PEREWANGAN

“Mohon saya diterawang apakah amalan saya sudah merasuk ke badan?” diilhami secuil pertanyaan sedulur ini ijinkan saya berbagi…

Pertama tentang khodam amalan. Khodam dalam bahasa Jawanya sinonim dengan perewangan. Rewang asal katanya dari “rewang” atau “pembantu” dari jenis sesuatu yang “halus” dan tidak terlihat oleh mata. Tanpa bersikap sok tahu, sesungguhnya terlalu susah untuk membuktikan secara obyektif dan ilmiah dari jenis apa khodam itu. Yang jelas, khodam/perewangan itu fungsinya untuk membantu apa yang kita hajatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari.

Kebanyakan ahli mistik tradisional maupun modern memanfaatkan khodam/perewangan. Kalau ada seorang “pasien” datang meminta bantuan, maka dia kemudian mencari tempat khusus. Ritual amalan khusus dijalankan, yaitu meminta bantuan khodam/perewangan untuk membantu melaksanakan hajat sesuai permintaan. Khodam dengan cara-cara misterius –yang hampir pasti sang juru sembuh juga tidak bisa melihat bagaimana pola dan cara kerja khodam itu– kemudian bergerak. Kalau misalnya dia diminta menyantet seseorang, maka dia pun kemudian menjalankan perintah. Khodam manut perintah karena dirinya telah dikuasai sang juru sembuh.

Cara mendapatkan khodam ada banyak variasinya, yaitu: (1). Mengamalkan sendiri beragam amalan yang diniatkan untuk mendapatkan khodam misalnya niat kita mengamalkan sebuah amalan itu untuk kesaktian, pesugihan, pemagaran, pengasihan dan lain sebagainya. Kemudian kita bertapa sendiri dll… (2). Khodam yang didapatkan dari warisan ilmu turun temurun dari kakek nenek, ayah ibu, paman maupun dari orang lain yang ikhlas memberikan khodam kepada kita. Cara lain mendapatkan khodam adalah dengan PENGIJAZAHAN dari orang lain kepada kita. (3). Membeli khodam dari seseorang yang ingin berjualan khodam. Cara terakhir ini marak terjadi di saat sekarang ini dan beragam cara lainnya.

Diukur dari sisi kacamata kebenaran pragmatis (bukan kebenaran koherensi, korespondensi dan kebenaran spiritual), anda mungkin “dibenarkan” memiliki banyak khodam karena bisa jadi membuat kaya-sejahtera dan bahkan bisa jadi bermanfaat untuk sesama….

Kesaktian seseorang yang memiliki khodam ini tergantung banyak hal. Salah satunya adalah konsistensi (bahasa agamanya istiqomah) kita untuk memelihara hubungan baik dengan khodam tersebut dengan berbagai sarana. Mewiridkan amalan pada saat-saat khusus, misalnya usai sholat lima waktu dll diyakini sebagai bentuk memelihara hubungan baik dengan khodam. Menjaga kekuatan batin dengan senantiasa berpuasa, bertapa, ngesti, dan sebagainya.

Khodam ini bertahan lama dan jadi teman abadi hidup di bumi asal perjanjiannya tetap terpelihara. Pelanggaran perjanjian adalah dengan melanggar pantangan. Jadi setelah khodam dipertemukan maka ada perjanjian pertemanan. Kita tidak boleh melanggar pantangan. Kalau pantangan dilanggar, maka khodam akan pergi. Ini berarti hubungan pertemanan telah terputus.

Saat kita menjelang ajal (yang datangnya tidak kita tahu), khodam ini akan berusaha untuk melawan kematian yang datang. Khodam membela nyawa kita dari campur tangan gaib pihak-pihak asing. Akibatnya, bisa jadi kita sulit untuk meninggal dunia. Dikeroyok orang satu peleton, menurut logika, kita akan kalah dan tewas. Namun kalau kita punya khodam, bisa jadi pukulan tendangan, tembakan, tusukan dan serangan bertubi-tubi musuh sama sekali tidak mendatangkan luka apapun di tubuh kita. Malah musuh-musuh itu sendiri yang bisa jadi kesakitan saat menganiaya diri kita. Kaki dan tangan mereka pegal-pegal dan bisa jadi lumpuh. Kita menang. Musuh kalah telak. Kita bangga sementara musuh ketakutan dan ngeri melihat diri KITA YANG TIBA-TIBA JADI SINGA..

