OLAH MANAH

OLEH: MAS KUMITIR

Senja menggelayut di ufuk barat. Saya,  Camat, Raden Rahmat, Nugraha dan Fadli ditemani dua orang yang baru kami kenal bergegas untuk berangkat memulai perjalanan. Dua orang baru itu adalah: satu orang pendekar suku Badui Banten dan seorang muridnya yang berusia belia. Kami berkemantapan bila malam ini adalah malam melakukan perjalanan olah rasa.

Perjalanan terasa lamban dan dua jam kemudian kami sampai pada sebuah tempat yang asing. Dada terasa sesak di malam yang gelap gulita itu. Langit di atas bertabur bintang tidak mampu menyinari jalan setapak yang sebenarnya hanyalah semak belukar. Jalan tidaklah mendaki, namun menuruni batu-batu tajam yang licin. Tidak sepertu saudara dari Badui yang berjalan lincah tersebut, tapak kami terpeleset-peleset dan mencoba bertahan agar tidak terjatuh.  Energi goib terasa semakin kuat.

Mata kedua sedulur Badui tersebut menyorot tajam ke segala arah. Bak elang yang siaga terhadap semua kejadian, kami tenang berjalan di belakangnya. Hingga sampai ke sebuah sungai kecil berbatu. Air terasa sangat dingin, begitu kaki kami celupkan di dalamnya. Tak kuasa rasanya berlama-lama di tempat itu. Namun panggilan membawa kami pada kesimpulan bahwa kami tetap harus disitu memenuhi niat kami.

Kami terpaku sesaat di sungai. Sesepuh Badui yang kami panggil Abah itu, tiba-tiba mengeluarkan suara adzan dan qomat. Dilanjutkan dengan bertawassul mengirimkan al fatihah ke para penghulu agama dan leluhur-leluhur terdahulu. Kami tercenung karena suara sederhana itu menghentikan jantung kami sesaat.

Setelah pakaian dilepas dan bertelanjang, kami menceburkan diri ke air yang diperkirakan sekitar sepuluh derajat celcius tersebut. Abah mengambil posisi duduk, meramu bunga tujuh warna dan membakar buhur. Satu persatu kami diminta untuk berada di depannya dalam posisi berjongkok. Kepala kami diminta untuk menyelam sejenak dan kemudian kepala kami diguyur air bunga tersebut. Doa-doa kepada Allah SWT dilantunkan dari mulutnya.

Itu adalah pengiajazahan langsung yang baru saja kami terima malam tadi. Abah tidak memberi tahu apapun terkait dengan doa yang baru dilantunkannya, apa faedahnya, bagaimana menggunakannya. Kami dalam hati hanya mengucapkan; “Qobiltu saya terima doa dari abah atas ijin Tuhan Yang Maha Kuasa”.

Abah adalah sosok yang tawadu, meski ilmu kependekarannya sudah sangat mumpuni, sehari-hari dia berpenampilan sangat bersahaja. Hampir semua tingkat ilmu diajarkannya kepada siapapun yang menginginkan mulai ilmu debus, ilmu kanuragan/kejadukan, ilmu-ilmu asihan, ilmu kerezekian dan lain sebagainya. Ilmu-ilmu diajarkannya tanpa pamrih dan hanya ingin bertujuan agar yang diajarinya mau untuk menebarkan kebaikan dan kemanfaatan, amar makruf nahi munkar.

Usianya memang sudah tergolong tua. Namun di Badui, usia seperti Abah masih terbilang belum terlalu tua. Sebab gurunya abah ini masih hidup dan berusia 130 tahun. Hidup dekat dan menyatu dengan alam, hati damai tenang dan tidak banyak keinginan, membuat usia manusia melenggang santai di sana dan tahu-taru berusia seratus tahun bahkan lebih. Abah masih terlihat berusia empat puluhan. Tiada satu keriput pun di kulitnya, giginya masih utuh dan terlihat gagah.

