KEBENARAN SEJATI Vs KEBENARAN RELATIVE

Aa Tj

Kebenaran sejati adalah kebenaran yang tidak bisa dibantah, disangkal ataupun dicela, karena sekali saja ada yang melakukannya maka runtuhlah kedudukan kebenaran sejati tersebut menjadi kebenaran relative. Masalahnya, adakah di dunia ini yang namanya kebenaran sejati? Tentu akan sangat sulit sekali menjawabnya karena di dunia tidak ada yang sempurna karena kebenaran sejati lahir dari sebuah kesempurnaan, sedangkan pemilik kesempurnaan adalah Yang Maha Sempurna dan sangat sulit sekali untuk bisa mengerti kebenaran sejati dari Yang Maha Sempurna secara langsung.

Sebagai manusia tentu saja tugasnya adalah tidak pasrah total dengan keadaan tersebut namun tetap berusaha untuk menemukan apa yang benar-benar menjadi kebenaran sejati dalam kehidupan dengan tujuan agar dapat menjalani sebuah kehidupan yang sejati. Maka cara untuk mencari kebenaran sejatipun harus benar, tepat dan tidak melenceng dari jalan/rel yang telah diyakininya karena jika tidak yakin akan jalan yang dilalui menjadikan sulit sampai pada kebenaran sejati.

Berikut kami berikan ilustrasi dari hasil refleksi perjalanan hidup tapi kami tidak menganggap berikut ini adalah kebenaran sejati karena tugas kita masing-masing untuk mencarinya serta memahaminya.

Kebenaran sejati seperti rasa manis. Apakah ada yang membantahnya?(maksudnya ketika anda sedang merasakan rasa manis anda mengatakan itu rasa pahit, asam, panas atau lainnya). Manusia, ilmuwan, ulama sekalipun tidak akan membantah rasa manis. Maka rasa manis disebut kebenaran sejati karena bersifat universal dan semua pihak menerimanya, namun jika ada satu yang membantahnya maka rasa manis bukan kebenaran sejati tapi kebenaran relative. Sedangkan benda yang dapat memberikan rasa manis adalah kebenaran relative, karena rasa manis bisa saja dihasilkan dari gula, madu, air tebu, buah kurma, sukrosa, glukosa, ataupun zat kimia lain dsb.

Panas adalah kebenaran sejati, sedangkan benda yang dapat menghasilkan panas adalah kebenaran relative, karena rasa panas bisa saja dihasilkan oleh api, matahari, listrik, lava gunung dsb.

Dingin adalah kebenaran sejati, sedangkan benda yang dapat menghasilkan dingin adalah kebenaran relative, karena rasa dingin bisa saja dihasilkan oleh es, air, udara, Freon, nitrogen cair dsb.

Manis, panas, dingin atau yang semisal hanyalah sebuah rasa namun dapat mewakili dari kebenaran sejati dalam hidup ini yang muncul dari “kepolosan alam semesta”. Sejarah banyak mencatat leluhur nusantara kita senang dengan laku mengolah rasa atau ada yang menyebutnya olah batin, olah hati, bahkan lebih lanjut ada yang mengatakan olah iman, karena iman letaknya juga di hati ataupun dirasakan dengan batin. Wallahua’lam. Apapun namanya itu terserah anda karena tujuan utamanya adalah mencapai kesejatian sebuah rasa untuk menuju kebenaran sejati sehingga akan menjadi sebuah perjalanan kehidupan yang sejati untuk menjadi kholifah yang sejati di hadapan Yang Maha Sejati.

Mengambil istilah dalam islam rasa manis, panas, dingin adalah hakekat dan benda-benda yang menimbulkannya adalah syari’at, thoriqoh adalah cara kita untuk menuju rasa manis, sementara makrifat adalah buah dari semua itu. Contoh dalam kehidupan beragama adalah ibadah. Ibadah menurut orang islam (semisal sholat) menghasilkan rasa ketenangan batin, meskipun ada yang mengatakan ibadah karena kita butuh kepada Allah, ingin surga, ketakwaan dsb, yang pasti rasa/muaranya adalah ketenangan batin (jika dilaksanakan dengan benar) karena dengan jiwa yang tenanglah manusia akan kembali menuju Tuhannya (QS Al Fajr: 27-30).  Apakah hanya dengan ibadah (sholat) versi islam kita menjadi tenang, maka simak dari pengakuan orang yang beragama Nasrani, hindu, Budha, Sinto atapun agama dan kepercayaan lainnya: bahwa kebaktian di gereja atau berdoa kepada Yesus secara khusuk ternyata juga menimbulkan sebuah ketenangan batin bagi orang Nasrani, pun demikian dengan sembahyangnya orang Hindu di Pura atau orang Budha di Wihara semuanya menghasilkan apa yang namanya sebuah ketenangan batin. Pun demikian dengan ibadah-ibadah lainnya dengan tata cara dan versi dari agama maupun keyakinan masing-masing yang tujuan utamanya adalah menyembah kepada Zat Yang Maha yaitu ……. (dengan nama dari agama dan keyakinan masing-masing), sehingga menghasilkan sebuah rasa yang sama dan dapat dirasakan setelah beribadah apapun caranya itu. Apakah ini menjadi patokan kebenaran sejati tentu saja tidak jika anda menyangkalnya.