Amalan adalah cara kita untuk sampai pada tujuan dan cara bisa bermacam-macam. Maka tetapkan dulu apakah tujuan anda mengamalkan sesuatu? Apa tujuan kita mengamalkan HIZIB/ASR/RDR/ AJIAN-AJIAN tersebut? Apakah anda ingin kesaktian, pesugihan, pemagaran, pengasihan secara sempurna sesuai keinginan??? Jika anda ingin itu semua, maka pastikan bahwa amalan anda benar-benar memiliki KHODAM dan berfungsi sempurna setelah anda mengamalkannya. Tanda-tanda ASR/RDR anda sempurna dan berkhodam adalah saat ASR/RDR anda tembakkan ke langit untuk memecah awan maka awan itu benar-benar pecah. Kalau anda gunakan ASR/RDR untuk kekebalan, maka kulit anda benar-benar kebal sayatan silet dan sebagainya. Untuk melakukan pengetesan tentu perlu didampingi ahlinya yaitu PENGIJAZAH ASLI yang BENAR BENAR MUMPUNI.

Kalau tujuan anda mengamalkan amalan untuk mencari RIDHO ALLAH, tentu lain lagi ceritanya. Bisa jadi anda mengamalkan HIZIB/ASR/RDR/AJIAN-AJIAN dll namun anda cukup memposisikan amalan anda itu hanya sekedar SARANA BERDOA. Anda tidak perlu bertanya apakah amalan anda sudah didatangi khodam atau tidak. Dan bila amalan diposisikan sebagai sarana BERDOA, maka ANDA TIDAK PERLU MEMAKSAKAN KEINGINAN AGAR SELALU TERPENUHI PERSIS SAMA DENGAN KEINGINAN ANDA.

Bila HIZIB/ASR/RDR/AJIAN-AJIAN Anda posisikan sebagai DOA, maka logikanya KITA PASRAH SAJA PADA-NYA, APAKAH doa kita diijabah/dikabulkan langsung Tuhan Yang Maha Kuasa atau DITUNDA maka anda harus ikhlas. Pada titik ini, kunci dikabulkannya wirid/doa bukan terletak pada pengulangan kata-katanya. Namun pada aspek implementasi wiridnya. Tidak perlu mengulang seribu kali doa untuk agar energi wiridnya muncul. Kita langsung saja praktek dengan mengimplementasi isi doa tersebut. Kalau kita ingin memakan buah mangga, kita tidak perlu mewiridkan sejuta kali kata “mangga”… pasti seperti ini tindakan naif. Cukup kita teriakkan satu kata MANGGGAAAA…… pada tukang jual mangga yang lewat di depan rumah lalu kita keluarkan isi dompet untuk membeli buah mangga. Mudah bukan? Sebagai manusia, kita dilengkapi tidak hanya mulut untuk wirid, tapi juga tangan dan kaki untuk bergerak dan memobilisasi diri sesuai dengan keinginan.

Memang, akan lebih sempurna bila kita kenal dan bersahabat akrab dengan KHODAM dan seluruh isi dunia ini. Upayakan agar tidak perlu kita memanfaatkan dirinya untuk mengubah kodrat dan iradat-NYA. Cukup kita jadikan teman baik dan pengetahuan agar kita semakin mensyukuri kebesaran-NYA.

Tapi hidup memang pilihan. Dan itu sepertinya betul….

APAKAH KITA BERHAK MENDIKTE DAN MENGATUR ALAM SEMESTA? APAKAH KITA BIARKAN SAJA ALAM SEMESTA BERJALAN DENGAN HUKUM-HUKUMNYA? ATAU KITA KENDALIKAN ALAM SEMESTA SESUAI DENGAN KEHENDAK KITA?

