PENGIJASAHAN ILMU GERAK MURNI

 

Pengantar Ilmu Gerak Murni

Niat dan Tujuan belajar Ilmu atau Ngelmu Jangn Sampai salah tujuan.

Assalamuallaikum Wr.Wb.

Tata niat lagi sebelum laku ritual keilmuan, monggo di pun renungkan.

Banyak poro dulur –dulur terutama yang masih pemula yang ingin belajar Ngelmu atau Ilmu supranatural atau spiritual,pada umumnya merasa sudah punya “niat suci”, yaitu ingin berguna bagi sesama, bisa menolong teman yang kesusahan, bisa mengobati saudara yang sedang sakit, menegakkan kebenaran, meberantas kejahatan dan sebagainya.

Benarkan itu merupakan niat suci yang tulus dari hati nurani ?

Menurut pengamatan dari poro pini sepuh yang jam terbangya sudah banyak di dunia spiritual, orang-orang yang datang dengan niat menggebu-gebu ingin belajar supranatural,metafisika,spiritual dan kegaiban agar bisa menjadi orang yang berguna, umumnya kita memiliki latar belakang yang hampir sama.Kita merasa diremehkan atau dianggap tidak berguna dalam keluarga, tempat kerja, sekolah atau lingkungan sosial lain.Banyak dari kita punya citra diri (kepercayaan diri) yang kurang dan tidak terima dengan perlakukan orang disekitar kita. Dengan kondisi yang demikian, kemudian timbulah motivasi untuk membuktikan kepada orang lain bahwa diri seseorang pun bisa jadi “Seseorang yang jogoan seperti Superman”, bahwa dirinya adalah orang yang punya kehebatan dan sangat berguna. Namun karena hati masih tertutup nafsu, umumnya kita semua tidak mengakui hal ini.

Mengapa orang yang sering diremehkan menjadi memilih cara supranatural,spiritual untuk pembuktian kehebatan…? Karena ada anggapan bahwa ilmu metafisika,spiritual bisa merubah dirinya menjadi “manusia digdaya” yang punya kemampuan luar biasa, melebihi kemampuan manusia pada umumnya. Berhati-hatilah dengan niat Anda..!Tujuan-tujuan yang berakar pada keinginan agar menjadi orang hebat atau lebih hebat dari orang lain hanya akan menyengsarakan hidup manakala kita bertemu dengan orang yang lebih hebat dari kita.

Tujuan belajar ilmu kegaiban Ngelmu adalah agar bisa mengenal diri kita seutuhnya,,mengenal dirinya sendiri/diri yang sendiri,mengenal Tuhan sesuai kepercayaan yg dianut,mengenal alam semesta raya.Dengan mengenal semua itu kemudian akan merasa welas,asih,kasih sayang terhadap semua ciptaan,sehingga tercapai rahmatan lil ‘alamin yaitu kemanfaatan bagi sekalian alam,menyelamatkan diri sendiri dan orang lain dalam tafsir yang teramat luas.Sedangkan keajaiban atau hal2 diluar nalar adalah tidak lebih dari sebuah bonus saja.Tujuan akhir kita adalah kembali kepangkuan sang Pencipta yaitu menerima panggilan Tuhan yang terakhir(kematian) atau ngerti SANGKAN PARANE DUMADI.

Maksud Ilmu gerak murni disini adalah Ilmu gerak murni yang dihasilkan dari latihan gerakan-gerakan yang timbul dari manusia itu sendiri yang mengerakkan sang guru sejati yaitu sejatine guru.

Gerak murni ini kalau dilatih sendiri, untuk mencapai berpijarnya listrik di seluruh tubuh (simpul-simpul listrik yang di dalam tubuh manusia ada kurang lebih 52 simpul listrik) memakan waktu minimal 40 hari secara istiqomah bisa lebih tergantung sensitip seseorang yang melakukan latihan itu sendiri.

