WIRID AL FATIHAH

Surah Al-Fatihah (الفاتح , al-Fātihah, “Pembukaan”) adalah surat pertama dalam Kitab Suci  Al Qur’an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap diantara surah-surah yang ada. Surah ini disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur’an (induk Al-Quran/أمّ القرءان) atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena dia merupakan induk dari semua isi Al-Quran. Dinamakan pula As Sab’ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني) karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam sholat.

 Ada sebuah petunjuk barangsiapa yang membaca Al Fathihah diantara sembahyang sunat subuh dengan Fardhu Subuh sebanyak 41 kali, maka dia akan:

  • Derajat dan pangkatnya naik.
  • Tidak akan mengalami kemiskinan.
  • Allah SWT akan membayar hutangnya
  • Menyembuhkan segala penyakit.
  • Dikuatkan kelemahannya oleh Allah.
  • Usahanya berhasil sampai yang dicita-citakannya terkabul.

Ada sebuah riwayat. Suatu ketika murid Syaikh al Tamimi memberi penjelasan: “Suatu hari penyakit telah menyerang negeri Maltan dengan dahsyatnya sehingga banyak terjadi kematian setiap hari. Lalu tuan Syaikh al-Tamimi meminta sahabat dan muridnya membaca Fatihah kepada mereka yang sakit tersebut. “Maka kami pun membaca dan meniupkannya ke atas kepala orang sakit itu, seketika orang sakit itu pun sembuh dang penyakitnya berkurangan.”

 Begitulah rahasia kehebatan Al Fatihah. Siapa yang membaca 41 kali Fathihah untuk seorang yang sakit, setelah itu dihembuskan kepadanya, Insya Allah dia akan sehat.

 Ibnu Abas r.a menjelaskan Saidina Hassan bin Ali r.a cucu Rasulullah SAW sakit. Melihat cucunya sakit, Rasulullah mengambil air dan membacakan fatihah dan membacakan 41 kali dalam suatu wadah, kemudain air itu disapukan ke muka, kepala dan dua belah tangan dan kaki serta perut dan anggota tubuh lainnya. Maka, penyakitnya segera sembuh.

 Maka siapa saja yang mengidap sesuatu penyakit baca Al Fatihah sebanyak 41 setelah tiupkan ka segelas air dan itu baca doa ini: “Ya Allah sembuhkanlah karena Engkau Maha Penyembuh. Ya Allah lindungi karena Engkau Maha Pelindung. Ya Allah pulihkan karena Engkau Maha Pemulih.”

 Selanjutnya berikan air minum kepada orang yang mengidap penyakit dan sapukan ke mukanya serta ke seluruh tubuhnya, dengan ijin Allah SWT, maka sakitnya akan sembuh.

 Inilah manfaat lengkap wirid Al Fatihah:

 PENYEMBUHAN PSIKOLOGIS

Membaca al Fathihah sebanyak 100 kali sehari pada tiap-tiap selesai sholat maka dia akan:

  • Dimudahkan rezkinya
  • Dimudahkan kesulitannya.
  • Dibersihkan hatinya.
  • Diangkat darjatnya.
  • Dimudahkan pekerjaannya.
  • Dilepaskan dari dukacita
  • Dijauhkan dari mudharat.
  • Diberikan sifat rajin dan semangat.
  • Tidak mudah kecewa.
  • Dijauhkan dari syaitan.
  • Perilakunya cenderung berbuat kebajikan

MENGEMBALIKAN PANGKAT DERAJAT JABATAN

Saipa yang dipecat dari pekerjaannya atau jatuh pangkat yang disandangnya dan ia berharap mengembalikan pangkatnya yang telah hilang tersebut maka hendaklah ia membaca Fathihah sebanyak 41 kali diantara Sunat Subuh dan Fardhunya selama 40 hari. Jangan kurang dari bilangan ini dan jangan putuskan ayat-ayat yang dibaca. Insayallah pangkatnya semula akan kembali bahkan ia akan menyandang pangkat yang lebih tinggi.

 OBAT MANDUL

Siapa yang mandul dan belum mendapat anak selama menikah hendaklah ia membaca surah Fathihah 41 kali selam 40 hari dengan tidak putus-putus dan tidak kurang bilangannya. Dibaca di antara Sunat Subuh dan Fardhu Subuh. Maka, ia akan sgera mendapatkan anak yang sholeh.

 MENYEMBUHKAN PENYAKIT KULIT

Baca Al Fathihah sebanyak 7 kali, kemudian ludahkan diatas kapas dan tempelkan pada kulit yang luka atau kulit yang berpenyakit  maka dengan izin Allah kulitnya sembuh.