Diijazahi oleh Abah, badan terasa nyaman, sehat dan hati terasa tenang. Ini adalah satu episode perjalanan spiritual yang kami tidak pernah menduga sebelumnya. PANTA RHEI—semua mengalir gemericik sebagaimana aliran sungai menuju ke muara. Kami semua hanya bisa menunggu dengan berkarya sebaik-baiknya sesuai kemampuan dan kapasitas yang diberikan pada kami. Tidak akan kami sia-siakan sisa waktu untuk tidak memaknai apa yang tergelar ini. Hidup adalah tugas untuk meramu arti dan menemukan hakikat.

Dan dari doa-doa yang terlantun dari hati ikhlasnya Abah, kami terasa mendapatkan kekuatan dan semangat baru untuk menyelami hakikat Rasa. Yang empunya rasa ini ialah jasad/jasmani. Yaitu rasa lelah, lemah dan capai. Kalau Rasa lapar dan haus itu bukan milik jasmani melainkan milik nafsu.

Mengapa jasmani memiliki rasa ini?. Karena sesungguhnya dalam jasmani/jasad ada penguasanya/penunggunya. Orang tentu mengenal nama Qodham atau Alif Lam Alif. Itulah sebabnya maka didalam Al Qur’an, Allah memerintahkan agar kita mau merawat jasad/jasmani. Kalau perlu, kita harus menanyakan kepada orang yang ahli/mengerti. Selain merawatnya agar tidak terkena penyakit jasmani, kita pun harus merawatnya agar tidak menjadi korban karena ulah hawa nafsu maka jasad kedinginan, kepanasan ataupun masuk angin.

Bila soal-soal ini kita perhatikan dengan sungguh-sungguh, niscaya jasad kita juga tahu terima kasih. Kalau dia kita perlakukan dengan baik, maka kebaikan kita pun akan dibalas dengan kebaikan pula. Karena sesungguhnya jasad itu pakaian sementara untuk hidup sementara dialam fana ini. Kalau selama hidup jasad kita rawat dengan sungguh-sungguh kita bersihkan dengan mandi, sebelum puasa keramas, sebelum sholat berwudhu dulu agar tidak menjadi korban hawa nafsu, serta kita lindungi dari pengaruh alam, maka dikala hendak mati jasad yang sudah suci itu pasti akan mau diajak bersama-sama kembali keasal, untuk kembali ke sang pencipta.

Seperti halnya kita bersama-sama pada waktu lahir kealam fana ini. Mati yang demikian dinamakan mati tilem (tidur) atau mati sempurna. Pandangan yang kita lakukan malah sebaliknya. Mati dengan meninggalkan jasad. Kalau jasad sampai dikubur, maka Qodham atau Alif Lam Alif, akan mengalami siksa kubur. Dan kelak dihari kiamat akan dibangkitkan.

Dalam mencari nafkah baik lahir maupun batin, jangan mengabaikan jasad. Jangan melupakan waktu istirahat. Sebab itu Allah ciptakan waktu 24 jam (8 jam untuk mencari nafkah, 8 jam untuk beribadah, dan 8 jam untuk beristirahat). Juga dalam hal berpuasa, jangan sampai mengabaikan jasad. Sebab itu Allah tidak suka yang berlebih-lebihan. Karena yang suka berlebih-lebihan itu adalah Dzad (angan-angan). Karena dzad mempunyai sifat selalu tidak merasa puas.

Dari mana rasa itu? Apapun yang datangnya dari luar tubuh dan menimbulkan adanya rasa, maka rasa itu dinamakan sejatinya rasa. Jadi sejatinya rasa adalah milik panca indera yaitu mata: Senang karena mata dapat melihat sesuatu yang indah atau tidak senang bila mata melihat hal-hal yang tidak pada tenpatnya. Telinga: Senang karena mendengar suara yang merdu atau tidak senang mendengar isu atau fitnahan orang. Hidung: Senang mencium bebauan wangi/harum atau tidak senang mencium bebauan yang busuk. Kulit: Senang kalau bersinggungan dengan orang yang disayang atau tidak senang bersunggungan dengan orang yang nerpenyakitan. Lidah : Senang makan atau minum yang enak-enak atau tidak senang memakan makanan yang busuk.