Kenapa manusia dapat mempunyai gerak murni, hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Manusia itu mempunyai ion posisif dan negatif di dalam tubuhnya.
2. Dalam tubuh manusia banyak terdapat atom-atom yang juga terdapat di alam semesta.
3. Manusia adalah makhluk berakal budi sebagai khalifah Allah sehingga dapat menciptakan gerak murni, listrik, gelombang, radar, TV, laser, dsb.
4. Manusia adalah makhluk yang diciptakan paling sempurna oleh Allah sehingga jin dan khadam itu sebenarnya ada di bawah level manusia, juga makhluk-makhluk lain seperti binatang, tumbuh-tumbuhan dan juga benda mati seperti batu, besi, dll.

Silahkan yang ingin berinteraksi dengan makhluk2 allah di alam gaib untuk menambah wawasan dan mengetahui kebesaran Ilahi, yang penting jangan bersekutu dan jangan meminta kepada mereka.

Perjalanan manusia menuju ruhani di maqom hakikat hanya bisa di tempuh apabila sang pejalan ruhani itu telah berhasil melewati dan mendaki maqom syariat dan menyebrangi samudera thoriqoh. Sejenak singgah di ruang hakikat untuk kembali meniti jalan menuju tahta makrifatullah..

Semoga bermanfaat.untuk kita semua terutama yang pemula juga poro dulur-dulur semua untuk memperbaiki niat belajar keilmuan/ ngelmu, semoga semua makhluk hidup , hidup damai dan bahagia.

PENGIJASAHAN ILMU GERAK MURNI

Maka dengan mengucap BISMILLAHIROHMANIRROHIM dan dengan mengharap ridho dan barokah Allah SWT dengan ini kami ijazahkan kepada mereka yang berminat serius mengamalkan tidak hanya sekedar ilmu tapi juga ‘ngelmu’ sebuah amalan batin yang di namakan ILMU GERAK MURNI

CARA MENGAMALKAN

Baca AL-FATIHAH 33X setiap habis sholat isya’ secara lirih,perlahan hanya badanya sendiri yang mendengarkan sambil di pahami maknanya.

Kemudian baca:

Ashadu alla illaha ilallah wa ashadu anna Muhammadar Rosullullah.

Allahuma sholi ‘ala Sayidina Muhammad Wa-ala ali Sayidina Muhammad.

Surat An Naml ayat 40 ( silahkan buka di Al-Quran)

Allahu Akbar.

Ya Allah saya minta Ilmu gerak Murni

( UCAPKAN 33 x DALAM BATIN DENGAN MATA TERBUKA ATAU DENGAN MATA TERPEJAM DENGAN TEGAS KEMUDIAN TARIK NAPAS ALLAH KELUAR HU). SAMBIL KEDUA TANGAN DI BUKA SEPERTI ORANG BERDO’A YANG TERPENTING TATA NIAT YANG BAIK DAN DENGAN BATIN YANG TENANG.

CARA MENGGUNAKANNYA

Cukup dirapal (dibaca) secara keras atau lirih bahkan bila tidak mampu cukup dibaca dalam hati. InsyaAllah badan akan bergerak sendiri ,ini merupakan gerak yang murni, dan tak berbentuk, terserah Sang Guru sejati, ikuti saja kalau engak kuat ingin berhenti baca istifar kemudian syahadat, lakukan kurang lebih 15-30 menit setiap harinya. Amalkan selama 40 hari istiqomah tidak putus. Kalau putus ulangi dari hitungan satu lagi. Ilmu ini tanpa Puasa, Hanya ketekunan latihan saja dan keyakinan yang kuat. Pada tataran tertentu ilmu gerak murni ini mampu menggerakkan benda tanpa menyentuh, itu yang benar-benar sudah menguasainya kalau Allah mengijabahi/mengijinkan. Sebagai mana yang di kisahkan di Al-Quran Surat An Naml ayat 40 yang artinya” Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab : “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”.

Demikian ijazah ‘ILMU GERAK MURNI ’, semoga bisa memberikan manfaat dan kemaslahatan bagi sesama yang membutuhkan amin ya robbal alamin teriring salam rahayu dari Padepokan Jumantoro.

wassalamualaikum wr wb……………

‘KI AGENG JEMBAR JUMANTORO’



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

KHASANAH MISTIK: ILMU KEBAL

Kepercayaan pada kekebalan menyebar di berbagai wilayah Indonesia. ilmu tersebut banyak digunakan tokoh nasional semasa revolusi. dalam islam, kekebalan masih diragukan keberadaannya.