 PEKERJAAN BERES

Siapa yang melakukan pekerjaan dan hendak menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik, bacalah Fathihah di tengah malam sebanyak 41 kali. Insyaallah dimudahkan pekerjaannya dengan tidak mendapat gangguan dan semuanya beres.

 PENGHILANG LAPAR DAN DAHAGA

Siapa yang kehausan karena berada dalam perjalanan yang jauh misalnya di tengah padang pasir, atau di tengah laut saat berlayar tersesat yang tidak ada sedikitpun air dan ia dahaga atau lapar, hendaklah ia membaca Fathihah sekali diatas tapak tangannya, kemudian ditiupkan diatas tapak tangannya itu dan disapukan ke muka dan perutnya. Insyaallah ia tidak akan merasa lapar atau dahaga pada hari itu.

 MENGOBATI SAKIT TELINGA

Jika mengidap sakit telinga baru atau pun lama, hendaklah dituliskan Fathihah dalam satu kertas kemudian dihapuskan tulisan itu dengan minyak mawar dan titikkan ke dalam telinga, insayaallah telinganya sehat.

 BELENGGU PUN TERLEPAS

Apabila suatu ketika kita mengalami peristiwa kejahatan dan dibelenggu atau dirantai, maka bacakan Al Fathihah 121 kali, kemudian hembuskan ke ikatan atau belenggu tersebut. Insya allah akan terurai ikatan atau belunggu tersebut dengan izin Allah.

 PAGAR GAIB

Petunjuk yang lain, siapa membaca Fathihah sekali saat ia meletakkan kepalanya di bantal saat akan tidur kemudian dilanjutkan dengan membaca:  Qulhuallahu Ahad 3 kali,  surah al Falaq sekali, surah an Nas sekali maka ia selamat dari segala kejahatan serta menjadi dinding dari kejahatan gaib dari syaitan dan segala makhluk yang akan merasuki tubuhnya pada saat dia tidur.

 MENYEMBUHKAN SAKIT PELUPA

Jika dibacakan Fatihah:

  • 70 kali sehari
  • selama 7 hari

pada suatu yang wadah yang berisi air kemudian dihembuskan ke dalam air itu dan diberi minum kepada siapa yang kurang cerdas/ bodoh pelupa dan selalu negative thinking maka Insyaallah akan dibukakan pintu hatinya dan diberikan kepadanya kepahaman serta pengetahuan dan penyakit pelupanya segera sembuh. Pikirannya pun menjadi positive thinking

 HAJAT SUKSES

Syaikh Mahayudin bin Arabi berkata: “Barangsiapa yang sedang menyelenggarakan hajat hendaklah ia membaca Al Fathihah sebanyak 41 kali, selepas sholat maghrib, jangan ia bergerak dari tempat duduknya, hingga selesai membaca sebanyak bilangan tersebut. Setelah itu bermohonlah kepada Tuhan hajatnya akan sukses maka dengan ijin Allah SWT, hajatnya alan lancer dan sukses tidak kurang suatu apa.

 MINYAK FATIHAH

Jika di bacakan 70 kali Al Fathihah ke dalam minyak (apa saja jenis minyak) dan disimpan untuk persediaan agar mencegah masuk angin, atau untuk menyegarkan tenaga dan menyembuhkan urat. Juga bagi penyakit punggung dan pinggang. Insyaallah segera sehat apabila di gosokkan.

 SEBAGAI PENAWAR

Jika disengat binatang berbisa seperti lipan, kala jengking atau binatang bersengat hendaklah diambil segelas air dan masukkan sedikit garam (butiran kasar) dalam air itu dan bacakan Al Fatihah sekali. Kemudian minumkan, Insyaallah bisa/racunnya akan hilang.




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

Sunan Giri

Sewaktu Sunan Ampel masih hidup, di Gresik ada pula seorang penganjur agama yang terkenal, namanya Raden Paku, disebut juga sebagai Prabu Satmata, atau Sultan Abdul Fakih, beliau adalah putera Maulana Ishak dari Blambangan (di Jawa Timur).

Maulana Ishak dikatakan dari Blambangan, oleh karena beliau ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan agama Islam di daerah Blambangan yang pada masa itu masih kuat memeluk agama Hindu dan Budha.