Kalau begitu apakah agama atau keyakinan kita itu salah? Wallahua’lam, anda sendiri yang bisa menjawabnya. Untuk mencapai rasa manis anda tetap butuh yang namanya gula, madu, sari tebu atau lainnya karena tanpa itu semua anda tidak akan menggapai rasa manis, pun demikan untuk mencapai hakekat anda tetap butuh yang namanya syariat karena tanpa syariat anda tidak akan menggapai hakekat. Apapun cara/syariat/toriqoh/metode yang kita yakini maka selanjutnya adalah menjalankan dan membuktikan kepada diri sendiri akan hasilnya bukannya malah mencela orang lain yang menggunakan cara/syariat/toriqoh/metode yang berbeda. Apakah bijaksana kita mencela orang lain yang minum sari tebu atau madu untuk mendapatkan rasa manis, karena tidak sama dengan kita yang memakai gula dalam menghasilkan rasa manis bahkan memaksakan orang tersebut untuk memakai gula seperti kita?

Sering kali kita terjebak pada kondisi mental yang setelah menemukan sebuah hakekat/rasa dari kebenaran maka kita tidak akan menerima pemikiran orang lain yang tidak sama dengan pemikiran yang kita dapatkan, dengan alasan cara/metode kita lah yang dapat sampai kepada kebenaran tersebut. Bahkan banyak sekali dari kita merasa telah menemukan sebuah kebenaran sejati meskipun belum pernah tahu dan mencari apa yang dinamakan kebenaran sejati. Jika suatu kebenaran yang anda sampaikan kepada orang lain kemudian orang lain menyangkalnya! Mohon maaf dan nuwun sewu kebenaran yang anda sampaikan tersebut masih takaran kebenaran relative.

Sampai sini kami menganggap kebenaran sejati adanya satu yaitu kebenaran yang terlepas dari yang namanya persepsi (katanya). Karena sejak kecil kita telah hidup di dunia persepsi dan tidak lepas dari yang namanya persepsi, menurut kami persepsi hanya masih sampai pada tataran pemikiran seseorang, yang tentu saja hasil pemikiran tersebut telah diambil dari sebuah pemikiran lain ataupun telah melewati proses yang tidak masuk akal (ghaib) meskipun kadang kala mengatas namakan Sabda Tuhan, utusan Tuhan atau yang sejenisnya. Maka dari itu untuk mencapai kebenaran sejati maka harus masuk ke tataran hakekat atau rasa sehingga benar-benar mengetahui secara yakin dan ainul yakin tentang kebenaran sejati dalam kehidupan ini. Tentu saja bukan pekerjaan yang mudah karena akan melibatkan rasa, intuisi, akal, pemahaman, pemikiran, pengalaman, ego, hati, batin bahkan kematian pun kalau diperlukan J jika hal tersbut dapat mencapai pada tahapan kebenaran sejati. Sehingga kita bisa menjadi pribadi yang arif dan bijaksana dalam memandang sebuah perbedaan di dalam kehidupan untuk tidak mudah mencela, menyalahkan, mendebat, bahkan memusuhi orang lain yang menggunakan cara (syariat) yang tidak sama dengan cara (syariat) kita. Bukan hak kita memvonis orang lain salah, sesat, kafir, melenceng dsb biarkan hak itu menjadi hak prerogative Tuhan untuk melaksanakannya dan memberikan balasan atas perbuatan yang dilakukannya.

Mohon maaf kepada para sesepuh  dan semua keluarga KHODAM SAKTI jika ada yang tidak berkenan dan kami mengucapkan terima kasih atas dimuatnya corat coret kami, tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui ataupun merasa unggul, sombong, riya’ dsb ataupun menghina keyakinan lain. naudzubillah, apa yang kami tulis bertujuan untuk sekedar sharing agar kita bisa saling asah asih asuh sehingga kita bisa menemukan kebenaran sejati dalam hidup ini. Kami pun tidak merasa tulisan ini adalah kebenaran sejati, karena pemillik kebenaran sejati adalah adalah Zat Yang Maha Benar. Wallahhua’lam.  — k —

Salam asah asih asuh

Kang TJ




Mabes Laskar Khodam Sakti

Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura

Solo, Jawa tengah
WA +6285879593262

Uncategorized

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.