BELAJAR DARI NAFAS

Assalamu’alaikum wr wb…. Salam Rahayu dari negeri nan permai, bayt para Aulia dan syuhada, tempat para santri mengaji dan benteng para Muhibbin. Negeri kami yang bernama Palembang Darussalam. Salam rindu kepada para Hikmater dan semua Bolo Samar.Salam Ta’dhim dengan dua tangan menjura kepada para sesepuh dan pengampuh di LASKAR Orang Samar ini.

Sebagai seseorang yang suka bikin artikel di blog KOS ini, saya banyak menemui kejadian menggelikan.Karena tulisan saya yang terkadang ‘kental’ muatan hikmahnya, banyak dari sahabat yang menghubungi dan curhat kepada saya. Saking seringnya ada beberapa diantara mereka menjadi dekat dan sering sekali sms-an.Dari beberapa kasus yang saya temui kebanyakan masalah ekonomi, rumah tangga / asmara dan karir. Anehnya…dari awal pertama menulis di KOS ini, tidak pernah terbersit untuk ‘ pasang iklan ‘ bahwa saya bisa dan mampu menggarap Hajat orang banyak. Tapi ada saja yang mencoba minta digarap dan dibantu permasalahannya. Sedapat mungkin saya memberikan solusi dengan bahasa yang bisa dimengerti para sahabat. Timbul rasa prihatin dalam hati saya manakala Ilmu Hikmah terlalu sering dihubungkan dengan khodam.Jika tidak berkhodam maka menurut mereka itu bukan ilmu Hikmah.

Jika saya menasehati dengan bahasa ‘ agama ‘ kebanyakan dari mereka menyambutnya dengan rasa ogah-ogahan.Tapi jika saya pancing dengan cerita khodam dan alam ghaib…weeeeh antusiasnya bukan main.Perjalananan dan liku hidup bertahun-tahun mengajarkan kepada saya untuk bijak meniti langkah. Kesalahan dan kekhilafan bukan harga mati untuk maju dikemudian hari. Semua ijazah dan doa yang diwariskan hanyalah bekal dakwah.Tugas yang diemban di pundak dan menjadi ladang amal buat saya. Dari beberapa sahabat, saya sering sekali diminta untuk mendeteksi ( baca : scan,red ), padahal saya selalu bilang tidak punya kemampuan itu.Bahkan karena seringnya diminta seperti itu, keluar jawaban ‘ gila ‘ dari mulut saya. Jawaban itu begini,” maaf mas…untuk sementara mesin scan saya lagi error, jadi ga bisa dipakai selama waktu yang saya tidak ketahui !”

Yang menurut saya paling gila adalah saat saya di’paksa’ untuk memberikan jawaban “ KAPAN DOA-DOA MEREKA DI IJABAH ?” Nada miris dan prihatin semakin menyesaki batin saya. Separah inikah masalah yang mereka hadapi ? Sesulit inikah kehidupan yang mereka jalani ? Menyikapi pertanyaan-pertanyaan seperti itu saya punya jurus jitu. Agar tidak terjebak dalam terawangan semu dan dibuat-buat, sekaligus dapat mengerem pikiran mereka…saya hanya berkata begini,” Mas…jika saya bisa menjawab pertanyaan itu samalah artinya saya sebagai wakil Tuhan.Karena saya berdomisili di Palembang bisa jadi saya kelak dianggap wakil Tuhan cabang Palembang !”

Sama seperti sahabat, saya pun pernah mengalami kesulitan, sedih, terhina, ditipu dan merasakan sendirian. Tapi tidak membuat saya gelap mata dan putus asa. Saya tetap menjalani hidup ini apa adanya. Belajar tegar walau tak jarang menangis. Kesulitan hidup bukan alasan bagi saya untuk membuat ‘ Allah marah.’ Saya menyakini cepat atau lambat, jalan keluar yang indah akan dihamparkan.Saya tetap mencari wasilah terbaik.

Saya menemukan kesenangan yang melegakan saat saya bisa melalui proses kesulitan itu. Saya merasakan bahwa kesulitan yang saya alami seperti menimbulkan jejak didalam batin. Sama seperti jejak kaki di pasir pantai, gambaran yang serupa membekas jelas dalam hati. Saya menyebutnya sebagai JEJAK DOA. Terkadang terasa saat saya di uji kesenangan seolah-olah, Allah sangat dekat.Apa yang saya mau dan inginkan selalu bisa didapat. Namun rasa itu sempat menghilang saat timbul kesulitan dan kepayahan hidup. Sendiri dan merasa sendirian saat meniti persoalan. Terseok-seok mencari solusi.Terjerembab dalam ketika jatuh tertipu. Bahkan terasa bahwa air mata yang jatuh jauh lebih kental dan berwarna. Air mata tidak lagi bening, tapi merah dan amis. Hati yang menjadi tempat keyakinan dan rahasia ketuhanan, terasa tidak lagi utuh.