Peristiwa Mbah Suro tahun 1967 di Nginggil dan peristiwa Lampung adalah dua peristiwa nasional tentang kekebalan. Benarkah ada manusia tak mempan ditembak, dibacok, atau dibakar? Guru kekebalan mensyratkan dikubur hidup-hidup 3 hari untuk menjadi manusia super. Toh ia rontok kalau disabet daun kelor atau digores padi.

Sungguh fantastis. Meski peluru petugas memberondong, para perusuh itu malah maju, dan maju dan sangat dekat. Beberapa orang di antara mereka malahan berteriak, “Ayo, tembak lagi.” sambil menunjukkan peluru yang tak menembusi tubuhnya. Pertempuran berlangsung makin seru dan aneh. Akhirnya, gelap malam melilit kawasan yang rawan itu. Dalam kesunyian, beberapa orang tampak terkapar, tewas. Mereka adalah sebagian dari orang-orang yang kabarnya: tak mempan peluru. Yang lain telah mundur, menyusup ke hutan Gunung Balak. “Kebal”, kata itu kemudian melompat dari mulut ke mulut, penduduk Lampung. Apa sebenarnya yang telah terjadi? Berapa sebenarnya jumlah korban? Bentrok tentara dengan sekelompok orang — oleh pemerintah disebut “GPK Warsidi” —  memang mengagetkan. Bisa membikin orang tersedak.

Peristiwa itu telah menjadi pembicaraan hangat. Khusus persoalan “kekebalan”, Pangdam Sriwijaya Mayor Jenderal Sunardi berkata, “Ah, kebal apa. Buktinya mereka ditembak, ya, mati.” Pernyataan Pak Mayor Jenderal itu benar. Tetapi masyarakat masih meyakini bahwa Warsidi dan sejumlah anak buahnya memang mempunyai ilmu kebal. Dengar saja penuturan Bambang Saputro, tukang ojek di Way Jepara, Lampung. Ia mengaku menyaksikan dengan “mata kepala” sendiri keanehan tersebut. Dialah orangnya yang mengantar petugas ke sana. Di Talangsari, ia melihat bagaimana Kapten Sutiman, Danramil Way Jepara, menembak langsung orang-orang itu, namun, kata Bambang, “Mereka yang ditembak tidak apa-apa.” Malah kemudian Sutiman yang tewas, terhunjam anak panah.

Suprapto, Kepala SMA Muhammadiyah Sidorejo di Lampung, percaya soal kekebalan dalam kasus GPK Warsidi itu. Ia mendengarkan kisah semacam dari sejumlah saksi mata: bahwa Jamjuri (ini juga anggota GPK Warsidi) tak terlukai peluru. Padahal, Serma. Sudargo telah menembaki Jamjuri hingga peluru habis. Hasilnya hanya luka tak berarti pada kaki Jamjuri, sedang nyawa Sudargo sendiri melayang lantaran dikeroyok. Benarkah ada orang kebal? Dalam sejarah Indonesia, bertaburan kisah kekebalan. Pada perlawanan “Barisan Bambu Runcing” atau “Barisan Muslimin Temanggung” terhadap tentara NICA dan Sekutu, misalnya. Siapa pun yang terlibat pada masa itu pasti mengenal nama Kiai Subkhi.

Seorang kiai yang — menurut K.H. Muhaiminan Gunardho dari Parakan, Jawa Tengah “selalu berada di depan jika menyerang musuh.” Ketika itu, seruan takbir sahut-menyahut. Rakyat bergelombang-gelombang menyerang Belanda yang bersenjata lengkap, cuma dengan senjata bambu runcing. Tetapi toh mereka maju terus. Termasuk Kiai Subkhi yang menjadi pucuk pasukan. Kendati demikian, kiai asal Parakan, Temanggung, itu selamat.