Anda juga bisa berpikiran positif bahwa Tuhan bukan pelayan toko dimana permintaan anda langsung dikabulkan-NYA. TUHAN MAHA TAHU kebutuhan kita untuk hidup lebih baik dan mulia dan TUHAN tidak selalu mengabulkan langsung permintaan kita. Saat kita dalam kondisi jatuh miskin dan berdoa agar hutang kita lunas, eee… malah ada tamu yang datang ke kita untuk meminta bantuan kita. Kita kemudian protes, TUHAN TIDAK MENDENGAR DAN MENGABULKAN PERMINTAAN KITA. Kita kemudian menyimpulkan bahwa amalan kita tidak berfungsi. Apakah demikian?

Secara tidak kita sadari, selama ini Tuhan telah kita posisikan sebagai “tempat” meminta, Tuhan kita jadikan “obyek” keluh kesah, Tuhan kita jadikan tempat negosiasi kepentingan-kepentingan hidup kita. Kita jarang memposisikan Tuhan sebagai Tuhan. Tuhan kita pahami, kita pikirkan, kita hayati dengan keterbatasan dan ketumpulan pengetahuan akal budi kita. Tuhan kita ukur dengan tolok ukur logika kita yang begitu sederhana. Padahal…. katanya ALLAHU AKBAR…. ALLAH LEBIH BESAR dari penilaian-penilaian kita terhadapnya…..

Paradigma kita soal dzat, afal dan asma’Nya tidak pernah benar-benar kita telaah secara serius. Akibatnya, bangunan akidah kita tambal sulam dan robek-robek. Maqom ruhani kita tidak pernah meningkat dari tingkat primordial menuju mondial…semesta yang benar-benar terbuka. Pemahaman kita terhadap soal-soal ketuhanan belum menunjukkan perkembangan yang berarti. Benar-benar dibutuhkan keseriusan olah diri agar hidup kita semakin halus dan terbuka. KEEP OUR MIND WIDELY OPEN TO NEW IDEAS AND EVIDENCE….

Belajar dari sejarah kebenaran risalah yang disampaikan para Rasul Allah SWT sepanjang masa…. mereka adalah anugerah berkualitas plus dari hasil pengolahan diri yang sedemikian rupa sehingga terlekat kualitas Rahmatan Lil Alamin yang berbeda-beda tugasnya… Adam, Nuh,… Ibrahim, … Musa yang Kalamullah— Isa yang Ruh-ul-Lah dan Muhammad Rasul-ul-Lah…. Mari kita ikuti dengan ikhlas jejak langkahnya pada jalan yang lurus, dengan sekuat tenaga mencontohnya dan meneruskan ajarannya untuk senantiasa mencerap syahadat tauhid La Ilaha Ilal-Lah, sambil setiap saat berharap ridho-NYA.




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

CARA MENDETEKSI SUATU BENDA BERTUAH

Kata “bertuah” seakan sudah menjadi kata milik jagad perdukunan alias jagad perklenikan. Terus terang, awalnya saya sangat ragu menggunakan kata “tuah” ini. Sebab kata ini mungkin sudah masuk daftar wajib sensor dan diharamkan. Kepada para Pembaca santri dan pak kyai yang budiman, saya mohon maaf…

Namun, kata inilah yang paling “umum” dan dikenal luas oleh masyarakat. Mohon maaf sebelumnya, bila saya terpaksa harus ikut-ikutan menggunakan kata “bertuah” ini. Tidak ada maksud sama sekali untuk ikut serta melanggengkan kepercayaan yang mungkin kurang pada tempatnya tersebut. Saya justeru berharap dengan artikel ini nantinya pembaca semakin mengenal hakikat benda-benda. Marilah kita mulai saja.