Berangkat dari pengalaman itulah saya sering mengisahkan cerita itu kepada sahabat-sahabat saya. Harapan saya sederhana, sama sederhananya seperti sebuah nasehat guru saya dahulu.Pesan indah itu Cuma berupa beberapa kalimat pendek yang berbunyi seperti ini,” jangan menjadikan dirimu BERHALA dengan berlagak bisa menggarap kesulitan orang lain, kecuali Allah menghendaki pertolongan itu sampai melalui dirimu !”

TERKADANG saya ingin seperti sesepuh yang lain, punya kemampuan diatas normal. Jadi bisa berbuat lebih banyak untuk orang lain. Bukankah Allah lebih menyukai muslim yang kuat dan tidak merepotkan saudaranya ?? Cuma kita mesti menyadari realita, bahwa hidup sudah ada kotaknya. Kita punya bagian masing-masing. Kotak-kotak yang berjejer itu akan menjadi satu kesatuan. Ibarat puzzle satu sama lain saling melengkapi. Saya sangat berterima kasih kepada Kang Mas Ageng Mantyasih, beliau sering mengirimkan sms yang memotivasi dan mengajarkan kebersahajaan. Saya mungkin tidak bisa seperti beliau. Santun, rendah hati, ilmu yang luar biasa dan keyakinan atas apa yang akan disampaikan. Saya sempat menangis saat menerima sms dari Kang Mas Ageng Mantyasih.

Isinya seperti ini “ Hamba – hamba yang didekatkan selalu di remuk hingga hancur lebur, takkan pernah di biarkan setitikpun kehendak terhadap dunia. Usaha lahirnya selalu di gagalkan, doa-doanya seolah menggantung dan cobaan pun selalu datang silih berganti diiringi caci maki dari sekeliling. Semua itu sehingga ke-AKU-anya meleleh sempurna, ke-DIRI-anya hilang tanpa jejak, berganti kepasrahan total kepada AL-HAQ. Maka emas telah selesai di sepuh, fase fana berganti Baqa, emas berkilat memancar cahaya, meruwat apa saja yang dilewatinya, manusia mengerumuninnya bagai lebah, hukum alam dan sebab akibat tak berlaku padanya. Sentuhannya adalah obat,kata-katanya adalah lautan hikmah. Kini dunia berebut melayaninya. Seisi alam tunduk dalam kendalinya. Namun…bukankah itu harga yang mahal bagi kita yang begitu girang melihat tumpukan uang, rindu di puja,dan hati berdegub melihat paha terbuka ? Wassabiquunas-sabiquun, ulaaikal muqorrobun fii jannatin-na’iim….

Berhari-hari saya gelisah oleh sms itu.Kadang tanpa sadar, air mata jatuh menetes. Saya mengerti maksud isinya, namun terkadang nafsu membawa diri ini ke bibir neraka. Menjauhi Ar-Rahman. Saya pun masih belum bisa membedakan antara Karunia dan masalah. Selama ini saya selalu menganggap bahwa karunia adalah sebentuk kesenangan yang indah, yang berbentuk rupiah, kemewahan, kekuasaan. Dan masalah adalah keruwetan ekonomi, tangisan sedih karena sakit, tertipu, dan semua ketidak nyamanan.Padahal masalah yang sesungguhnya adalah saat kita tidak mengingat Allah dan tidak menjalankan perintah-NYA. Dan Karunia yang sebenarnya adalah saat kita mengingat Allah dan menjalankan perintah-NYA baik saat lapang ataupun saat berada dalam kesulitan.

Saya mencoba belajar menggali hikmah kehidupan. Belajar dan duduk bersama orang shaleh adalah pilihan saya. Belajar memahami Nafas dan Nafs. Saya belajar untuk memahami hakekat sebenarnya dari sebentuk penciptaan diri. Mencoba memberi ruang kepada Ar-Rahman untuk sejenak mengajarkanku sebentuk makna pemberian-NYA. Damai yang ku cari ternyata adalah bersama-NYA.

Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kangmas Ageng Mantyasih. Izinkanlah saya menjadi bagian terindah dalam perjalanan mencari jati diri, dan sertakanlah kami selalu berada dalam doa-doa antum !!

Yaa Allah…aku titipkan semua sahabatku dan semua kekasih-kekasih yang menjadikan hatiku indah kepada-MU.Kelak kumpulkanlah kami didalam jannah-MU..Lidahku tidaklah fasih mengucapkan doa-doa permintaan, namun aku meyakini tanpa aku sebutpun Engkau Maha Tahu.Yaa Robbi…astajib du’ana….

Mas Ageng Mantyasih…terima kasih !!
Jazakumullah bi ahsanil jaza. Barakallohu ‘alaikum…Wassalamu’alaikum wr.wb.




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.