Menurut Muhaiminan, bukan hanya Kiai Subkhi yang tidak apa-apa. Semua orang yang memegang bambu runcing — seperti Pak Kiai — memang kebal. Tentu saja senjata itu bukan sembarang bambu yang diruncingkan lalu dibawa maju perang. Melainkan bambu runcing yang sudah “diisi” atau istilah lainnya “disepuh”. Yang bertugas menyepuh adalah Kiai R. Sumomihardho, ayah Muhaiminan. Namun, sebelum bambu runcing yang bakal dipakai untuk melawan penjajah itu disepuh, pembawanya harus menghadap tiga kiai lain. Yakni K.H. Abdur Rohman, Kiai Ali, dan K.H. Subkhi. Kiai Abdur Rohman akan memberi nasi manis — nasi yang ditaburi gula putih — pada para prajurit amatiran itu. Ini bukan nasi buat mengenyangkan perut, tapi sebuah asma, yang kadang juga disebut isim. Semacam jimat yang dalam hal ini untuk kekebalan. Kiai Ali memberi asma air wani (wani = berani), yang membikin orang-orang itu menjadi berani dan tak capek-capek. Sedang Kiai Subkhi mengajarkan hafalan doa.

Bismillahi bi aunillah. Allahu ya khafidhu. Allahu Akbar. Masing-masing dibaca tiga kali, lalu menyandang bambu runcingnya. Dengan bimbingan para kiai itu, rakyat bertempur habis-habisan. Ini nampaknya peristiwa sepele. Sebab, tak tercantum dalam buku sejarah — yang memang hampir tak pernah menulis gerakan rakyat. Tetapi banyak tokoh nasional yang telah memanfaatkan jasa para kiai itu: agar memperoleh kekebalan dan keberanian dalam masa revolusi.

Tak kurang dari Jenderal Soedirman, menurut Muhaiminan, pernah datang ke Parakan guna menyepuhkan bambu runcing untuk “Palagan Ambarawa” — pertempuran di Ambarawa. Selain itu, masih ada sederetan nama lain. Misalnya Wongsonegoro (dulu Gubernur Jawa Tengah), Roeslan Abdul Gani, K.H. Wahid Hasyim, Moch. Roem, juga Kasman Singodimedjo. Kiai Muhaiminan, yang menikahi cucu Kiai Subkhi, amat berkesan dengan kekebalan cara Parakan yang banyak menyumbang jasa bagi berdirinya republik ini.

Maka, Pak Kiai pun menamai pesantren yang kini diasuhnya dengan sebutan Pondok Pesantren “Kiai Parak Bambu Runcing.” Cerita kekebalan juga memerciki peristiwa G30SPKI. Dalam kisah ini, bukan para kiai yang jadi peran utama, tapi justru dari kalangan kaum abangan PKI. Mereka yang ditumpas. Seorang yang dulu santri di pesantren daerah Kediri berkisah. Ia sempat menjadi anggota Banser Barisan Serba Guna, yang banyak membantai PKI. Satu saat ia dan kawan-kawannya berhadapan dengan orang-orang PKI yang dijejerkan untuk dieksekusi. “Saya yang mendorong orang-orang itu satu per satu,” paparnya.

Setiap orang PKI yang didorong langsung disambut dengan tebasan pedang algojo. Potongan kepala dan tubuh mereka pun mengotori aliran Sungai Brantas, menggemukkan ikan-ikan di sana. Tiba-tiba para anak muda yang tengah “menumpas” itu menjumpai keganjilan: salah seorang PKI tak mempan dibacok. “Bunyinya trang …, seperti besi yang beradu,” kata santri itu mengenang. Algojo jadi kebingungan. Sesaat kemudian ia meletakkan pedangnya. Lalu menerkam leher korban dan menggiyit tenggorokannya hingga putus. Cerita kekebalan di sekitar peristiwa 1965 terasa semakin hebat lantaran bumbu pengisahannya.

Di Bali, ada yang terpaksa dimintai baik-baik untuk melepaskan nyawanya, karena tak mempan dieksekusi. Memang ajaib. Begitu juga pada eksekusi Mbah Kahar di Pulung, Ponorogo, Jawa Timur. Daerah yang terkenal karena reog serta warok — jagoan setempat. Atau pada mitos Mbah Suro dari Nginggil, desa tepian Bengawan Solo di perbatasan Jawa Timur-Jawa Tengah. Banyak beredar bumbu yang membaurkan antara mimpi, dongeng, dan kenyataan yang konkret. “Mbah Kahar tidak mempan ditembak maupun dipenggal kepalanya,” kata Mislan, yang mengaku menjadi algojo Kahar. Petugas pun bingung. Lalu menyerahkan tugas itu pada Mislan. Sebab, ia juga kebal setelah “bertapa di sebuah gua”. Dengan pedangnya, ia menetak leher Mbah Kahar yang duduk bersila. Dell…, kepala putus, menggelinding sekitar lima meter. Namun, kata Mislan, ajaib. “Pelan-pelan kepala itu menyatu kembali dengan tubuhnya.”