Rasa sejati akan timbul bila terdapat rangsangan dari luar, dan dari tubuh kita akan mengeluarkan sesuatu. Pada waktu keluarnya sesuatu dari tubuh kita itu, maka timbul Rasa Sejati. Untuk jelasnya lagi Rasa Sejati timbul pada waktu klimaks/pada waktu melakukan hubungan seksual.

Sementara, Rasa Tunggal Jati sering diperoleh oleh mereka yang sudah dapat melakukan Meraga Sukma (keluar dari jasad) dan Solat Dha’im. Beda antara Meraga Sukma dan Sholat Dha’im ialah : Kalau Meraga Sukma jasad masih ada.batin keluar dan dapat pergi kemana saja. Sementara bila Sholat Dha’im jasad dan batin kembali keujud Nur dan lalu dapat pergi kemana saja yang dikehendaki. Juga dapat kembali dan bepergian ke Alam Lauhul Makhfuz.

Bila kita Meraga Sukma maupun sholat Dha’im, mula pertama dari ujung kaki akan terasa seperti ada “aliran“ yang menuju ke atas kekepala. Pada Meraga sukma, bila “aliran“ itu setibanya didada akan menimbulkan rasa ragu-ragu/khawatir atau was-was. Bila kita ikhlas, maka kejadian selanjutnya kita dapat keluar dari jasad, dan yang keluar itu ternyata masih memiliki jasad. Memang sesungguhnyalah, bahwa setiap manusia itu memiliki 3 buah wadah lagi, selain jasad yang tampak oleh mata lahir ini. Pada bagian lain bab ini akan kita kupas.

Kalau sholat Dha’im bertepatan dengan adanya “Aliran“ dari arah ujung kaki, maka dengan cepat bagian tubuh kita akan “Menghilang“ dan kita akan berubah menjadi seberkas Nur sebesar biji ketumbar dibelah menjadi tujuh bagian. Bercahaya bagai sebutir berlian yang berkilauan. Nah, rasa keluar dari jasad atau rasa berubah menjadi setitik Nur. Nur inilah yang disebut sebagai Rasa Tunggal Jati. Selain itu, baik dalam Meraga Sukma maupun Sholat Dha’im. Bila hendak bepergian kemana-mana kita tinggal meniatkan saja maka sudah sampai.

Rasa ini juga dapat disebut Rasa Tunggal Jati. Sebab dalam bepergian itu kita sudah tidak merasakan haus, lapar, kehausan, kedinginan dan lain sebagainya. Bagi mereka yang berkeinginan untuk dapat melakukan Meraga Sukma dianjurkan untuk sering Tirakat puasa. Jadikanlah puasa itu sebagai suatu kegemaran. Maka di momen Ramadhan yang akan kita jalani ini kita memulai berlatih agar nanti kita sampai pada tujuan azali kesemua itu yaitu menjadi orang yang bertakwa, Dan yang penting juga jangan dilupakan melakukan Dzikir gabungan Nafi-Isbat dan QOLBU. Dalam sehari-hari sudah pada tahapan lillahi ta’ala.

Hal ini berlaku baik mereka yang menghendaki untuk dapat melakukan Sholat Dha’im. Kalau Meraga Sukma mempergunakan Nur Allah, tapi bila Sholat Dha’im sudah mempergunakan Nur Illahi. Karena ada Rasa Sejati, maka Rasa merupakan asal usul segala sesuatu yang ada. Oleh sebab itu bila hendak mendalami ilmu Ma’rifat dianjurkan untuk selalu bertindak berdasarkan rasa. Sehari-hari kita berlatih olah manah (orah rasa) dengan cara jangan membenci, jangan menaruh dendam, jangan iri, jangan sirik, jangan bertindak sembrono, jangan bertindak kasar terhadap sesama manusia.