Pertama, benda-benda pada dirinya sendiri (das ding an sich) itu bebas nilai. Ia ada dan keberadaannya obyektif. Sementara yang memberi muatan nilai adalah manusia, sebagai sosok sang penilai. (sebenarnya ini juga bisa diperdebatkan,,… namun saya batasi dengan kalimat ini untuk kemudian nanti bisa didiskusikan bersama). Contoh: “celurit tetap celurit.” Substansinya ya celurit. Obyektif artinya kita semua bisa melihat celurit bersama-sama tanpa berubah substansinya.

Kedua, manusia sebagai sang penilailah yang memberi arti, makna, fungsi yang disesuaikan dengan fakta, faktor dan perannya masing-masing. Karena manusia yang memberi penilaian maka benda bisa bermuatan subyektif. Celurit bagi saya merupakan benda yang bermanfaat untuk membabat rumput yang liar tumbuh di halaman. Bagi polisi yang menyelidiki kasus pembunuhan, ditemukannya celurit yang bersimbah darah akan menjadi barang bukti yang memiliki nilai tinggi di pengadilan. Bagi orang tua, celurit adalah benda berbahaya yang harus dijauhkan dari anak-anak. Dan seterusnya…

Kembali ke tema awal: apa benda “bertuah” alias “berenergi” itu?

Benda bertuah adalah benda yang sudah diberi muatan nilai tertentu oleh seseorang, nilai itu bisa berupa “kesaktian”, “kemanfaatan”, “keberkahan” dan seterusnya. Sifatnya jelas subyektif tergantung pada keyakinan dan pengalaman seseorang bersinggungan dengan nilai-nilai tersebut.

Ada yang menjawab bahwa benda dikatakan bertuah bila memiliki energi tertentu. Tolok ukur yang eksak misalnya yaitu sudut tinjau ilmu fisika. Bahwa setiap benda memiliki kerapatan atom, energi dan massa tertentu yang berbeda-beda sehingga materi benda bisa diukur dengan alat ukur tertentu.

Yang jelas, bila benda sudah diberi muatan nilai akan memiliki nilai subyektivitas tertentu…Marilah kita memperdalam sudut pandang ini.

Benda apapun itu, pasti memiliki sebuah “energi spiritual” tertentu. Benda tertentu akan memiliki keterlibatan dengan sejarah hidup seseorang. Saat melihat sebuah cincin kawin, ingatan saya langsung melayang pada saat pertama kali melamar isteri saya. Saat melihat keris, ingatan saya langsung melayang pada bagaimana hebatnya empu nenek moyang kita berjuang mati-matian untuk membuat benda cagar budaya tersebut. Dan seterusnya…

Energi spiritual yang melekat pada benda-benda oleh karenanya bisa dideteksi dengan mempelajari latarbelakang ‘ada’-nya benda tersebut. Itu sebabnya tombak kyai pleret yang tersimpan di Kraton Yogyakarta dipercaya “sangat bertuah” karena memiliki sejarah yang panjang. Atau Keris Kyai Sengkelat, atau yang lain dan seterusnya….

Mempelajari riwayat atau sejarah sebuah benda jelas memerlukan ilmu pengetahuan misalnya arkeologi, ilmu sejarah dan lain-lain. Ilmu yang demikian adalah hasil dari olah pikir para sarjana yang gentur membaca buku referensi dan akhirnya memiliki keluasan pengetahuan tentang sejarah sesuatu.

Namun, kita tidak menutup mata dengan adanya ilmu batiniah untuk menerawang benda-benda bertuah ini. Ilmu batiniah adalah sebuah fakta yang ada di masyarakat dan hingga kini masih lestari. Ini adalah budaya spiritual nusantara Indonesia yang adiluhung lho. Kita tidak boleh menutup mata dengan menganggap budaya asing lebih bernilai. Menghargai budaya asing disarankan, namun lebih luhur lagi juga menghargai budaya nenek moyang.

Untuk itu, ijinkan saya mengangkat kembali pengalaman para leluhur dulu untuk mendeteksi apakah sebuah benda itu bertuah atau tidak.

Benda yang dipercaya “bertuah” banyak wujudnya. Misalnya cincin berakik yang dipakai sebagai jimat, keris dan senjata tradisional lain yang dipakai sebagai piandel (pegangan), berbagai jenis bebatuan alami.

