YANG MAHA PEMALU

Tidak selamanya sifat malu itu negatif. Sebaliknya, sifat malu malah banyak mendatangkan manfaat yang tidak kecil. Bangsa Indonesia bisa maju bila punya rasa malu. Wahai para pemimpin baik yang ada di lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.. milikilah rasa malu!

Sifat pemalu kadang dianggap negatif khususnya di jaman modern saat ini. Kadang di berbagai forum disampaikan bahwa sifat pemalu ini menghambat kemajuan dan pemalu merupakan bagian sifat yang perlu dijauhi. Di sekolah, anak-anak dididik untuk menjadi anak yang pemberani dan disuruh untuk menjauhi sifat pemalu. Tentu saja hal ini kurang benar, mendidik anak menjadi pemberani tentu saja sangat bagus namun mendidik anak menjauhi sifat pemalu tentu saja kurang tepat. Mendidik anak yang betul adalah BERANI UNTUK MEMPERJUANGAN KEBENARAN DAN MALU UNTUK BERBUAT KEJAHATAN/KEBURUKAN.

Hampir tiap hari di televisi, koran bahkan sangat mudah kita jumpai di lingkungan sekitar kita tinggal, ada anak bayi hasil hubungan laki-laki dan perempuan dibuang begitu saja di tempat sampah. Ini adalah hasil dari hubungan seks pria wanita yang hanya memperturutkan kesenangan sesaat tanpa berani untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Mereka sudah kehilangan rasa malu untuk berbuat yang keji dan munkar. Dianggapnya membuang bayi dan menjalani aktivitas seksual di luar nikah merupakan perbuatan yang biasa dilakukan saat ini. Mereka tidak takut lagi akan ‘dosa’ dan larangan syariat agama.

Banyak kasus negatif lain, seperti pencurian, pemerasan, korupsi, perusakan hutan, selingkuh, membunuh, mabuk-mabukan, pamer syahwat dan lainnya dilakukan secara terang-terangan. Pelaku tidak malu lagi berbuat seperti itu. Jangankan malu, mereka malah bangga mengakui perbuatan jahat tersebut. Padahal rasa malu dalam konteks yang benar tentu saja sangat dianjurkan oleh agama kita.

Mari kita berguru kepada ALLAH yang memiliki nama yang agung/Ismul A’dhom yaitu AL KHAYYAYU, MAHA PEMALU. Malu adalah sifat Allah SWT yang sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan-NYA. Sebagaimana tertuang dalam hadits: “Sesungguhnya Allah Maha Malu lagi Maha Mulia, Dia malu dari hamba-NYA apabila si hamba berdoa kepada-NYA dan mengangkat tangannya lalu Dia tidak membalasnya.” Dengan rasa malu ini pula, Allah SWT pasti mendengar dan membalas doa hamba-NYA dengan cara-NYA sendiri.

Allah SWT yang Maha Pemalu mencintai orang-orang yang menjaga sifat malunya. Sifat malu berbuat jahat, malu berbuat buruk, malu berbuat nista, malu bila punya rasa terima kasih dan malu bila tidak punya rasa memaafkan. Kebalikannya, Allah SWT sangat membenci makhluk yang sombong, congkak, agung, berkuasa dan melampaui batas.

Di hadits lain disebutkan: Iman ada tujuh puluh sekian cabang, yang paling tinggi adalah syahadat La Ilaha Ilallah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri (gangguan dari jalan umum. Adapun malu adalah salah satu cabang iman juga.

Sifat malu yang paling mulia dan paling utama adalah malu kepada Allah SWT dengan menjaga hawa nafsu, menjaga perut dan apa yang dimakannya, dengan cara senantiasa mengingat kematian dan ujian serta kehidupan dunia yang fana. Mereka yang senantiasa menjaga rasa malunya dari tarikan keduniawian dan nafsu, maka Allah SWT juga malu bila dia berdoa dan Allah tidak mengabulkannya.

Ada satu contoh seorang sufi perempuan Rabiah Al Adawiyah juga tersiksa dengan RASA MALU sehingga hari-harinya dia lewati dengan menangis. Dia malu bila dalam hidupnya yang begitu singkat diisi dengan keduniawian semata. Waktu-waktunya dia isi cinta yang begitu dahsyat kepada Sang Kekasih Hati.