Sebab dihadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, kita ini semua sama karena masing-masing memiliki rasa. Rasa merupakan lingkaran penghubung antara etika pergaulan antar manusia, juga sebagai lingkaran penghubung pergaulan umat dengan Penciptanya. Rasa Tunggal jati ini mempunyai arti dan makna yang luas. Karena bagai hidup itu sendiri. Apapun yang hidup mempunyai arti. Dan apapun yang mempunyai arti itu hidup. Sama halnya apapun yang hidup mempunyai Rasa. Dan apapun yang mempunyai Rasa itu Hidup.

Dengan penjelasan ini, maka dapat diambil kesimpilan bahwa yang mendiami Rasa itu adalah Hidup. Dan Hidup itu sendiri ialah berasal dari Sang Pencipta. Padahal kita semua ini umat yang hidup. Jadi sama-sama ada Penciptanya. Oleh sebab itu, umat manusia harus saling menghormati, tidak saling merugikan, dan harus saling tolong menolong karena sesungguhnya kita satu kesatuan dalam keberagaman. Semoga kita mampu untuk menjadi manusia yang wajar seperti ini. Amin.




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

DHUHA WAQI’AH

Salam.

Shalat dhuha merupakan shalat sunnah yang menjadi kebiasaan para Nabi. Shalat ini menjadi tiket istimewa bagi mereka yang istiqamah dalam mengamalkannya. Yakni, tiket memasuki surga melewati pintu yang disebut Pintu Dhuha. Seperti yang sudah maklum para spiritualis ketahui, bahwa setiap gerakan dan bacaan fisik yang diulang secara rutin akan berpengaruh terhadap batin, begitupun dengan gerakan shalat dan segala bacaannya. Apalagi sesuatu yang memang sudah dilisensi oleh Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Tentu akan lebih besar lagi pengaruhnya. Pengaruh juga datang dari faktor waktu. Maka waktu sepenggalah atau waktu dhuha ini merupakan waktu tepat dalam penyelarasan batin dalam hal kerezekian. Kenapa begitu? Begitulah kenapa, ketika kita mendapat rezeki, wajah kita secerah mentari di waktu pagi, sumringah, menyenangkan, dan jauh dari terik kegarangan. Tidak heran, jika shalat dhuha, masyhur dikenal sebagai shalat untuk memohon rezeki.

Berikutnya, mengenai surah waqi’ah. Sudah maklum diketahui pula, bahwa setiap getaran kata-kata pada dasarnya menggerakkan batin dunia. Apalagi kalam Allah, gerakannya sebagaimana Kun, tanpa tanding, tiada terkungkung ruang dan waktu. Maka setiap bacaan al Qur’an yang digemakan, akan menyusun jagad hidup pembacanya, bahkan bagi yang hanya mendengarkannya. Batin kehidupannya akan mekar dengan Indah, terberkahi sesuai dengan kandungan Kalam Allah yang ia baca atau ia dengarkan. Berita gembiranya, berkah itu meliput hingga akhirat, tak hanya dunia.

Bagian Pertama

1. Apabila terjadi hari kiamat,

Saat seseorang dipaksa menyadari siapa dirinya.

2. Tidak seorangpun dapat berdusta tentang kejadiannya.

Tidak ada lagi kepalsuan yang biasa membelenggunya.

3. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain),

Menjadi jelas, kedudukan masing-masing manusia, dengan kedudukan yang sebenar-benarnya(tanpa dibuat-buat) .

4. Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya,

Saat semua keakuan masing-masing manusia di remuk paksa.

5. Dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya,

Dan keangkuhannya di robek-robek.