Terkait dengan soal bahan alamiah, biasanya mengandung unsur bio elektrik tertentu yang memang bisa dimanfaatkan sebagai alat kesehatan. Ada benda-benda yang mengandung unsur magnet alam sehingga bermanfaat untuk memperlancar peredaran darah dan sebagainya… Cara mengenalinya dengan membuka-buka buku untuk mencari info tentangnya.

Ada juga cara mendeteksi dengan jalan mengoptimalkan peran batin kita. Batin sesungguhnya selain mampu untuk diajak mengenali hal-hal gaib juga mampu mengenali nilai esoteris dari benda-benda. Cara yang saya lakukan biasanya sebagai berikut:

Mengenali benda “bertuah”
1. Lihatlah dengan cermat benda tersebut.
2. Pakai atau pegang benda tersebut pelan-pelan saja
3. Bukalah mata “batin” yang intuitif, dan ketahui apa yang ada di dalam cincin… Rasakan energi batin apa yang muncul…dingin, panas, damai, kisruh, celaka, harapan, kasih sayang…dan seterusnya… Benda pasti memancarkan sejarah tertentu. Ia merekam dan menyerap sebuah fakta-fakta dan riwayat sejarah yang panjang. Ingat benda adalah saksi bisu yang bisa “bicara” yaitu bahasa alam.
4. Benda bertuah bisa mendatangkan efek negatif yang tidak kita sadari. Ini bisa akibat energi alamiah benda tersebut, namun juga ulah “sesuatu” yang metafisis.
5. Lebih dalam lagi, bila terasa ada “sesuatu” di dalam benda tersebut maka lakukan terus pendeteksian. “Sesuatu” yang saya maksud adalah makhluk halus. (Makhluk ini bisa mendatangkan perasaan gelisah, anak isteri tiba-tiba nakal, penghuni keluarga sakit-sakitan,… disamping mendatangkan efek, misalnya mudah cari uang, enteng jodoh dan sebagainya)
6. Bila pendeteksian belum berhasil, maka boleh menggunakan cara ini: Letakkan benda bertuah tadi di bawah bantal dan mohonkan pada Tuhan agar berkenan untuk memberikan informasi terkait benda tersebut. Makhluk halus biasanya muncul dalam mimpi…
7. Bila Anda mampu berkomunikasi dengan makhluk halus “penunggu” benda tersebut akan lebih baik. Anda bisa berbagi kebijaksanaan, dan mengajaknya untuk mengutarakan kenapa dia setia menunggui benda tersebut dan seterusnya.

Banyak benda bertuah yang diisi oleh paranormal/dukun dengan makhluk halus untuk tujuan macam-macam. Misalnya untuk jimat penglaris dagangan, enteng jodoh, pagar gaib dan sebagainya… Ini tentu saja perlu dicermati kemanfaatannya. Bila Anda merasa tergantung dengan cincik akik yang Anda pakai, apakah ini mendatangkan manfaat atau tidak baik di dunia maupun di akhirat? Benda tersebut mendatangkan kemanfaatan apa tidak dengan perkembangan spiritual kita khususnya berkaitan dengan ketauhidan kita pada Gusti Allah… Boleh jadi di dunia kita mendapatkan manfaat dengan keberadaan benda-benda tersebut, namun nanti di dunia kita akan mendapatkan celaka karena sudah masuk ke wilayah “Mempersekutukan Tuhan”.. jadi ya.. hati-hati…

Bila Anda merasa tidak bermanfaat dan Anda menyadari kesalahan bahwa Anda sudah terjebak dalam perilaku syirik, maka langkah Anda adalah melakukan penyingkiran makhluk halus penunggu benda-benda tersebut. Benda-bendanya sendiri tetap boleh dipakai dan dipergunakan sebagaimana biasanya. Toh, benda kan bebas nilai… yang memberi nilai kan kita sendiri. Jadi sesungguhnya OTAK MANUSIA lah yang syirik. Bukan keris, cincin akik, dan benda-benda budaya tersebut.