Suasana kacau. Sebab, tak ada lagi orang setempat yang dianggap melebihi “ilmu” Mislan. Algojo itu kemudian mencoba lagi. Begitu kepala korban putus, Mislan membawa kepala itu menyeberangi sungai. Kedengarannya seperti cerita komik. Kalau cerita Mislan benar, Mbah Kahar (juga Mislan) jelas lebih hebat ketimbang Mbah Suro. Tahun 1967, Mbah Suro mencoba membangkitkan PKI. Konon, dukun itu dan pasukannya tak mempan tembakan dan bacokan, asal memakai piandel barang yang diandalkan. Yakni pakaian hitam-hitam, kolor (ikat pinggang Jawa), dan kenthes (pentungan). Setelah geger PKI, ribuan orang berdatangan ke rumah Mbah Suro, mengharap keselamatan. Maka, daerah hutan jati yang kering dan minus itu menjadi semarak. Setiap pendatang pasti membeli tiga piandel, dan minum air dari Gentong Kemiri, agar tak mempan peluru bedil.

Padahal, menurut Mbah Sumi — adik kandung Mbah Suro, semua itu akal-akalan bisnis penduduk setempat. Mbah Suro sebenarnya “hanya dukun biasa”. Kepentingan bisnis dan kepercayaan bercampur baur. Ketika ribuan orang PKI telah dibantai, para pengikut Mbah Suro masih berteriak gagah, “hidup PKI!” Anak-anak, yang berharap agar diberi uang, menjawab, “hidup!” Dengan hanya bersenjatakan kenthes, pasukan hitam-hitam itu berani menghadapi petugas yang menggerebeknya. Pertempuran pecah. Lalu Mbah Suro menyerah. Untuk keperluan eksekusi, dukun itu harus menanggalkan pakaian hitamnya dan mengganti dengan sarung hijau.

Sejenak setelah kematian Mbah Suro, cerita tentang orang kebal pun surut. Namun, rupanya mustahil pupus sama sekali. Pada kenyataannya, kisah kekebalan juga sering menjadi catatan kaki riwayat para tokoh sejarah. Masuk dalam perbincangan, tak soal, apa benar atau sekadar musik pengiring. Tak kurang dari tokoh Teuku Umar, misalnya. Masyarakat Aceh meyakini, tokoh itu tak mungkin ditembus peluru. Begitu kental keyakinan itu. Maka, konon, Belanda sampai merasa perlu membuat peluru emas buat membunuhnya. Eros Djarot juga tak menyingkirkan cerita “peluru emas” itu untuk filmnya, Tjoet Nja’ Dhien. Bung Karno, di mata pengagum fanatiknya, juga kebal. Berulangkali ia menghadapi percobaan pembunuhan, dan… lolos.

Misalnya dalam peristiwa Cikini, atau sewaktu ditembak saat sembahyang Idhul Adha. Lima puluh tahun lagi, siapa tahu cerita di sekitar percobaan pembunuhan itu tumbuh terus, berbunga-bunga. Nama lain yang dianggap memiliki keistimewaan demikian adalah Kahar Muzakar dan Supriadi. Hingga kini, sejumlah penduduk pedesaan Sulawesi Selatan sulit percaya bahwa Kahar sudah lama tewas ditembak. Mereka mengganggap, Kahar masih berkelana entah di hutan sebelah mana. Sedang Supriadi, tokoh pemberontakan Peta di Blitar, bukan hanya dianggap kebal, tapi juga bisa menghilang, raib, tanpa kembali lagi. Manusia Indonesia di masa lalu agaknya sangat akrab dengan soal kekebalan. Di Indragiri Hulu, Riau, Haji Bustami — sebelum bertobat dan menunaikan ibadah haji — mengaku pernah kebal, bisa menundukkan harimau, dan punya tenaga yang mampu untuk mengangkat seekor kerbau. “Ilmu itu saya peroleh dari orang Sakai,” ujarnya.