6. Maka jadilah ia debu yang beterbangan,

Sadarlah manusia bahwa ia bukan siapa-siapa.

7. Dan kamu menjadi tiga golongan.

Seseorang dihadapkan kepada tiga pilihan.

8. Yaitu golongan kanan. alangkah mulianya golongan kanan itu.

Pilihan pertama, memilih duniawi dengan tanpa melupakan akherat.

9. Dan golongan kiri. alangkah sengsaranya golongan kiri itu.

Pilihan kedua, memilih dunia semata.

10. Dan orang-orang yang beriman paling dahulu,

Pilihan ketiga, memilih akherat semata.

11. Mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah.

Sehingga yang tampak hanya Allah, selain Nya hilang, termasuk dirinya. Saking dekatnya.

12. Berada dalam jannah kenikmatan.

Akheratnya akherat.

13. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu,

Yang tak mungkin dikejar.

14. Dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian

Yang tak mengikuti arus kebanyakan.

Bagian Kedua

15. Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata,

Kekayaan dan kemewahan tanpa batas.

16. Seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan.

Pergaulan yang menyenangkan.

17. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda,

Orang-orang terbaik berebut melayaninya.

18. Dengan membawa gelas, cerek dan minuman yang diambil dari air yang mengalir,

Menawarkan sarana, fasilitas, dan pelayanan yang terus menerus.

19. Mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,

Jiwa mereka kokoh, karakter mereka benar-benar teruji.

20. Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih,

Kebebasan dalam menentukan hasil.

21. Dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.

Cita-cita tak terhalang, apapun mewujud sesuai keinginan.

22. Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,

Kepuasan seksual tanpa ampun.

23. Laksana mutiara yang tersimpan baik.

Privatif, dengan kesetiaan penuh.

24. Sebagai balasan bagi apa yang Telah mereka kerjakan.

Sebuah pengembalian yang berlipat sempurna.

25. Mereka tidak mendengar di dalamnya perkataan yang sia-sia dan tidak pula perkataan yang menimbulkan dosa,

Segala sesuatunya memiliki makna, segalanya diliputi keberkahan.

26. Akan tetapi mereka mendengar Ucapan salam.

Dan, nuansa yang penuh penghargaan sebagai pemenang.

Bagian Ketiga

27. Dan golongan kanan, alangkah bahagianya golongan kanan itu.

Jalur keselamatan umum yang dilalui mukmin.

28. Berada di antara pohon bidara yang tak berduri,

Kehidupan yang selamat dari segala macam marabahaya lahir.

29. Dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya),

Kenikmatan yang bertingkat-tingkat.

30. Dan naungan yang terbentang luas,

Perlindungan dan solusi yang tak disangka-sangka dari segala penjuru arah.

31. Dan air yang tercurah,

Rizki lahir yang begitu melimpah,

32. Dan buah-buahan yang banyak,

Kebaikan berbuah kebaikan

33. Yang tidak berhenti (berbuah) dan tidak terlarang mengambilnya.

Terus menerus, dan tanpa jeda,

34. Dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk.

Kenyamanan yang menentramkan.

35. Sesungguhnya kami menciptakan mereka (Bidadari-bidadari) dengan langsung

Kenikmatan seksual setiap saat.

36. Dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.

Kepuasan yang paling berkualitas, tak pernah habis.

37. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.

Memahami letak-letak kepuasan, melayani dengan sempurna.

38. (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan,

Yang seimbang dalam segala sesuatunya.

39. (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu.

Yang mudah dijadikan contoh.

40. Dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.

Yang mudah diikuti.

Bagian Keempat

41. Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?

Golongan pecinta duniawi.

42. Dalam (siksaan) angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih,

Kehendak yang membabi buta, nafsu yang penuh gejolak

43. Dan dalam naungan asap yang hitam.

Pikirannya gelap.

44. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.