Tetap lestarikan budaya spiritual nusantara yang Adiluhung! Kepada semua saudara dari Sabang sampai Merauke…dari yang agamanya Islam, Hindu, Budha, Kristen, Kong Hu Cu, Taoisme, Aliran Kepercayaan apapun yang Anda anut..marilah kita bersama-sama hidup guyub dan rukun. Tuhan kita semua Satu, cara kita menyembahnya saja yang beda-beda…




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

AJIAN SERAT GELANG-GELANG

Salam Persahabatan …
Berikut ini merupakan pembahasan tentang Ajian Serat Jiwa di Tingkat IX (Sembilan) yang terkenal dengan sebutan “Ajian Serat Gelang-Gelang atau Ajian Gelang-Gelang” dari serangkaian kajian Ilmu Ajian Serat Jiwa dalam tataran Ilmu Kanuragan Tingkat Tinggi…
Ajian Gelang-Gelang merupakan ajian setingkat lebih tinggi dari “Ajian Serat Bayu Bajra”… Dan dua tingkat dari Ajian Pukulan  Tapak Saketi (Ajian Serat Tapak Saketi)…
Kalaulah ajian Tapak Saketi berupa Ilmu Pukulan Jarak jauh maupun kontak langsung  yang berbentuk tapak api yang dapat menghanguskan organ bagian dalam lawan yang terkena/terimbas pukulan ajian ini…
Dan ajian Bayu Bajra yang berupa ilmu Pukulan Angin yang berfungsi efektif sebagai bentuk Ilmu Pagaran sekaligus Ilmu Pukulan untuk memporak-porandakan barisan pertahanan lawan yang melakukan keroyokan …
Sedangkan ajian Gelang-Gelang, merupakan ilmu Pukulan yang berfungsi efektif sebagai bentuk ilmu Pagaran dan Kuncian…
Ajian Gelang-Gelang merupakan tataran tertinggi dari serangkaian Ilmu Ajian Serat Jiwa yang berupa Pukulan/Pagaran/maupun Kuncian berbentuk “Gelang Api” , di mana ajian ini setingkat di bawah Ajian Serat Netra Dahana (Tingkat ke 10 Ajian Serat Jiwa) yang mampu menyedot dan melumpuhkan kekuatan/kemampuan lawan yang berbuat jahat hingga diibaratkan tubuh/kekuatan “lawan akan hancur lebur seperti tepung/debu …”
CARA MEMPELAJARI :
  1. Sediakan waktu khusus untuk mengerjakan lelaku puasa selama 7 hari berturut-turut tanpa terputus …
  2. Dalam lelaku puasa tersebut hanya dipernankan berbuka dan sahur dengan “bubur” atau  nasi yang dimasak secara encer dan minum air putih tawar (tanpa pemanis) …
  3. Awali lelaku tersebut tepat pada hari Senin, dengan terlebih dahulu mengerjakan lelaku sesuci dhahir dan bathin pada hari Minggu malam Senin tepat pukul 12 malam …
  4. Lelaku sesuci dhahir, yaitu dengan cara mandi sesuci (jinabat) secara sempurna dan dilanjutkan dengan lelaku sesuci bathin dengan mengerjakan 2 atau 4 rokaat sholat hajat …
  5. Setelah salam, kerjakan beberapa dzikir seperti …
  6. Bacaan Istighfar 100x ulangan …
  7. Bacaan Subhanallah wal hamdulillah walaa ilaaha illallaah … 100x ulangan …
  8. Bacaan (Halqala) Laa khaula walaa quwata illaa billa ‘aliyul adzim … 100x ulangan
  9. Bacaan Sholawat Munjiat 7x ulangan …
  10. Bacaan Q.S Al-Fatihah 7x ulangan …
  11. Bacaan Q.S Al-Ikhlas 7x ulangan …
  12. Bacaan Q.S Al-Falaq 7x ulangan …
  13. Bacaan Q.S An-Nas 7x ulangan …
  14. Bacaan Ayat Qursi 7x ulangan …
  15. Kemudian berdo’a kepada Yang Maha Kuasa agar niatan lelaku anda untuk menguasai ajian Serat Gelang-Gelang direstui (ijabahi Allah) …