Sakai adalah suku terasing di Sumatera. Di Kalimantan, suku Dayak sering dibayangkan sebagai orang yang menakutkan. Bukan saja lantaran sumpit beracunnya. Tetapi juga karena ilmu-nya. Masyarakat Kajang yang bermukim di kaki Pulau Sulawesi juga dianggap mempunyai ilmu yang lebih dari sekadar kebal. Di Bali ilmu kekebalan — di sana disebut ilmu kanuragan — juga masih diperdalam. Basisnya tentu saja ajaran Hindu, dengan latihan yoga. Ketika seseorang telah mencapai puncak pemusatan, pengekangan, dan pengaturan pikiran — menurut Anak Agung Putu Suwela, 65 tahun, dari Perkumpulan Raja Yoga Kumala Bhuana, Denpasar — “semua pancaindria akan mati. Tak ada sakit, tak ada panas, tak ada dingin.” Pada tingkat itu, orang luar akan melihat ahli yoga yang demikian ini kebal senjata tajam dan api.

Mencapai tingkat itu tidak gampang. Suwela sendiri baru merasa mantap dengan yoga setelah belajar selama 24 tahun. Ketika seseorang mencapai kesempurnaan, dalam ilmu kebal versi yoga, orang bukan saja tak mempan senjata dan api, juga mampu melihat sesuatu yang bakal terjadi. Plus bisa mengobati orang sakit. Persoalannya adalah, siapa yang tahan bertahun-tahun belajar yoga? Di Bali ada pertunjukan Barong vs Rangda yang diakhiri dengan menikam Rangda bertubi-tubi, dilanjutkan dengan orang mencoba menusukkan keris ke tubuhnya. Namun, dada tak tembus, perut tak sobek. Darah tak mengalir. Lihat juga para penari “Sangyang Jaran” yang kesurupan itu. Bara api pun diinjak-injak dengan kaki telanjang sehingga butir merah memercik-mercik. Sampai sekarang masih bisa dinikmati.

Bagaimana menjelaskan semua itu? Suwela mengatakan, Barong Keris itu bisa dimainkan oleh siapa pun yang kemudian trance dan dikendalikan orang lain yang berilmu. Serupa ini adalah Kuda Lumping dari daerah sekitar Jawa Tengah dan Cirebor. Atau debus dari daerah Banten dan Minangkabau. Inilah satu sisi lain ilmu kebal: seni. Ilmu kebal juga dikejar oleh para peminat seni bela diri. Hampir semua aliran pencak silat di Indonesia meletakkan ilmu kebal atau tenaga dalam di puncak latihannya. Saat ini, sebagian besar peminat ilmu kebal adalah anggota ABRI. Ini diakui oleh para guru seperti halnya Kiai Salik di Banten atau Zen di Jepara. Mislan malah mengaku ikut menyiapkan satu batalyon marinir yang hendak bertempur di Timor Timur (lihat Bisnis Ilmu Kebal). Kepercayaan pada kekebalan menyebar di berbagai wilayah Indonesia, pada berbagai latar belakang etnis maupun agama. Ada ilmu kebal yang ber-setting sangat Jawa, ada yang sangat Dayak.

Ada yang berwajah Islam, Hindu, atau bahkan ada juga Katolik — misalnya pada anggapan bahwa Slamet Riyadi kebal karena membawa rosario (tasbih). Di Jawa, wesi kuning atau kol buntet adalah nama-nama ajimat yang sangat dicari untuk kekebalan pemiliknya. Sedang pada kalangan hitam, para maling dan perampok, aji poncosuno bumi laku keras seperti halnya aji welut putih yang bermanfaat untuk “menghilang”. Konon, bila seseorang punya poncosuno bumi, kalau dibunuh ia akan hidup lagi pada saat tubuhnya menyentuh tanah. Selain itu, cara kebal yang lebih berbau agama banyak disebut dalam berbagai buku mujarobat yang dijual di kaki-kaki lima.