Tidak ada ketenangan dan kedamaian.

45. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewahan.

Meletakkan dunia di tahta hatinya.

46. Dan mereka terus-menerus mengerjakan dosa besar.

Terus-menerus menumpuk beban, hingga tak mungkin lagi untuk terbang.

47. Dan mereka selalu mengatakan: “Apakah bila kami mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, apakah Sesungguhnya kami akan benar-benar dibangkitkan kembali?

Putus asa untuk terbang.

48. Apakah bapak-bapak kami yang terdahulu (juga)?”

Membohongi diri.

49. Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian,

Setiap manusia.

50. Benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.

Masyhur diketahui oleh semua manusia, yakni kiamat.

Bagian Kelima

51. Kemudian Sesungguhnya kamu Hai orang-orang yang sesat lagi mendustakan,

Yang tidak paham orientasi, yang paham tapi membangkang.

52. Benar-benar akan memakan pohon zaqqum,

Memakan penyesalan.

53. Dan akan memenuhi perutmu dengannya.

Berkubang dalam rasa sesal yang hebat.

54. Sesudah itu kamu akan meminum air yang sangat panas.

Tangis kesedihan yang melelehkan diri.

55. Maka kamu minum seperti unta yang sangat haus minum.

Kehinaan dan kehinaan.

56. Itulah hidangan untuk mereka pada hari pembalasan”.

Setiap hal memiliki balasannya.

Bagian Keenam

57. Kami Telah menciptakan kamu, Maka Mengapa kamu tidak membenarkan?

Tiada menyadari, sibuk menutup-nutupi, dan selalu memalingkan muka.

58. Maka Terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu pancarkan.

Kenikmatan seksual sebagai puncak kenikmatan,yang manusia rasakan.

59. Kamukah yang menciptakannya, atau kamikah yang menciptakannya?

Siapakah yang sebenarnya merasakan, dan apakah sebenarnya rasa tersebut?

60. Kami Telah menentukan kematian di antara kamu dan kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan,

Tercabutnya segala macam rasa dan kenikmatan dari setiap orang.

61. Untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (dalam dunia) dan menciptakan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.

Digantikan dengan kenikmatan yang tidak bisa dibayangkan.

62. Dan Sesungguhnya kamu Telah mengetahui penciptaan yang pertama, Maka mengapakah kamu tidak mengambil pelajaran (untuk penciptaan yang kedua)?

Kenikmatan puncak yang tidak dimaknai.

Bagian Ketujuh

63. Maka Terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam.

Jabarkan tentang amal perbuatanmu.

64. Kamukah yang menumbuhkannya atau kamikah yang menumbuhkannya?

Siapa yang menggerakkanmu beramal, siapa yang memberi kekuatan untuk berbuat?

65. Kalau kami kehendaki, benar-benar kami jadikan dia hancur dan kering, Maka jadilah kamu heran dan tercengang.

Amal perbuatan yang sia-sia.

66. (sambil berkata): “Sesungguhnya kami benar-benar menderita kerugian”,

Tidak ada nilainya.

67. Bahkan kami menjadi orang-orang yang tidak mendapat hasil apa-apa.

Tidak ada manfaatnya.

68. Maka Terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.

Jabarkan tentang penngetahuan yang engkau dapatkan.

69. Kamukah yang menurunkannya atau kamikah yang menurunkannya?

Siapa yang meletakkannya di dalam hati?

70. Kalau kami kehendaki, niscaya kami jadikan dia asin, Maka mengapakah kamu tidak bersyukur?

Pengetahuan yang tidak mencerahkan.

Bagian Kedelapan

71. Maka Terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dengan menggosok-gosokkan kayu).

Jabarkan tentang gairah yang berasal dari saripati hidup.

72. Kamukah yang menjadikan kayu itu atau kamikah yang menjadikannya?

Siapa yang membuatmu penuh semangat untuk beraktifitas?

73. Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir.

Sebagai petunjuk bagi para pejalan.

74. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.

Dan murnikanlah dirimu, Tinggikan NamaNya di atas segalanya.

Bagian Kesembilan

75. Maka Aku bersumpah dengan masa Turunnya bagian-bagian Al-Quran.

Fase-fase kehidupan setiap manusia.

76. Sesungguhnya sumpah itu adalah sumpah yang besar kalau kamu Mengetahui.

Ketetapan yang tidak bisa ditinjau ulang.

77. Sesungguhnya Al-Quran Ini adalah bacaan yang sangat mulia,

Memuliakan setiap pembacanya.

78. Pada Kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh),

Pada hati yang bersih, yang merindukan pertemuan dengan Tuhannya.

79. Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.

Tidak bermanfaat, kecuali bagi manusia yang percaya kepada kebaikan, menggunakan akal sehat dan setia mengikuti nurani.

80. Diturunkan dari Rabbil ‘alamiin.

Sebagai kerja pemeliharaan alam semesta.

Bagian Kesepuluh

81. Maka apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini?

Menurunkan derajatnya sebagai sarana memperoleh hajat dunia semata.

82. Kamu mengganti rezki (yang Allah berikan) dengan mendustakan Allah.

Sibuk memperhatikan yang kecil-kecil, melupakan sesuatu yang besar.

83. Maka Mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,

Ketika pintu untuk perbaikan telah tertutup.

84. Padahal kamu ketika itu melihat,

Padahal pintu itu selalu dapat dimasuki sewaktu-waktu.

85. Dan kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. tetapi kamu tidak melihat,

Tanda-tanda selalu disebar, tapi mata hati tak bisa melihat, tak dapat membaca.

Bagian Kesebelas

86. Maka Mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah)?

Dikuasai hawa nafsunya

87. Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?

Hawa nafsu tidak memiliki kuasa sedikitpun.

88. Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah),

Yang dikehendaki baik oleh Allah, karena kualitas ketulusannya.

89. Maka dia memperoleh ketenteraman dan rezki serta jannah kenikmatan.

Hadiah terbaik. Kelas terbaik. Posisi terbaik.

Bagian Keduabelas

90. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan,

Keduniaan tidak membuatnya lupa akherat.

91. Maka keselamatanlah bagimu Karena kamu dari golongan kanan.

Mendapat dunianya akherat, dunia dalam akherat.

92. Dan adapun jika dia termasuk golongan yang mendustakan lagi sesat,

Tahu namun tak mau tahu, tak tahu berlagak tahu.

93. Maka dia mendapat hidangan air yang mendidih,

Pengetahuan yang menghancurkan.

94. Dan dibakar di dalam jahannam.

Kerusakan dan kerusakan.

95. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar.

Yang ditulis dalam papan cahaya di setiap hati mukmin.

96. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu yang Maha besar.

Dan murnikanlah dirimu, wujudkan kebesaranNya dimana-mana.

Dalam Melaksanakan Dhuha Waqi’ah ini, yang dimaksud dengan bagian tersebut adalah raka’at. Seluruhnya berjumlah dua belas raka’at dengan pembagian empat-empat (empat raka’at salam, tanpa tasyahud awal), masing-masing raka’at membaca masing-masing bagian tersebut. Sebaiknya memang dihafalkan surah waqi’ahnya, namun dibaca pun tidak mengapa (sambil memegang mushaf kecil), asalkan tidak mengganggu ketenangan gerakan shalat.

Sekali lagi, mohon maaf, saya tidak bisa menjanjikan fadhilah dan manfaat apa-apa, jika hati Njenengan tergerak, silahkan saja, mudah-mudahan Allah akan melimpahkan kebaikan yang banyak kepada Njenengan sekeluarga.

Salam Pamuji Rahayu,

Muhammad Zainur Rakhman

(Ki Ageng Mantyasih)



Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262