Rasa malu kalau dikembangkan memang bisa menjadi sangat besar faedahnya. Malu untuk menyembah selain Allah SWT, mendorong seseorang untuk senantiasa melayani Allah SWT dengan pelayanan yang sebaik-baiknya. Kalau Allah SWT sudah memberi perintah, maka seseorang harus melaksanakannya dengan total. Faedah rasa malu yang lain, misalnya dialami bangsa Jepang.

Bangsa Jepang adalah bangsa yang punya rasa malu yang tinggi, Mereka punya harga diri dan martabat. Bahkan bila sudah pada titik tertentu, harakiri (bunuh diri) menjadi pilihan. Bangsa Jepang yang dalam sejarah akhirnya kalah dalam perang dunia II itu pun kemudian menebus rasa malunya dengan bekerja giat membanting tulang di berbagai sektor dan pada suatu ketika, bangsa ini berhasil memiliki cadangan devisa yang besar dan tergolong bangsa yang sangat modern. Maka, sudah menjadi budaya di sama kalau seorang pimpinan terbukti melakukan kesalahan pengambilan kebijakan, maka pemimpin tersebut tanpa didemo dan digugat masyarakat langsung mengundurkan diri. Dia malu sudah mencederai amanah yang diberikan kepadanya. Bandingkan dengan para pemimpin kita sekarang. Apakah mereka masih menjaga rasa malunya?

Sungguh ujian yang berat bagi seorang pemalu karena rasa malu ada di dalam rasa. Dimana di dalam rasa itu bercampur untuk membanggakan dirinya, mencintai anaknya, memberanikan dirinya, melindungi istrinya, keluarganya. Instrumen itu disebut RASA/HATI/BATIN.

Adakalanya instrumen itu terperangkap dengan rasa cinta kepada ciptaan atau kebendaan, tapi akibatnya dia sudah sangat tersiksa. Banyak contohnya bagaimana orang bisa tersiksa karena malu dianggap miskin, malu ditolak lamaran kekasihnya, malu karena kalah bersaing di kantor. Dia kemudian juga bisa menangis, terharu, sedih, benci.

Atau ada juga yang terperangkap dengan rasa malu kepada orang lain kemudian melampiaskan atau balas dendam kepada kebendaan dan dia merasa mendapat kepuasan. Misalnya gara-gara malu dianggap miskin, maka dia melakukan pencurian diam-diam dan kemudian membeli barang-barang mewah. Kemudian dia merasa bangga telah terperangkap dengan ekstasis rasa bangganya.

Yang perlu diteliti lebih jauh adalah bagaimana hati yang sudah sedemikian tidak punya rasa malu tersebut, kemudian berubah memiliki RASA MALU kepada DZAT YANG MAHA PEMALU tersebut. Sedangkan rasa yang dipakai malu berbuat jahat saja instrumen rasa itu sudah membuat kita demikian tersiksa baik oleh rasa senang, cinta, suka cita, atau sedih, benci, nelangsa. Merubah hati menjadi pemalu kepada-NYA memang membutuhkan PERJUANGAN YANG SANGAT BERAT.

Bila mau coba silahkan saja. Karena akibatnya juga sebuah siksa yang sangat dahsyat, tapi anehnya tanpa kita sadari bahwa itulah siksa. Penghentian aliran tahu di kesadaran RASA ini biasanya memperdaya orang-orang yang menjalani dunia spiritual, tapi tingkatannya masih pada taraf spiritual semu (pseudo sufi). Karena spiritualitas asli dan sempurna itu adalah seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi-nabi lainnya.

Kalau begitu kesadaran macam apa yang harus dimiliki seorang manusia yang hakiki dalam menyikapi ‘celupan Allah’ itu agar kita menjadi orang yang tidak tersiksa, agar kita tergetar dan memiliki rasa malu namun pemberani memperjuangkan yang benar?

Ya Allah, Ya Syakur… berikanlah kami kesempatan dan kemampuan untuk merasakannya menjadi hambamu yang pemalu meskipun itu hanya sesaat saja. Dan marilah kita renungkan bersama. Sudahkan kita budayakan rasa malu dalam keseharian kita? Jalan apapun yang kita lakukan, silahkan saja dicoba. Kalau pada diri anda sudah terbangun rasa malu maka bersyukurlah, berbahagialah, karena itu artinya sudah bisa menjadi seorang hamba. Hanya seorang hamba, tidak lebih. Dan kabarkan itu kepada saya dan orang lain, walau satu ayat sekalipun. Kalau belum bisa, marilah kita mohon hidayah, bimbingan dan pembelajaran langsung dari Sang Maha Guru Sejati yang Maha Pemalu.




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.