Yang disebut buku-buku itu, antara lain, sepenggal ayat Quran (Surat An-Naml) yang dituliskan pada kulit kijang, lalu dibungkus dengan kulit lembu, dan dipakai untuk ikat pinggang. Para kiai juga sering memberi berbagai bentuk isim, yang semata berbahasa Arab atau campuran bahasa Jawa. Yang agak jauh dari kesan perdukunan adalah yang dipakai anggota GPK Warsidi. Seorang anggota GPK Warsidi mengungkapkan: mereka memperoleh kekebalan setelah menjalani sejumlah amalan. Di antaranya dengan i’tikaf di masjid selama 40 hari terus-menerus. Pada saat itu mereka hanya boleh makan nasi putih sepiring kecil setiap hari. Juga selalu bersalat tahajud di penghujung malam, serta membaca wirid. Adapun wirid-nya antara lain Surat Yassin ayat 89 Al-Maidah ayat 67, Al-Baqarah ayat 3, dan At-Taubah ayat 2. Dengan itu, menurut mereka, “kami betul-betul mendekatkan diri pada-Nya.”

Bila mereka lulus dari tempaan 40 hari itu, dan tidak memakan barang haram (misalnya dari duit korupsi), “karamah akan datang melindungi kami dari serangan musuh.” Kalaupun toh mati juga, begitu keyakinan mereka, itu “mati syahid”. Tak jelas, apakah ada riwayat Nabi yang dijadikan pegangan untuk soal kekebalan diri. Kalaupun ada, tentu hanyalah hadis yang masih dipertanyakan kesahihan atau keautentikannya. Nabi Muhammad pun luka dan berdarah sewaktu hijrah ke Thaif, ditimpuki batu oleh penduduk setempat. Juga pada Perang Uhud




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

pencurian uang 10juta di kapten japa bali 2016

Banyak orang kesulitan mendapatkan informasi tentang pencurian uang 10juta di kapten japa bali 2016, oleh karena itu situs http://khodamsakti.com ini berdiri dengan tujuan memberikan informasi bagi anda terkait dengan pencurian uang 10juta di kapten japa bali 2016 yang sedang anda cari. Pada halaman ini, kami mempunyai informasi tentang pencurian uang 10juta di kapten japa bali 2016 yang bisa Anda baca. Anda juga bisa membaca kumpulan artikel lainnya seperti pencurian uang 10juta di kapten japa bali 2016 yang Anda baca saat ini. Bila ingin menjadikan artikel pencurian uang 10juta di kapten japa bali 2016 sebagai bahan kliping atau makalah, di sini anda bisa mendownloadnya secara gratis.
pencurian uang 10juta di kapten japa bali 2016 adalah salah satu artikel yang paling banyak dicari dan diminati oleh banyak orang. Setiap orang mempunyai alasan dan kebutuhan tersendiri mengapa mencari artikel pencurian uang 10juta di kapten japa bali 2016 di internet. Namun sayangnya, artikel pencurian uang 10juta di kapten japa bali 2016 yang diminati oleh banyak orang ini sangat terbatas jumlahnya di internet. Dan untungnya http://khodamsakti.com selalu update artikel terbaru tentang hal-hal yang berkaitan dengan pencurian uang 10juta di kapten japa bali 2016.
Keputusan Anda untuk mengunjungi situs http://khodamsakti.com sangatlah tepat. Apapun alasan Anda untuk mencari artikel tentang pencurian uang 10juta di kapten japa bali 2016, yang pasti kunjungan Anda di situs ini tidak akan sia-sia karena di halaman yang Anda buka dan baca ini memuat konten artikel yang lengkap yang berkaitan dengan informasi tentang pencurian uang 10juta di kapten japa bali 2016 yang sedang Anda cari.
Harapan kami, Informasi tentang pencurian uang 10juta di kapten japa bali 2016 yang disajikan di halaman ini bisa membantu Anda dalam mendapatkan informasi terkait dengan pencurian uang 10juta di kapten japa bali 2016. Jika informasi yang disajikan di halaman ini tidak sesuai dengan keinginan Anda, silahkan jelajahi website http://khodamsakti.com ini melalui menu atau kategori agar Anda bisa mendapatkan informasi terkait pencurian uang 10juta di kapten japa bali 2016 sesuai dengan kebutuhan Anda.




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262