Berhubung ayahnya ke pasai dan tidak kembali lagi ke tanah Jawa maka Raden Paku kemudian diambil sebagai putera angkat oleh salah seorang wanita kaya, Nyi Gede Maloka namanya. Kalau di babad tanah jawa, disebut Nyai Ageng Tandes atau Nyai Ageng saja. Sesudah beliau besar disekolahkannya ke Ampel untuk berguru kepada Raden Rahmat (Sunan Ampel). Di sana Raden Paku bertemu dengan Maulana Makdum Ibrahim, putera-putera Sunan Ampel yang kemudian bergelar Sunan Bonang.

Kemudian bersama-sama dengan Maulana Makdum Ibrahim, Raden Paku oleh Sunan Ampel di suruh pergi haji ke Tanah Suci, sampai memperdalam ilmunya. Tetapi mereka sebelum sampai di tanah suci singgah terlebihdahulu di Pasai (Aceh), untuk menuntut ilmu kepada para ulama disana.

Adapun yang imaksud ilmu di sini, adalah ilmu ke Tuhanan menurut ajaran tasawuf. Konon kabarnya memang banyak ulama-ulama keturunan India dan Persia yang membuka pengajian di pasai di waktu itu. Bahkan banyak pula ulama-ulama dari Malaka juga kadang-kadang datang bertanya tentang sesuatu masalah ke Pasai. Sesudah kedua tunas muda itu selesai menuntut pelajaran di sana, merekapun kembalilah ke tanah Jawa. Raden Paku berhasil mendapat “Ilmu Laduni”, sehingga gurunya di pasai memberinya nama “Ainul Yaqin”.

Raden Paku sekembalinya di tanah Jawa mengajarkan agama Islam menurut bakatnya. Raden paku atau Syekh Ainul Yaqin mengadakan tempat berkumpul yang boleh disebut pondok pesantrennya di Giri. dimana murid-muridnya terdiri pada orang-orang kecil (rakyat jelata).

Sungguh amat besar jasa Sunan Giri semasa hidupnya, karena beliaulah yang mengirimkan utusan (mission secree) keluar Jawa. Mereka terdiri dari pelajar, saudagar, nelayan. Mereka dikirim oleh Sunan Giri ke pulau Madura. juga ke Bawean dan Kangean, bahkan sampai ke Ternate dam Haruku di kepulauan Maluku. Amat besar pengaruh Sunan Giri terhadap jalannya roda pemerintahan di kerajaan Islam Demak, sehingga sesuatu soal yang penting senantiasa menantikan sikap dan keputusan yang diambil oleh Sunan Giri. Oleh para wali lainnya, beliau dihormati serta disegani.
Pada waktu dahulu Giri adalah menjadi sumber ilmu keagamaan, dan termasyhur diseluruh tanah Jawa dan sekelilingnya.

Dari segala penjuru, baik dari kalangan atas maupun kalangan bawah banyak yang pergi ke Giri untuk berguru kepada Sunan Giri. Beliaulah kabarnya yang menciptakan gending Asmaradana dan Pucung. Daeran penyiarannya sampai ke Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Madura, menurut setengah riwayat, Sunan Giri-lah yang menghukum sesat terhadap diri Syekh Siti Jenar, karena mengajarkan ilmu yang berbahaya pada rakyat.

Sunan Giri adalah terhitung seorang ahli pendidik (pedagang) yang berjiwa demokratis. Beliau mendidik anak-anak dengan jalan membuat bermacam-macam permainan yang berjiwa agama. seperti misalnya : jelungan, jamuran, gendi gerit, jor, gula ganti, cublak-cublak suweng, ilir-ilir dan sebagainya.
Diantara permainan kanak-kanak hasil ciptaan/gubahannya adalah rupa “jitungan” atau “jelungan”. Adapun caranya adalah begini :
Anak-anak banyak, satu diantaranya menjadi “pemburu”, lain-lainnya jadi “buruan” mereka ini akan ‘selamat’ atau ‘bebas’ dari terkaman ‘pemburunya’, apabila telah berpegangan pada ‘jitungan’, yaitu satu pohon, tiang atau tonggak yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Permainan dimaksudkan untuk mendidik pengertian tentang keselamatan hidup, yaitu : bahwa apabila sudah berpegangan kepada agama yang berdasarkan ke Tuhanan Yang Maha Esa sajalah, maka manusia (buruan) itu akan selamat dari terkaman iblis (pemburunya). Di samping itu diajarkannya pula nyanyian-nyanyian untuk kanak-kanak yang bersifat paedagogis serta berjiwa agama, Di antaranya adalah berupa ‘tembung dolanan bocah’ (lagu permainan anak-anak), yang berbunyi sebagai berikut :
“Padang-padang bulan, ayo gage da dolanan, dolanane naning latar, ngalap padang gilar-gilar, nundang bagog hangatikar”, yang dalam bahasa indonesianya kira-kira begini :
“Terang-terang bulan, marilah lekas bermain, bermain dihalaman, mengambil manfaat dari terang benderang, mengusir gelap yang lari terbirit-birit”.