  16. Lanjutkan dengan membaca do’a ajian sebanyak 3x ulangan sambil memejamkan mata dan menahan nafas = (dengan ketentuan setiap 1x bacaan anda dianjurkan untuk menahan sistem pernafasan dengan menggetarkan bagian “solar Plexus”) …
  17. Setelah selesai, tiupkan melalui mulut ke arah dua telapak tangan anda dan sapukan hingga merata ke sekujur tubuh …
  18. Kerjakan ritual lelaku sholat hajat, wirid dzikir, dan pengamalan do’a ajian selama anda lelaku puasa 7 hari berikutnya …
  19. Khusus untuk do’a ajian, dibaca pula secara istiqomah setelah selesai melaksanakan sholat subuh dan Maghrib dengan ketentuan dan aturan yang sama …
  20. Untuk hari yang terakhir, anda wajib untuk menambah dengan lelaku “melek” = tidak tertidur walau sesaat hingga terbit fajar di mana merupakan akhir dari lelaku puasa anda …
  DO’A AJIAN YANG DIAMALKAN :
“Bismillahir rahmanir rahiim …
Ingsun amatek aji gelang-gelang …
Gelang geni kang gegulung jagat …
Pinayungan sukma rineksa dening Allah …
Wujud ing sari-ing urip …
Rasa tunggal sujud kang Agung …
Sukma rahayu dzat sampurna …
Tisning kawulaning dzat …
Laa Khaula walaa quwwata illa bila aliyul adzima …”
APLIKASI AJIAN :
  1. Ajian Gelang-Gelang apabila digunakan untuk ilmu pagaran dapat dilakukan dengan cara berdiri dengan kaki sedikit terbuka, sedangkan kedua tangan anda bersilang di depan dada dengan masing-masing telapak tangan memegang  bahu (telapak kanan = bahu kiri, telapak kiri = bahu kanan) …
  2. Tarik nafas getar dan panjang, kemudian kunci di solar plexus. Pada waktu mengunci pernafasan bacalah do’a ajian 1x saja dengan visualisai/penggambaran bahwa tubuh anda kini di kelilingi lingkaran = gelang api yang berkobar-kobar membentuk benteng pertahanan dan siap melindung keselamatan anda dari segala bentuk ancaman jahat…
  3. Kemudian lepas nafas hentak, sambil menarik kedua telapak tangan anda menggenggam rapat di samping pinggang …
  4. Sedangkan Ajian Gelang-Gelang yang digunakan untuk Pukulan dan Kuncian dapat anda pelajari gerakan jurusnya di postingan terdahulu

CATATAN :

Bacaan Sholawat Munjiat adalah sebagai berikut  :

“ Allohumma sholli ‘ala syaiyida muhammad
wa’ala ali syaiyidina muhammad
sholatan tunjina biha min jami’il ahwali wal afat
wataqdilana biha jami’il hajat
watutohhiruna biha min jami’is syai yiat
watarfa’una biha a’lad darojat
watuballi ghuna biha aqshol ghoyat
min jami’il khoiroti fil hayati waba’dal mamat”

artinya :
Wahai Tuhanku, limpahkanlah rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw dan keluarganya..
Semoga dengan itu Engkau selamatkan kami dari segala macam bencana dan musibah …
Engkau tunaikan segala hajat kami, Engkau hindarkan kami dari segala kejahatan …
Engkau tingkatkan derajat kami, dan engkau sampaikan tujuan kami baik dalam hidup kami atau sesudah mati kami”.

Demikian keterbatasan kemampuan yang dapat penulis persembahkan, sekiranya dengan harapan agar jerih payah ini memiliki manfaat bagi para pencari jatidiri sejati …
Atas kurang lebihnya semoga dimaafkan …
Wasallaam …..




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262