TRADISI REBO WEKASAN

Tradisi perlu dihargai dan dihormati. Ia merupakan bagian dari Budaya dari masyarakat setempat yang menandai sebuah momentum tertentu. Tradisi biasanya menjadi pengingat bahwa manusia ini harus bersikap reflektif, merenungkan kejadian-kejadian yang telah dilakukan agar ada upaya perbaikan. Budaya akan menjadikan manusia lebih manusiawi dengan kepadatan eksistensinya. Budaya beda dengan agama. Namun keduanya memiliki titik singgung. Kalau budaya itu aras nya ke hubungan vertical, hubungan sesama manusia, namun Agama arasnya lebih ke horizontal, hubungan manusia kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Salah satu budaya dan tradisi yang sangat popular di kalangan Nahdliyyin (NU) adalah tradisi Rabu Wekasan. Kalangan NU meyakini kalau Rabu Wekasan adalah Rabu terakhir pada bulan Safar yang mana di hari itu terjadi ribuan bencana di dunia ini.

Wekasan, pungkasan, atau panungtung dalam Bahasa Sunda artinya terakhir. Yakni, peristiwa dihancurkannya orang-orang yang ingkar kepada Allah dan Rasul-Nya. Rabu Wekasan erat kaitannya dengan beberapa peristiwa atau sejarah umat terdahulu yang bisa terjadi pada umat saat ini. Boleh dikata Rabu Wekasan merupakan hari “sial atau naas” yang merupakan penamaan yang salah satunya merujuk kepada Q.S. Fushilat: 15-16, dan Q.S. Alqamar: 19.

Sebagian ulama yang arif ahli mukasyafah menyatakan pada Rabu terakhir bulan Safar diturunkan sekitar 320.000 bencana. Hari itu merupakan hari yang paling sulit dibandingkan hari-hari lain di tahun itu sehingga kita melaksanakan amalan terutama sedekah untuk menolak bencana. Sedekah bisa berbagai berbentuk misalnya kenduri, dan lain sebagainya.

Amalan-amalan yang dilakukan saat Rabu Wekasan, di antaranya membanyak berdoa, salawat, dan salat sunah. Juga dianjurkan membaca Alquran khususnya Q.S. Yasin atau surat-surat lainnya agar terhindari dari bencana.

Seorang `ulama besar, Imam Abdul Hamiid Quds, mufti dan imam Masjidil Haram Makkah pada awal abad 20 dalam bukunya “Kanzun Najah was-Suraar fi Fadail al-Azmina wasy-Syuhaar” menjelaskan bahwa banyak Auliya Allah yang mempunyai Pengetahuan Spiritual telah menandai bahwa setiap tahun, 320 ribu penderitaan (Baliyyat) jatuh ke bumi pada hari Rabu terakhir di bulan Safar. Hari ini dianggap sebagai hari yang sangat berat dibandingkan hari-hari lain sepanjang tahun. Beberapa ulama mengatakan bahwa ayat Alquran, “Yawma Nahsin Mustamir” yakni “Hari berlanjutnya pertanda buruk” merujuk pada hari ini.

Untuk melindungi dari kutukan yang jatuh ke bumi pada hari tersebut tepatnya Rabu terakhir di bulan Safar kita dianjurkan untuk melakukan Sholat 4 rakaat (Nawafil, sunnah).

Caranya sbb:
Setiap rakaat setelah al-Fatihah
dibaca surat al-Kawtsar 17 kali lalu
surat al-Ikhlash 5 kali,
surat al-Falaq dan
surat an-Naas masing-masing sekali.

Setelah salat dianjurkan untuk memanjatkan doa memohon perlindungan dari segala kutukan dan bencana yang jatuh ke bumi pada hari tersebut. Doanya adalah sebagai berikut:

BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM, ALLAAHUMMA YA SYADIDAL QUWA, WA YA SYADIDAL MIHAL, YA AZIIZ, YA MAN ZALLAT LI IZZATIKA JAMII’A KHALIQIKA, IKFINI MIN SYARRI JAMII’I KHALIQIKA, YA MUHISINU, YA MUJMILU, YA MUTAFADH-DHILU, YA MUN’IMU, YA MUKRIMU, YA MAN LA ILAHA ILLA ANTA ARHAMNI BI RAHMATIKA YA ARHAMA AR-RAHIMIIN, ALLAHUMA BI SIRRIL HASANI WA AKHIIHI, WA JADDIHI WA ABIIHI, WA UMMIHI WA BANIIHI, IKFINI SYARRA HAAZAL YAWMI WA MA YANZILU FIIH, YA KAAFI AL-MUHIMMAAT, YA DAAFI AL-BALIYYAT, FASA YAKFIIKA HUMULLAAHU WA HUWA SAMII’UL ALIIM, WA HASBUNA ALLAH WA NI’MAL WAKIIL WA LA HAWLA WALA QUWWATA ILLA BILLA HIL ALI’YYIL AZHIIM. WA SHALLALLAHU ALA SAYYIDINA MUHAMMADIN WA ‘ALA AALIHI WA SHAHBIHI WA SALLAM. AMIIN.

Demikian semoga membawa secuil manfaat. Salam paseduluran



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.