Adapun maksud dari tembang tersebut di atas itu adalah : Agama Islam (bulan) telah datang memberi penerangan hidup, maka marilah segera orang menuntut penghidupan (dolanan, bermain) di bumi ini (latar, halaman) akan mengambil manfaat ilmu agama Islam (padang, gilar-gilar, terang benderang) itu, agar sesat kebodohan diri (begog, gelap) segera terusir.

Disamping itu terkenal pula tembang buat kanak-kanak yang bernama “Ilir-ilir” yang isinya mengandung filsafat serte berjiwa agama.Bunyi selengkapnya adalah demikian.
“Lir-ilir, lir ilir, tandure wing angilir, sing ijo royo-royo, tak sengguh kemanten anyar. cah angon, cah angon, penekno blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekno kanggo masuh dodotiro. dodotiro-dodotiro, kumitir bedah ing pinggir, dondomana jrumatana, kanggo sebo mengko sore, mumpung gede rembulane, mumpung jembar kalangane, ndak sorak hore.”

Adapun maksudnya adalah demikian : sang bayi yang baru lahir di dalam dunia ini masih suci bersih, murni, sehingga ibarat seperti penganten baru, siapa saja ingin memandangnya, “bocah angon” (pengembala) itu diumpamakan santri, mualim, artinya orang yang menjalankan syariat agama. Sedangkan “blimbing” diibaratkan blimbing itu mempunyai/teridiri dari lima belahannya, maksudnya untuk menjalankan sembahyang lima waktu. Meskipun “lunyu-lunyu” (licin). tolong panjatkan juga, kendatipun sembahyang itu susah, namun kerjakanlah, buat membasuh “dodotira-dodotira, kumitir bedah ing pinggir” maksudnya kendatipun sholat itu susah, tetapi kerjakan guna membasuh hati dan jiwa kita yang kotor ini. “Dondomono, jrumatana, kanggo sebo mengko sore, dan surak-surak hore”. Maksudnya ” bahwa orang hidup di dalam dunia ini senantiasa condong kearah berbuat dosam segan mengerjakan yang baik dan benar serta utama, sehingga dengan menjalankan sholat itu diharapkan besuk dikelak kemudian dapat kita buat sebagai bekal kita dalam menghadap kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, bekal itu adalah beramal saleh. Itulan diantara lain buah ciptaan sunan giri. Mengenai tembang (lagu) ilir-ilir ini ada pula yang berpendapat, bahwa itu adalah ciptaan sunan kalijaga.

Akan tetapi mengingat bahwa diantara wali sanga, sunan giri yang terkenal sebagai seorang pendidik yang gemar menciptakan lagu-lagu kanak-kanak maka besar dugaan kita bahwa lagu tersebut adalah ciptaan beliau juga. Jika tidak, yang pasti adalah bahwa tembang tersebut adalah ciptaan pada jaman wali. Apakah benar ciptaan sunan kalijaga atau gubahan bersama dengan sunan giri, itu adalah soal secundair.

Sesudah beliau wafat, kemudian dimakamkan di atas bukit Giri (Gresik). Setelah Sunan Giri meninggal dunia, berturut-turut digantikan oleh Sunan Delem, Sunan Sedam Margi, Sunan Prapen.
Tatkala Sunan Prapen pada tahun 1597 M, wafat beliau digantikan Sunan Kawis guna, kemudian setelah Sunan Guwa wafat diganti oleh Panembahan Agung. Pada tahun 1638 M Panembahan Agung Giri diganti oleh Panembahan Mas Witana Sideng Rana, beliau wafat pada tahun 1660 M. kemudian atas perintah Sunan Amangkurat I, Pangern Puspa Ira (Singonegoro) ditempatkan di Giri. mulai saat sunan Amangkurat II memegang kendali pemerintahan, Giri maupun Gresik mengalami perubahan yang tidak sedikit. Akibat daripada serangan Amangkurat II yang dibantu oleh kompeni akhirnya pada tanggal 27 april 1680 jatuhlah kekuasaan Pengeran Giri ke tangan Amangkurat II.

Semenjak itu Giri cahanya mulai pudar, hanya tinggal kenang-kenangan dalam sejarah kebangunan Islam di tanah Jawa




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262