid. Adapun wirid-nya antara lain Surat Yassin ayat 89 Al-Maidah ayat 67, Al-Baqarah ayat 3, dan At-Taubah ayat 2. Dengan itu, menurut mereka, “kami betul-betul mendekatkan diri pada-Nya.”

Bila mereka lulus dari tempaan 40 hari itu, dan tidak memakan barang haram (misalnya dari duit korupsi), “karamah akan datang melindungi kami dari serangan musuh.” Kalaupun toh mati juga, begitu keyakinan mereka, itu “mati syahid”. Tak jelas, apakah ada riwayat Nabi yang dijadikan pegangan untuk soal kekebalan diri. Kalaupun ada, tentu hanyalah hadis yang masih dipertanyakan kesahihan atau keautentikannya. Nabi Muhammad pun luka dan berdarah sewaktu hijrah ke Thaif, ditimpuki batu oleh penduduk setempat. Juga pada Perang Uhud




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

CARA MEMBUAT HIDUP MUSUH PORAK PORANDA JARAK JAUH

WIRIDKAN 100  X TIAP MALAM —SEMAKIN BANYAK MALAM SEMAKIN KUAT PENGARUHNYA— DENGAN MEMBAYANGKAN WAJAH MUSUH. BERIKUT WIRIDNYA:

Bismillahir Rahmaanir Rahiim.
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang.

1.     Idzal samaa-un fatharat.
Apabila langit itu pecah.

2.  Wal idzal kawaakibun tatsarat.
Dan apabila bintang-bintang itu berjatuhan.

3.   Wa idzal bihaaru fujjirat.
 Dan apabila lautan itu diluapkan.
 
 4.   Wa idzal qubuuru bu’tsirat.
 Dan apabila kuburan-kuburan itu dibongkar.
 
 5.    ‘Alimat nafsum maa qaddamat wa akhkharat.
 Maka setiap jiwa mengetahui terhadap apa (kebaikan) yang telah dilakukan dan yang dilengahkan.

6. Yaa ayyuhal insaanu maa gharraka birabbikal kariim

Wahai manusia, apakah yang memperdayakanmu (untuk durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.

SURAT AL INFITHAAR  AYAT 1-6 INI DIBACA 100 X DALAM HITUNGAN SEKALI DUDUK.

EFEK DARI AMALAN INI BANYAK SEKALI MACAMNYA: mISALNYA… MUSUH HIDUPNYA AKAN SIAL. MUSUH AKAN TERKENA SAKIT YANG TAK KUNJUNG DISEMBUHKAN, APABILA DIA BERUMAH TANGGA MAKA RUMAH TANGGANYA BUBAR/CERAI. EKONOMINYA MORAT MARIT/ PENGHASILANNYA AKAN MENURUN DAN APABILA JOMBLO/SINGLE MAKA DIA TIDAK MENIKAH SEUMUR HIDUP (ADA TAMBAHAN SARANA MISALNYA BENDA-BENDA PRIBADINYA HARUS DIPEGANG SELAMA WIRID) DAN MASIH BANYAK VARIASI LAGI.

AMALAN INI HANYA UNTUK MENAMBAH WAWASAN PENGETAHUAN SAJA DAN ALANGKAH ELOKNYA BILA TIDAK DIGUNAKAN. SEBAB MUSUH ITU SEJATINYA ADALAH DIRIMU SENDIRI YANG BERASAL DI DALAM KEDENGKIAN HATI KITA.

MOHON DISIKAPI SECARA ARIF DAN BIJAKSANA.  TERIMA KASIH DAN SALAM PASEDULURAN .



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262